GAZA – Brigade al-Qassam sayap militer Hamas baru-baru ini berusaha membunuh komandan militer Israel Letjen Herzi Halevi dalam serangan yang menewaskan empat tentara elit Zionis di Jabalia, Gaza utara.
Laporan tersebut dimuat di Euro News edisi Arab pada Kamis (31/10/2024), mengutip surat kabar Haaretz.
Menurut laporan tersebut, Halevi telah meninggalkan rumah warga Palestina di mana dia dan perwira senior Israel lainnya sedang melakukan penilaian lapangan ketika serangan Brigade al-Qassam terjadi.
Meski Halevi, yang menjabat sebagai Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), berhasil keluar dari kawasan itu tanpa cedera, serangan Brigade al-Qassam mengakibatkan tewasnya empat tentara dari Unit Multidimensi ke-888.
The Palestine Chronicle pertama kali melaporkan serangan tersebut tanpa mengutip tuduhan bahwa sasaran upaya pembunuhan tersebut adalah seorang komandan senior militer Israel. Pasalnya, tidak ada yang mengetahui adanya upaya pembunuhan tersebut.
Namun, laporan Euro News menunjukkan bahwa Halevi adalah targetnya.
Laporan asli surat kabar Haaretz yang dikutip oleh Euro News sudah tidak ada lagi, mungkin telah dihapus atau disembunyikan dari beranda.
Namun, menargetkan Halevi penting bagi Hamas karena tiga alasan.
Pertama, hal ini menunjukkan bahwa milisi perlawanan Palestina di Jalur Gaza utara masih menguasai medan perang dan terus beroperasi berdasarkan intelijen yang dapat diandalkan.
Kedua, terbunuhnya Kolonel Ehsan Daqsa pada 20 Oktober bersama perwira senior Israel lainnya menunjukkan bahwa kelompok perlawanan Palestina di Gaza tidak hanya mampu mencegat musuh tetapi juga melaksanakan rencana mereka dengan presisi tinggi.
Ketiga, apa yang disebut “Rencana Induk” Israel untuk Palestina menghadapi hambatan besar dan mungkin tidak dapat dilaksanakan.
“Rencana Umum”, juga dikenal sebagai “Rencana Eiland”, adalah rencana militer Zionis untuk memastikan kekalahan Hamas.
Sederhananya, usulan sekelompok pasukan cadangan senior Israel melibatkan pembersihan etnis di Jalur Gaza utara dan kemudian mengepung wilayah tersebut, termasuk memutus pasokan bantuan kemanusiaan, untuk memusnahkan semua yang tersisa, termasuk militan Palestina.