Menarik mendengar kisah kecurangan TNI di bidang operasi. Berkat peniruan tersebut, beberapa prajurit TNI mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
Menyontek merupakan salah satu keterampilan yang wajib dikuasai oleh para prajurit, khususnya yang bertugas sebagai perwira intelijen.
Anggota TNI menyamar dengan menyembunyikan identitas aslinya dan berpura-pura menjadi orang lain.
Hal ini memungkinkan mereka menggali lebih dalam informasi musuh.
Namun, misi rahasia ini sangat berisiko. Sebab jika ketahuan, nyawanya terancam.3 Kisah Undercover TNI Paling Legendaris: 1. Pura-pura Jadi Penjual Durian TNI.
TNI berpura-pura menjadi penjual durian Ivan Santosa E.A. Termuat dalam buku Natanegara “Copasus untuk Indonesia” adalah seorang prajurit Copasus berpangkat prajurit bernama Badri.
Suatu saat, ia diberi tugas berpura-pura menjadi penjual durian untuk melawan pemberontakan GAM.
Foto / Gambar / Ist
Kirim barang dari Badri Maidan ke Loxumave. Setiap kali melewati pos pemeriksaan TNI, Badri selalu diminta memberikan buah durian kepada penjaga.
Mengetahui ada satu peleton penjaga di stasiun, mereka pun memberikan durian dalam jumlah besar. “Jika saya memberinya dua durian, mereka akan menamparnya,” katanya.
Akibat penipuan tersebut, Badri bisa memasuki berbagai lokasi di Aceh yang dijaga ketat oleh GAM.
Bahkan, ia mendapat kepercayaan dari pasukan GAM dan menguasai situasi lapangan di daerah tersebut, khususnya di Lhokseumawe, markas militer GAM.
2. Berpura-pura menjadi sopir TNI
Buku “Suteyoso Jendral Lapangan, Totalitas Prajurit Komando” menyebutkan bahwa Suteyoso, yang saat itu menjabat Panglima, ditugaskan untuk menangkap petinggi Aceh (GAM) Hassan Tiro. Dan orang-orang terdekatnya pada pertengahan tahun 1970-an.
Letjen Kopasus, Letjen Sutioso saat pertemuan dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Foto / Pertama
Sulistio kemudian berhasil mendapatkan informasi terkait GAM dari sang chef. Sayangnya, saat hendak melancarkan penggerebekan, Hasan berhasil lolos.
Sutioso terus mencari informasi dan menemukan Hassan telah mengutus menteri keuangan GAM Usman untuk mengaji. Guru mengaji akan membawa Usman ke rumah saudagar di Loxumawe.
Sulistio kemudian berpura-pura menjadi saudagar dan mengajak saudagar tersebut ke kediamannya untuk berdiskusi lebih lanjut. Di sanalah Sulistyo mendapat informasi tentang Hasan dengan bertanya kepada seorang pengusaha.
Saat ingin menangkap Hasan Sulisto kembali menyamar. Kali ini dia berpura-pura menjadi sopir pengusaha.
Melalui penyamarannya tersebut, Usman akhirnya ditangkap dan memberikan banyak informasi tentang keberadaan Hasan Tiro. Setelah digali, terungkap Hasan Tiro melarikan diri ke Malaysia melalui jalur utara yang salah dilindungi pihak berwenang.
3. TNI menyamar sebagai mayat
Rahasia TNI yang terakhir dilakukan oleh Pardjo, anggota Pasukan Garak Tjepat (sekarang Kopasgat) dan diterjunkan ke hutan Papua sekitar tahun 1961-1962.
Suatu saat, mereka diserang dan dikalahkan Fakfak oleh Marinir Belanda. Pardjo dan rekan-rekannya terpaksa mundur.
Foto / Gambar / Ist
Begitu mereka merasakan kondisi yang mendukung, pasukan Pardjo mulai menyusup. Mereka menemukan sebuah desa yang dihancurkan oleh Belanda.
Para prajurit kemudian memutuskan untuk beristirahat di sekitar desa. Sayangnya, mereka diserang oleh tentara Belanda. Beberapa rekan Pardjo tewas karena tertembak. Pardjo juga terluka terkena peluru Belanda.
Untuk mengelabui tentara Belanda, Pardjo memilih bersembunyi di balik tubuh rekan-rekannya dan menyamar seolah-olah tewas dalam pertempuran.
Sebuah mobil patroli Belanda melaju dan membuatnya tidak bisa bergerak.
Pardjo harus tidur bersama jenazah rekannya selama lima hari sebelum diselamatkan dan dirawat oleh warga setempat.