JAKARTA – Harga beras mengalami kenaikan pada akhir pekan lalu. Hal ini dikeluhkan oleh para pedagang di pasar tradisional karena penjualannya menurun drastis dibandingkan sebelumnya.
Fahri, salah satu pedagang beras di Pasar Lenteng Agung, Jagkarsa, Jakarta Selatan, merasakan dampak kenaikan harga beras. Fahri mengaku baru saja berjualan beras.
“Penjualan turun drastis, dulu masyarakat beli 10-15 liter, tapi sekarang hanya beli 5-7 liter, tidak bisa di atas 10 (liter). Sebenarnya naik besar. harga tidak bisa turun lagi,” ujarnya, Sabtu (10/5/2024).
Fahri mengatakan kenaikan harga beras berlaku untuk produk beras premium, medium, dan murah. Namun pertumbuhan tertinggi terjadi pada nasi Pera yang merupakan bahan utama masakan Ketupat.
Kenaikan harganya terutama pada beras Pera, khususnya beras Ketupat. Kenaikan harganya lebih dari setengahnya, sekitar Rp 50.000 per liter. Kalau yang lain, kenaikannya hanya 20.000-30.000 per karung, jelasnya.
Fahri mengaku belum mengetahui apa penyebab kenaikan harga beras belakangan ini. Namun, dia berharap harga beras akan kembali turun dalam waktu dekat. “Saya harap harganya tidak naik terlalu tinggi, sulit menjualnya!” Dia berkata.
Hal senada juga diungkapkan seorang pedagang beras bernama Amel di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Harga telah meningkat sejak awal pekan lalu, dan meskipun sempat turun, harga kembali pulih pada akhir pekan, kata Amell. Menurut dia, harga padi yang paling mengalami kenaikan.
“Beras standar harganya Rp 600.000 per karung. Sekarang harganya naik turun. Tapi yang paling naik adalah beras pera. Minggu lalu penjualannya turun, tapi sekarang naik lagi, mungkin karena sudah lewat gajian,” ujarnya.
Sekadar informasi, berdasarkan data Badan Pangan Nasional (BAPNAS), harga beras premium naik 4,26% menjadi Rp 16.170 per kg. Begitu pula dengan beras medium yang naik 4,34% menjadi Rp 14.170 per kg. Harga beras SPHP pun naik 3,18% menjadi Rp 12.960 per kg.