3 Perpecahan yang Muncul di Pemerintahan Israel selama Genosida di Gaza

3 Perpecahan yang Muncul di Pemerintahan Israel selama Genosida di Gaza

Gaza Jalur – 45.500 warga Palestina terbunuh di Jalur Gaza akibat pembantaian Israel.

Genosida terus berlanjut hingga saat ini di tangan pemerintah apartheid Israel. Pada saat yang sama, perpecahan juga muncul dalam pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Perpecahan dalam pemerintahan Israel saat ini mencerminkan ketegangan politik yang mendalam dan perbedaan pandangan ideologis antara para pemimpin dan partai politik.

Tiga perpecahan besar yang terjadi di Kerajaan Israel saat ini adalah:

1. Dewan Perang

Salah satu faksi terpenting ada di Kementerian Perang Israel, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Ketegangan ini terutama terlihat pada pemecatan Menteri Pertahanan Yove Gallant pada November 2024.

Gallant dipecat menyusul perbedaan pandangan strategis dengan Netanyahu, khususnya mengenai perang di Gaza.

Gallant menentang rencana Netanyahu untuk memperluas kendali militer Israel atas Gaza dan menolak pembentukan pemerintahan militer di wilayah tersebut.

Ketegangan ini mencerminkan perpecahan yang luas dalam kementerian pertahanan Israel, dimana beberapa pejabat mendukung Gallant dan yang lainnya mendukung Netanyahu.

2. Perpecahan dalam Kesatuan Pemerintahan

Perpecahan kedua terjadi pada pemerintahan koalisi yang dipimpin Netanyahu. Koalisi tersebut mencakup beberapa partai politik yang berbeda pandangan, antara lain Likud, Shas, dan Partai Religius Zionis.

Perbedaan pandangan seringkali menimbulkan ketegangan dan konflik internal. Misalnya, kelompok Zionis Religius Bezalel Smotrichin selalu mendapat peringkat lebih tinggi dalam pandangan dibandingkan kelompok lain dalam koalisi.

Hal ini menimbulkan ketegangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pemerintah.

3. Divisi di Knesset

Pembagian ketiga berlangsung di Knesset, parlemen Israel. Sistem politik Israel didasarkan pada perwakilan proporsional, yang mengalokasikan kursi di Knesset kepada sebagian besar partai politik.

Hal ini seringkali menimbulkan fragmentasi politik dan kesulitan dalam mencapai konsensus. Misalnya, partai-partai seperti Yesh Atid yang dipimpin Yair Lapidin dan Partai Buruh yang dipimpin Merav Michaeli seringkali mempunyai pandangan berbeda dengan partai-partai di koalisi pemerintah.

Perbedaan pandangan ini seringkali menimbulkan perselisihan yang memanas dan sulitnya mencapai kesepakatan mengenai banyak isu penting.

Bab-bab ini menyoroti kompleksitas politik Israel dan tantangan yang dihadapi para pemimpin dalam mencapai konsensus dan stabilitas pemerintahan.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *