GAZA – Apa yang awalnya merupakan konflik lokal antara Israel dan Hamas telah berubah menjadi perang saudara.
Perang tersebut menarik pemain-pemain utama regional, termasuk Iran, yang selanjutnya meningkatkan ketegangan dengan meluncurkan rudal balistik terhadap sasaran-sasaran Israel. Hal ini meningkatkan cakupan konflik, dengan Israel kini berada di ketujuh pihak.
Peluncuran 180 rudal balistik Iran terhadap Israel menandai peningkatan besar, yang menunjukkan kesediaan Teheran untuk terlibat langsung dalam konflik tersebut. Sebagian besar rudal ini dicegat oleh Iron Dome Israel dan sistem pertahanan lainnya, yang didukung oleh pencegat Angkatan Laut AS.
Namun, serangan terhadap Iran menunjukkan bahwa, setelah pembunuhan dan serangan terhadap Israel, hanya ada sedikit intervensi yang bisa dilakukan. Konflik ini tersebar di tujuh front, yang masing-masing melibatkan berbagai aktor negara dan non-aktor.
7 Wajah Musuh Israel dari Berbagai Negara 1. Hamas di Gaza Menurut India Hari ini adalah satu tahun sejak konflik pertama yang diawali dengan serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang merupakan salah satu front terkuat . Israel terus menyerang Hamas, meski operasi di negara tersebut telah memakan banyak korban jiwa dan para tahanan tidak bebas.
2. Hizbullah di Lebanon Ini yang terpanas dalam sepekan terakhir. Ketika Israel menyerang Hizbullah dengan meledakkan pager, kemudian meledakkan walkie-talkie, dan kemudian membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, Israel mengalahkan salah satu musuh terkuatnya.
Sekarang dengan tentara Israel menuju perbatasan di Lebanon, Israel mendapatkan waktu.
3. Houthi di Yaman Houthi, sekutu Iran, telah melancarkan serangan drone dan rudal terhadap Israel dari selatan. Hal ini menandai meningkatnya ancaman terhadap perbatasan dan selat selatan Israel.
4. Pasukan yang didukung Iran di Irak dan Suriah. Israel menanggapinya dengan membekukan milisi dan gudang senjata di Suriah, yang semakin memperburuk konflik.
5. Keterlibatan Iran di Tepi Barat Iran dituduh menyerang pasukan Palestina di Tepi Barat, sehingga semakin memperumit situasi. Ketegangan meningkat di Tepi Barat, dengan bentrokan rutin antara pasukan Israel dan milisi.
6. Mengarah pada intervensi militer Iran Sebuah serangan balistik akan menandakan intervensi segera Iran. Meskipun Israel berhasil mencegat sebagian besar rudal tersebut, operasi ini menandai perubahan dalam cakupan keterlibatan Iran.
7. Perang siber Meski bukan medan perang konvensional, perang siber telah muncul sebagai sebuah garis depan yang kritis. Israel dan musuh-musuhnya telah melancarkan serangan siber yang menargetkan infrastruktur penting dan sistem militer.
Perang di Timur Tengah bisa dilihat sebagai perubahan yang lebih besar. Iran, yang merupakan pusat dari apa yang disebut “Poros Perlawanan”, berupaya menentang Israel dan meningkatkan pengaruhnya di Timur Tengah melalui proksi dan tindakan langsung. Di sisi lain, strategi Israel di bawah Benjamin Netanyahu berfokus pada mempertahankan status tinggi tanpa mengeluarkan biaya apa pun.
Israel mengatur operasi militernya seperlunya untuk pertahanan diri dan kelangsungan hidup dari ancaman kelompok musuh. Sementara itu, Iran dan sekutunya mengklaim tindakan mereka merupakan bagian dari protes yang lebih luas terhadap kehadiran Israel dan pengaruh Amerika di wilayah tersebut.
Jika konflik meningkat, kemungkinan besar akan terjadi perang skala penuh yang melibatkan aktor internasional lainnya. Keterlibatan Iran, Lebanon, Yaman dan Irak, dikombinasikan dengan milisi proksi, menunjukkan stabilitas sebagian Asia Barat. Kerugian terberat masih ditanggung oleh jutaan warga sipil tak berdosa yang terjebak dalam baku tembak.
Keterlibatan Iran menambah lapisan ketidakpastian, dan tanggapan AS serta negara-negara besar lainnya akan sangat penting dalam menentukan langkah selanjutnya.