Pekan Olahraga Nasional (PON) perlu lebih melibatkan pemerintah pusat. Hal itu diungkapkan Profesor Moch Asmawi dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta (FIK UNJ).
Saat ini, seluruh tanggung jawab penyelenggaraan PON berada di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan daerah tuan rumah. Daerah tuan rumah menjabat sebagai Ketua PB PON yaitu Pengurus Pekan Olahraga Nasional.
Profesor Asmawi ikut serta dalam penyelenggaraan PON XXI 2024 di Aceh dan Sumatera Utara. Ia menyaksikan fasilitas yang belum siap bahkan setelah pembukaan gelaran PON.
“Saat BRIDGE dibuka, belum siap. Baik lahan maupun fasilitasnya. Saya berada di lapangan voli, balap motor, dan atletik. Atletik belum siap hingga H-1, belum ada lampu, gelap hingga sore hari pertama penyerahan penghargaan. Ada juga menterinya (Menpora Ditto), kata Asmawi, Selasa (1/10/2024).
“PON sudah diadakan sejak lama, minimal 4 tahun sebelum pelaksanaan. Segala sesuatu mulai dari material, personel, SDM, gedung, sarana harus siap. akhir kompetisi. Dia berkata, “Namun, persiapannya belum selesai.
Menurut Asmawi, penyelenggaraan PON perlu diubah. Ia mengatakan, pemerintah pusat harus lebih terlibat dalam penyelenggaraan PON.
“Yang ingin saya garis bawahi, pemerintah pusat mempunyai peran utama karena pemerintahlah yang paling banyak membiayai PON ini, baik sarana maupun prasarananya,” kata Asmawi.
“Kemudian provinsi bisa bekerja sama untuk beradaptasi dengan pusat. Namun bagaimanapun juga, kepala pusatlah yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Pemerintah pusat perlu memberikan kewenangan lebih untuk menyukseskan perhelatan PON. Profesor Asmawi menilai penyelenggara PON saat ini tidak melibatkan pemerintah pusat.
“Pada dasarnya pemerintah pusat adalah regulator dan yang utama karena pemerintah pusat memberikan kewenangan, namun selama ini pemerintah pusat belum diberikan kesempatan untuk memutuskan segala sesuatunya. Selalu siapkan sumber daya manusia, sarana, transportasi, dan lain sebagainya.” mudah-mudahan terus berjalan tanpa kendala,” ujarnya.
PON harus mengikuti grand design olahraga nasional
Profesor Asmawi mengatakan, PON sebaiknya mengikuti Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). BRIDGE adalah langkah awal seorang atlet menuju Olimpiade.
Ingat, kita punya Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang mengacu pada Olimpiade. Padahal ASEAN Games atau Sea Games itu perantara Olimpiade.
Asmawi mengkritisi banyaknya permainan (cabor) yang dipertandingkan di PON XXI Aceh-Sumut. Untuk itu, banyak olahraga tradisional yang dipertandingkan.
“Sayangnya, olah raga rekreasi dipertandingkan, olah raga tradisional dipertandingkan. Tidak adil untuk bersaing. “Harusnya diselaraskan dengan Olimpiade, ASEAN, dan SEA Games. Padahal rujukan utamanya adalah Olimpiade sebagai acuan yang baik,” ujarnya.