TEL AVIV – Ketika hubungan antara Israel dan Bahrain semakin menguat dalam beberapa tahun terakhir, tidak mengherankan jika Manama tidak banyak bicara tentang serangan Tel Aviv ke Gaza atau Lebanon.
Bisa juga dikatakan bahwa Bahrain merupakan salah satu negara Muslim yang tidak pernah mengkritik berbagai tindakan kontroversial Israel dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kesepakatan kedua negara untuk menjalin hubungan diplomatik pada tahun 2020. Banyak fakta menarik seputar hubungan Israel dan Bahrain, berikut beberapa di antaranya.
7 fakta hubungan Israel dan Bahrain
1. Bahrain dulu memboikot Israel
Hubungan Israel dan Bahrain sebenarnya bermula dari permusuhan. Setelah Bahrain merdeka dari pemerintahan Inggris pada tahun 1971, Manama berpartisipasi dalam boikot Liga Arab terhadap Israel.
Negara ini juga mengirimkan perwakilannya ke Konferensi Madrid pada tahun 1991 untuk mengakhiri konflik di Timur Tengah. Namun saat itu Bahrain sepertinya baru bergabung dan belum terlalu vokal di Liga Arab.
2. Akhiri boikot terhadap Israel
Pada tahun 2005, Bahrain secara resmi menandatangani boikot terhadap Israel. Tindakan tersebut diduga dilakukan sebagai imbalan atas perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat (AS).
Bahrain tidak hanya menandatangani boikot tersebut, tetapi juga menentang dan mengkritik tindakan yang dilakukan banyak negara terhadap Israel.
3. Menentang boikot Israel
Pada bulan September 2017, Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa mengutuk boikot Liga Arab terhadap Israel, dengan menyatakan bahwa warga kerajaan memiliki hak untuk mengunjungi Israel, meskipun kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik.
Tindakan ini menyebabkan Bahrain saat itu dianggap pengkhianat Liga Arab, bahkan banyak pihak yang menyebut negara tersebut telah mengkhianati umat Islam di seluruh dunia.
4. Memiliki hubungan tersembunyi dengan Israel
Pada tahun 2011, di puncak pemberontakan Musim Semi Arab, kabel Wikileaks yang diterbitkan oleh Haaretz mengungkapkan banyak hubungan tersembunyi antara pejabat Bahrain dan Israel.
Dalam pertemuan dengan duta besar AS pada bulan Februari 2005, Raja Hamad bin Isa Al Khalifa dari Bahrain membanggakan kontaknya dengan badan intelijen nasional Israel, Mossad.
Dia mengindikasikan bahwa Bahrain juga siap mengembangkan hubungan di bidang lain.
5. Membangun hubungan diplomatik penuh dengan Israel
Hubungan Israel dan Bahrain mencapai puncaknya pada 11 September 2020, ketika kedua negara sepakat menjalin hubungan diplomatik penuh.
Perjanjian tersebut ditandatangani pada 15 September 2020 di Gedung Putih di Washington.
Pada tanggal 18 Oktober 2020, delegasi Israel yang dipimpin oleh Penasihat Keamanan Nasional Meir Ben-Shabbat melakukan perjalanan ke Manama, Bahrain untuk menandatangani dokumen deklarasi normalisasi.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Israel juga menjalin hubungan dengan Uni Emirat Arab dan Maroko.
6. Israel membuka kedutaan baru di Bahrain
Al Jazeera melaporkan Israel dan Bahrain terus memperkuat hubungan setelah keduanya menjalin hubungan diplomatik penuh pada tahun 2020 sebagai bagian dari Abraham Accords.
Setelah hubungan tersebut terjalin, Israel langsung membangun kedutaan besar di ibu kota Manama pada tahun 2021. Kemudian, pada tahun 2023, Tel Aviv mengganti kedutaannya dengan yang baru.
7. Penentangan dari masyarakat itu sendiri
Dikutip dari Arab Reform Initiative, penandatanganan perjanjian yang dilakukan Bahrain tidak mendapat persetujuan publik atau persetujuan DPR.
Kesepakatan tersebut belum dihasilkan dari referendum populer.
Sebaliknya, perjanjian tersebut merupakan keputusan sepihak oleh pemerintah atau badan yang dikendalikan oleh keluarga kerajaan Bahrain.
Tidak mengherankan jika keputusan tersebut disambut dengan kemarahan publik, yang diungkapkan melalui media sosial dan melalui demonstrasi spontan di seluruh negeri.