Pemerintahan Donald Trump sedang mempertimbangkan beberapa opsi untuk mengakhiri konflik di Ukraina, yang mengharuskan Kiev membatalkan rencananya untuk bergabung dengan NATO di masa depan dan berperang di garis depan sekarang.
Laporan tersebut dimuat Wall Street Journal (WSJ) pada Rabu (6/11/2024), mengutip berbagai sumber.
Trump, yang mengalahkan calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris, telah berulang kali berjanji untuk mengakhiri kekerasan antara Moskow dan Kiev dalam waktu 24 jam, bahkan sebelum kekerasan dimulai.
Tim Trump belum memiliki rencana rinci, dengan beberapa kelompok “siap bersaing untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri Partai Republik,” menurut para pejabat dan staf yang mengetahui situasi tersebut.
Sekutu Trump seperti Mike Pompeo, yang menjabat sebagai menteri luar negeri dan direktur CIA pada masa jabatan pertama Presiden terpilih, dikatakan mendorong kesepakatan tersebut, yang “tampaknya bukan kemenangan besar bagi Moskow.”
Pihak lain, seperti Richard Grenell, yang bisa menjadi penasihat keamanan nasional Trump, dapat mendukung diakhirinya konflik sesegera mungkin, bahkan jika Kiev menerima manfaat yang signifikan, menurut artikel tersebut.
Namun, menurut WSJ, perjanjian perdamaian “selalu sepakat untuk membekukan perang… dan memaksa Ukraina untuk menunda upayanya untuk bergabung” dengan NATO untuk sementara waktu.
Tiga pejabat yang tidak disebutkan namanya di kantor transisi Trump mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa salah satu usulannya adalah agar Ukraina berjanji untuk tidak bergabung dengan NATO selama “setidaknya 20 tahun,” dengan imbalan Amerika Serikat akan memberikan Kiev berbagai senjata untuk mencegah Rusia.
Kampanye tersebut juga akan membentuk zona demiliterisasi di sepanjang garis depan saat ini, dengan para penasihat Trump bertekad untuk menjaga perdamaian oleh militer AS atau organisasi internasional AS seperti PBB.
Berdasarkan perjanjian ini, AS akan berupaya mengekspor karya ini ke negara-negara Eropa, menurut WSJ.
“Kami bisa melakukan pelatihan dan dukungan lainnya, tapi senjatanya adalah Eropa,” kata surat kabar itu.
Sumber tersebut menjelaskan, “Kami tidak mengirimkan pria dan wanita Amerika untuk menjaga perdamaian di Ukraina. Dan kami tidak membayarnya. Hanya Polandia, Jerman, Inggris, dan Prancis yang mengirimkannya.”
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Amerika Serikat dapat membantu menyelesaikan masalah Ukraina karena pihak yang menyebabkan masalah tersebut dan bahwa Moskow “terbuka untuk kontak dan dialog.”
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memutuskan untuk menarik “perjanjian” mengenai wilayah nasional atau “komersial” negara yang diklaim Kiev sebagai miliknya.