Bogor – Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) Torioso Purnawarman mendorong peternak unggas mandiri menjadi peternak atau membentuk perkumpulan. Hal ini untuk menjamin stabilitas harga dan rantai pasok unggas yang adil dan berkelanjutan.
Kelebihan stok dan kelebihan stok menurunkan harga beli ayam hidup dari peternak sehingga menimbulkan kerugian. Menurutnya, makan berlebihan adalah sebuah berkah. Pasalnya, mereka sukses di bidang teknologi produksi pangan dari hewan.
Permasalahannya, tidak semua pelaku usaha, termasuk organisasi, berusaha mendorong atau menciptakan permintaan. Jadi promosi itu penting.
Oleh karena itu, di tingkat nasional dan institusi, termasuk ketika Presiden sedang menjalankan tugasnya, makan lebih banyak ayam dan telur akan meningkatkan permintaan, kata Trioso saat fokus pada diskusi kelompok (FGD) kerja sama antarlembaga untuk memahaminya. Rantai peternakan unggas yang adil dan berkelanjutan di Bogor, Jawa Barat, Kamis (10 Maret 2024).
Dalam diskusi yang digagas Forum Ayam Pedaging Indonesia (FBI), Pak Torioso mengatakan, program Presiden terpilih Prabowo Subianto yakni Pakan Gratis Januari 2025 (MBG) akan membawa angin segar bagi peternak unggas mandiri itu mungkin. Namun hal ini tidak terlalu penting bagi peternak mandiri untuk menyerap ayam hidup. Pasalnya, prosesnya dilakukan secara bertahap.
“Satu-satunya kendala adalah pelaksanaan program ini baru akan dilaksanakan pada Januari 2025, yang menerima 20 juta orang, 65 juta pada tahun 2026, dan 82,9 juta pada tahun 2027, sehingga tidak akan segera terlaksana. Peningkatan (permintaan) mungkin tidak terlalu penting.
Berikutnya, Trioso yang tergabung dalam kelompok percepatan penyediaan daging, susu, dan telur untuk menciptakan rantai pasok unggas yang berkeadilan dan berkeadilan, berupaya membentuk asosiasi peternak mandiri untuk menciptakan rantai pasok unggas yang adil dan berkeadilan. Saya mengusulkan untuk bergabung dengan pabrik. Ia mengatakan peternak saat ini belum bisa bersaing secara mandiri dengan rekan pengusaha.
Katanya, sudah ada Perintah Eksekutif Nomor 2. Pada Oktober 2021 disebutkan bahwa peternak unggas harus menggunakan pola kemitraan.
Sayangnya, para peternak masih belum memahami bagaimana mengikuti program yang dianjurkan pemerintah.
“Memang melalui kemitraan ini para pengusaha kecil dan menengah mendapatkan banyak manfaat. Artinya, pasokan tetap terjaga, harga terjangkau, konsumsi ayam hidup segera berkurang, dan masyarakat menjadi tenang. katanya.
Maino Dwi Hartono, Direktur Pasokan Pangan dan Stabilitas Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), mengakui permasalahan kelebihan pasokan ayam hidup sudah terjadi sejak lama. Untuk mengatasi overproduksi unggas, pemerintah memberikan bantuan pangan berupa daging dan telur unggas pada masa resesi.
Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) akan didistribusikan kepada 1.446.000 KRS (keluarga berisiko stunting) di tujuh negara bagian pada tahun 2024. “Dengan memberikan 1 kg daging ayam dan 10 butir telur. Harapannya tahun depan bisa dilanjutkan dan pendistribusiannya ditingkatkan ke daerah-daerah. Saat ini baru 7 negara bagian, tapi masih ada negara bagian yang belum terdistribusi. Saya harap terus berlanjut,” ujarnya. dikatakan.
Ketua FBI Endei Hidayat mengatakan tujuan diskusi adalah untuk menciptakan lingkungan persaingan bisnis yang sehat antara peternak mandiri dan perusahaan patungan. Menjaga stabilitas harga di tingkat produsen dan konsumen menciptakan lingkungan jaminan sosial dan keselamatan masyarakat yang memadai.
Ia berharap platform tersebut akan menghasilkan produk bersertifikat dan legal bagi pelaku usaha, sehingga menciptakan keadilan dan stabilitas.
Pesertanya adalah Persatuan Peternakan Unggas Rakyat Indonesia (Pinsar), Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN), dan Peternak Unggas Komersial (PPUN). Lalu ada Persatuan Organisasi Peternakan Nasional (GOPAN), Kementerian Pertanian dan Peternakan, Bapanas, Japfa dan Pokpando.