JAKARTA – BRICS beberapa kali melakukan upaya untuk melemahkan dolar dan menggantikan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia. Strategi ini dilakukan untuk menghilangkan kewibawaan Amerika Serikat.
Dolar AS telah menjadi mata uang cadangan utama dunia sejak akhir Perang Dunia II. Berdasarkan perjanjian Bretton Woods tahun 1944, negara-negara anggota awalnya mematok mata uang mereka terhadap dolar, nilainya dipatok pada emas.
Artinya dolar AS terus berfungsi sebagai mata uang cadangan utama dunia, mendominasi perdagangan internasional dan perbankan. Inilah alasan mengapa banyak negara ingin menghilangkan kepemilikan dolar AS demi kebaikan dan keamanan perekonomian.
BRICS sebagai salah satu kekuatan ekonomi baru dengan ambisi dan kemampuan Untuk mengakui perubahan terhadap dolar dunia. Namun, diperlukan strategi yang matang untuk meninjau tatanan yang ada, dan langkah yang harus diambil tidaklah mudah.
3 strategi BRICS untuk menggerakkan dolar AS
1. Menyatukan negara melawan Barat
Mungkin langkah ini sepertinya tidak ada hubungannya dengan perekonomian. Namun banyaknya negara yang anti-Barat membuat strategi BRICS untuk menggerakkan dolar AS menjadi lebih mudah.
Saat ini di BRICS terdapat 3 negara sekutu yang sangat menentang Barat, yaitu: China, Rusia dan Iran. Meski dalam organisasi ini juga terdapat India dan Brazil yang mendukung Barat, namun mereka tetap bekerja keras menerapkan upaya dedolarisasi dengan tujuan menstabilkan perekonomian di negaranya.
Belum lagi, belakangan ini isu Korea Utara bergabung dengan BRICS semakin banyak diberitakan. Jika negara-negara komunis bisa bersatu, bukan tidak mungkin akan ada kekuatan koalisi yang kuat ke arah barat.
Belum lagi keanggotaan BRICS semakin hari semakin meluas hingga mencakup negara-negara berkembang. Hal ini mungkin bisa menjadi terobosan bagi perekonomian dunia jika menerapkan kebijakan dedolarisasi.
2. Rencana dedolarisasi
Dedolarisasi dengan menciptakan mata uangnya sendiri telah dipromosikan secara kuat oleh BRICS sejak tahun 2023. Menurut Dewan Timur Tengah, negara-negara BRICS akan mendapat manfaat paling besar dari penggantian dolar dan baru-baru ini mengambil langkah-langkah signifikan (meskipun terbatas) untuk menjauhi mata uang tersebut. .
Tiongkok dan India berupaya menciptakan permintaan internasional terhadap mata uang mereka sendiri. Seperti Amerika Serikat sebelumnya, mereka berfokus pada pasar minyak, mencoba menegosiasikan penjualan minyak non-dolar dengan produsen-produsen utama untuk menjamin pasokan minyak mereka dan untuk meningkatkan permintaan terhadap mata uang mereka sendiri.
Mata uang BRICS yang potensial akan membantu negara-negara ini menegaskan kemandirian ekonomi mereka sambil bersaing dengan sistem keuangan internasional yang ada. Kini sistem tersebut didominasi oleh dolar AS, yang menyumbang sekitar 90 persen dari seluruh transaksi mata uang. Namun, negara-negara pendiri BRICS masih jauh dari menerapkan standar-standar tersebut. Brasil menghadapi ketidakstabilan ekonomi dan politik, dan mata uangnya telah diturunkan beberapa kali dalam dekade terakhir akibat deindustrialisasi.
3. Pembentukan bank pembangunan baru
Tak hanya berencana membuat mata uang baru, BRICS juga memberikan tugas khusus kepada New Development Bank (NDB).
Bapak Enoch Godongwana, Menteri Keuangan Afrika Selatan, mengatakan bahwa NDB akan meningkatkan penggalangan dana dan penerbitan pinjaman dalam mata uang lokal, untuk mengurangi risiko dampak perubahan nilai tukar dalam tindakan dedolarisasi.
Program keuangan ini telah terjalin sejak tahun 2015. Ambisi NDB adalah untuk melayani negara-negara berkembang. Namun hingga saat ini NDB hanya memberikan pinjaman di negara anggotanya. Meningkatkan pendanaan mata uang lokal dapat membantu NDB mengurangi ketergantungannya pada pasar modal AS.
Berikut beberapa strategi BRICS untuk menggantikan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia. Jika langkah di atas berhasil, pasti akan terjadi perubahan sistem perekonomian dunia yang mungkin akan terjadi perpecahan di antara kedua pihak.