RADIO STATION Diplomasi Selokan Mataram Ala Sri Sultan HB IX Selamatkan Rakyat dari Kerja Paksa Romusha

RADIO STATION Diplomasi Selokan Mataram Ala Sri Sultan HB IX Selamatkan Rakyat dari Kerja Paksa Romusha

Sistem drainase Mataram yang memisahkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari barat ke timur merupakan bukti kepiawaian diplomasi Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) IX.

Foto/djpb.kemenkeu

Dengan diplomasi Mataram Sewer, Sri Sultan yang menjabat Wakil Presiden RI mampu menyelamatkan masyarakat dari kerja paksa atau kerja paksa.

Oleh karena itu, ini merupakan bukti cinta kasih, solidaritas dan perjuangan Raja Chogcha menyelamatkan rakyatnya dari penindasan penjajah Jepang.

Pada awalnya Jepang berhasil menaklukkan sekutunya di Asia Timur pada Perang Dunia II. Selanjutnya, Jepang menginvasi Asia Selatan. Tentara Jepang tiba di Indonesia pada tahun 1942.

Indonesia merupakan salah satu daerah potensial dengan sumber daya alam yang dimanfaatkan Jepang untuk keperluan perang. Masyarakat juga dimobilisasi untuk membangun infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan laut, dan bandara dengan sistem kontrak atau kerja paksa.

Tanpa gaji, tanpa makanan, tanpa asuransi kesehatan, apa pun musimnya, para petani bekerja untuk memberi makan keluarga mereka.

Akibatnya, banyak orang meninggal karena penyakit, kelaparan, dan kecelakaan kerja selama prosesi tersebut. Akibatnya, keluarga mereka menjadi semakin miskin.

Ketika Jepang hendak menjadikan masyarakat Yogyakarta menjadi pekerja paksa di Romusha di luar daerah, Sri Sultan HB IX melakukan perlawanan secara arif dan lihai melalui jalur diplomasi. Konon saat itu Shri Sultan HBIX bertemu dengan pimpinan Jepang.

Raja Jogja mengatakan seluruh rakyat ingin berkontribusi membantu Jepang saat perang.

Namun bukan dengan mengangkat senjata atau bergabung dalam pemberontakan di tempat lain, namun dengan membangun infrastruktur ekonomi untuk mengubah Yogyakarta dan sekitarnya menjadi pusat pertanian.

Shri Sultan HB IX menjelaskan rencana pembangunan saluran atau parit sepanjang 30 km dari barat ke timur yang menghubungkan Sungai Progo dan Sungai Opak.

Dengan adanya saluran atau sekolah ini diharapkan daerah yang kering dan tidak memiliki air akan menjadi daerah pertanian yang subur.

Tanah tandus di wilayah utara Yogyakarta seluas 15.734 hektar ini kemudian menjadi persawahan yang dapat menunjang Jepang dalam perjuangannya melawan pasukan Sekutu.

Diplomasi Sri Sultan dan pemaparan HB IX sangat populer hingga Jepang menyetujuinya.

Selain itu, Jepang juga memberikan dukungan finansial untuk pembukaan proyek irigasi. Dengan dukungan tersebut, Shri Sultan HB IX mengerahkan rakyatnya untuk membuka saluran pembuangan sepanjang puluhan kilometer. Kanal Mataram selesai dibangun pada tahun 1944.

Saat itu masyarakat Yogyakarta belum menjadi sasaran kerja paksa dan Palung Mataram sangat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Hingga saat ini Kanal Mataram masih berfungsi dengan baik dan menjadi saluran irigasi bagi masyarakat Yogyakarta.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *