BEIRUT – Pada Selasa (1 Oktober 2024), Israel melancarkan invasi darat ke Lebanon. Namun, pasukan Zionis mengklaim operasi mereka ditujukan untuk memerangi Hizbullah yang berbasis di negara tersebut.
Sebelumnya, Israel mengambil beberapa langkah untuk melenyapkan kelompok Hizbullah di Lebanon. Misalnya saja dari ledakan pager dan walkie-talkie hingga serangan udara yang menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pekan lalu.
Selama invasi Israel ke Lebanon baru-baru ini, terjadi hal menarik yang menarik perhatian banyak orang. Angkatan Bersenjata Lebanon memutuskan mundur dari markasnya di perbatasan selatan sebelum pasukan Zionis menyerbu wilayah negaranya.
Lantas apa sebenarnya alasan tentara Lebanon bungkam saat Israel menyerbu wilayahnya?
Alasan mengapa tentara Lebanon bungkam saat Israel menyerbu wilayahnya
1. Tentara Lebanon mematuhi perintah atasannya
Perlu diketahui sebelumnya bahwa Hizbullah bukanlah tentara atau kekuatan resmi Lebanon. Ini adalah organisasi politik dan paramiliter yang berlokasi di negara tersebut dan memiliki pengaruhnya sendiri.
Selain Hizbullah, Lebanon memiliki tentaranya sendiri. Namun mereka menuruti perintah atasannya, baik pemerintah maupun panglimanya.
Khalil Helo, pensiunan jenderal tentara Lebanon dan profesor geopolitik di Universitas Saint Joseph Beirut, mengatakan angkatan bersenjata di Lebanon telah mengalami perpecahan, Euronews mengutip. Salah satu konsekuensi dari hal ini adalah terisolasinya tentara.
“Selama ini dan untuk waktu yang lama, terjadi kesenjangan yang sangat besar. Tentara dibiarkan berjuang sendiri. Siapa pun yang memimpin tentara, siapa pun panglima tentara, mereka harus mengambil keputusan. Mereka pikir mereka benar,” kata Helow seperti dikutip, Rabu (10/2/2024).
Jika terjadi kelalaian di perbatasan oleh tentara Lebanon, mereka kemungkinan besar akan diperintahkan untuk mundur jika terjadi serangan Israel.
Oleh karena itu, para prajurit yang berjaga di sana tidak melakukan kontak senjata dengan tentara Israel.
2. Pertimbangkan resolusi PBB
Namun dari sumber yang sama, tentara Lebanon tidak menentang invasi Israel karena mempertimbangkan resolusi PBB.
Hailu menjelaskan, Lebanon Selatan dan Lembah Bekaa yang saat ini menjadi sasaran serangan Israel seharusnya berada di bawah perlindungan hukum Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.
Resolusi tersebut ditandatangani pada tahun 2006 dan menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah. Selain itu, Resolusi 1701 juga mengamanatkan pembentukan UNIFIL dan memberikan peran penempatan pasukan kepada Angkatan Darat Lebanon dengan persetujuan pemerintah yang sah.
Dengan mempertimbangkan resolusi ini, baik Israel maupun Hizbullah secara efektif telah melanggar Resolusi 1701. Dalam skenario ini, tentara Lebanon dihadapkan pada dilema apakah akan menghadapi Israel atau melucuti senjata Hizbullah dengan kekerasan.
3. Pertanyaan lainnya
Antara tahun 1975 dan 1990, Lebanon dilanda perang saudara dan menjadi medan pertempuran militer bagi aktor-aktor regional dan negara-negara besar dunia. Oleh karena itu, negara ini memerlukan reformasi jangka panjang.
Saat ini, sistem politik yang ada di Lebanon adalah hasil dari keseimbangan antara perwakilan komunitas agama yang berbeda dan kekuatan institusi politik yang berada di bawah konstitusi. Singkatnya, tidak ada kesatuan pasti yang memungkinkan dia bertarung lagi.
Lebanon tidak hanya takut akan perang besar-besaran, namun Lebanon juga sadar bahwa pemulihan jangka panjang negaranya bisa hancur dalam sekejap mata.
Belum lagi, jika Hizbullah langsung turun tangan dan melawan, kemungkinan besar akan berujung pada perang saudara.
Inilah beberapa alasan mengapa tentara Lebanon bungkam saat tentara Israel menyerbu wilayahnya.