TEHERAN – Di tengah meningkatnya ketegangan dan konflik di Timur Tengah pasca serangan rudal Iran dalam Operasi True Promise 2, terdapat berbagai analisis mengenai bagaimana Israel akan meresponsnya.
Tujuh skenario berikut menguraikan kemungkinan tanggapan Israel, yang masing-masing mempunyai implikasi terhadap stabilitas regional dan hubungan internasional.
Tujuh kemungkinan skenario tanggapan Israel terhadap serangan rudal Iran
Adegan 1
Mengingat krisis yang terjadi saat ini dan terbukanya front baru, serta kekhawatiran mengenai serangan rudal Iran dan tekanan untuk melakukan tindakan pembalasan oleh pasukan proksi Iran, salah satu kemungkinannya adalah Israel menahan diri untuk tidak melakukan tanggapan langsung.
Skenario ini merupakan hasil manajemen konflik kedua belah pihak yang berarti mereka akan mengontrol tingkat keterlibatan dan menghindari eskalasi.
Namun, Israel mungkin malah fokus pada pembunuhan yang ditargetkan terhadap komandan front perlawanan.
Adegan 2
Pilihan lainnya adalah operasi yang lemah dan berbiaya rendah yang bertujuan untuk mengurangi tekanan terhadap negara tersebut dan menjaga prestise Israel.
Dalam hal ini, reaksi Iran mungkin lebih dari perkiraan Israel.
Adegan 3
Israel dapat menargetkan pangkalan militer Iran. Ini kemungkinan besar akan menjadi serangan balasan besar-besaran yang dilakukan Iran terhadap Israel.
Adegan 4
Israel dapat menyerang infrastruktur dan potensi ekonomi Iran. Dengan latar belakang ini, reaksi Iran adalah melakukan serangan balik yang kuat dan melemahkan rezim kolonial Israel.
Adegan 5
Israel dapat melancarkan serangan terpadu terhadap benteng-benteng perlawanan, mulai dari pangkalan militer Pasukan Mobilisasi Populer Irak hingga pemboman lapangan udara Beirut dan Suriah, perluasan serangan terhadap Lebanon, dan pemboman pelabuhan Hodeidah di Yaman.
Hal ini juga dapat mencakup serangan siber terhadap infrastruktur penting Iran.
Dorongan utama serangan ini akan disebarkan ke seluruh front perlawanan, sehingga mungkin mencegah tindakan balasan langsung.
Adegan 6
Kemungkinan lainnya adalah menyerang fasilitas nuklir Iran di NATO dan Ford. Serangan semacam itu tidak dapat dilakukan dengan menggunakan rudal dan memerlukan serangan udara.
Namun, pembatasan penerbangan jarak jauh dari negara-negara seperti Yordania, Arab Saudi, Turki, Suriah, dan Irak, serta pertahanan udara berlapis dan kebutuhan bahan bakar Iran, membuat skenario ini sangat tidak mungkin terjadi.
Selain itu, Israel tidak memiliki kemampuan untuk membawa bom penghancur bunker AS (GBU-57A/B), yang berbobot 30.000 pon dan hanya dapat diterbangkan oleh pembom USB-2 Spirit.
Skenario ini hampir tidak mungkin terjadi, karena akan menyebabkan perluasan wilayah, yang kemungkinan akan menghentikan ekspor minyak ke Amerika Serikat dan Eropa.
Jika skenario tersebut berhasil, maka respons Iran dapat mencakup penargetan reaktor nuklir Dimona milik Israel, sehingga menimbulkan risiko konfrontasi nuklir yang memakan banyak biaya dan tidak diinginkan oleh kedua belah pihak.
Adegan 7
Terakhir, Israel dapat menyerang pelabuhan, terminal ekspor minyak, atau pabrik baja Iran.
Skenario tersebut dapat mencakup rute-rute yang berisiko rendah dan berbiaya rendah dengan dukungan angkatan laut AS, seperti operasi dari Laut Merah, Samudera Hindia, dan Teluk Persia.
Skenario yang relatif mudah ini bisa jadi menggoda bagi Israel, karena akan mengganggu ekspor minyak dari pulau Harak dan Hormuz di Iran.
Namun, tanpa persetujuan Amerika, Israel kemungkinan tidak akan melanjutkan tindakannya, karena keterlibatan Amerika atau Eropa yang sudah dipastikan akan mengakibatkan Iran tidak hanya menargetkan aset Israel, tetapi juga kepentingan Amerika dan Eropa di Teluk Persia.
Yang terakhir, analisis terhadap tujuh skenario ini menyoroti kebijaksanaan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei, yang meramalkan penurunan kekuatan Amerika dan Israel serta meningkatnya kekuatan dunia Islam dan meningkatnya perlawanan.