KRAKATAU – Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 memberikan dampak yang cukup besar dalam skala dunia. Saking parahnya, beberapa orang pada saat itu mengira dunia telah berakhir.
Letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada 26 Agustus 1883 bahkan menjadi salah satu gunung berapi terkuat yang tercatat dalam sejarah. Bencana alam ini tidak hanya menimbulkan banyak korban jiwa, namun juga mengubah kondisi dunia.
Lalu apa dampak dahsyat letusan Gunung Krakatau tahun 1883 terhadap dunia? Berikut ulasannya yang dihimpun dari berbagai sumber, hingga Senin (16/12/2024).
Dampak letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883
1. Tsunami setinggi 40 meter Akibat ledakan dahsyat Gunung Krakatau, terjadi longsoran panas yang mengalir ke laut, menyebabkan sebagian besar pulau vulkanik tersebut jatuh ke laut dan menimbulkan gelombang tsunami.
Tsunami akibat ledakan Krakatau mencapai ketinggian hingga 40 meter dan jarak puluhan kilometer. Gelombang kuat menghancurkan wilayah pesisir hingga Batavia dan Tsilamaya di Karawang.
Simon Winchester, dalam bukunya tentang besarnya tsunami akibat letusan Gunung Krakatau, mengatakan gelombang yang diakibatkannya bahkan menyebar hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah, dan Jazirah Arab yang jaraknya 7.000 kilometer. . .
2. Langit tetap gelap selama beberapa hari. Pada tahun 1883, letusan Gunung Krakatau melepaskan jutaan meter kubik material vulkanik ke atmosfer. Abu vulkanik tersebar tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia.
Tercatat, sekitar 800 ribu kilometer kubik langit bumi ditutupi oleh Krakatau dan membuatnya tetap gelap selama dua setengah hari. Abu yang menutupinya juga menghalangi sinar matahari sehingga dunia mengalami penurunan suhu global.
3. Perubahan iklim. Terbentuknya Krakatau juga menyebabkan perubahan iklim global. Selama dua setengah hari, dunia menjadi gelap akibat abu vulkanik yang menutupi atmosfer bumi.
Pasca ledakan, suhu rata-rata dunia turun 1,2 derajat. Kondisi cuaca juga tidak menentu selama bertahun-tahun hingga tahun 1888.
Faktanya, letusan Gunung Krakatau turut menyumbang tingginya kadar sulfur dioksida (SO2) di stratosfer. Senyawa tersebut kemudian disebarkan ke seluruh planet melalui angin, menghasilkan asam sulfat (H2SO4).
4. Bulan berwarna biru Dampak letusan gunung krakatau terasa di seluruh dunia bahkan mencapai kedalaman stratosfer. Hal ini menyebabkan bulan biru muncul di malam hari.
Ledakan tersebut melepaskan sulfur dioksida dan partikel lain seperti abu ke udara, yang menyaring warna sinar matahari saat mencapai Bumi. Warna-warna yang berbeda memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda, dengan warna merah yang terpanjang, ungu yang terpendek, dan warna-warna lain berada di antara urutan pelangi.
Partikel vulkanik berukuran lebih kecil dari satu mikron tetapi sedikit lebih lebar dari panjang gelombang cahaya merah. Jadi, setelah hamburan, partikel menyerap cahaya merah dan membiarkan warna lain melewatinya. Hasilnya adalah pemandangan yang nyata, termasuk bulan biru.
5. Puluhan ribu orang menjadi korban. Suara ledakan Krakatau terdengar hingga 4.600 kilometer dari pusat ledakan. Simon Winchester, seorang ahli geologi asal Inggris, jurnalis dan penulis bukunya yang terkenal Krakatau: The World’s Explosion Day, menulis pada tanggal 27 Agustus 1883 (Winchester, 2003), bahwa pada hari itu dunia seolah meledak, terdengar ledakan. Letaknya hingga 4600 km dari pusat letusan, dan bahkan 1/8 penduduk bumi dapat mendengarnya saat itu.
Hebatnya, ledakan Krakatau setara dengan sekitar 30.000 bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki pada akhir Perang Dunia II. Jumlah korbannya pun sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 36 ribu orang.
Baca Juga: Kegembiraan Terbang di Atas Gunung Krakatau Anak-anak
Itulah beberapa dampak letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 yang dianggap sebagian orang sebagai kiamat.