Jakarta – Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Takala 2024 hanya akan mempertemukan dua calon yakni Syamsari Kitta – Natsir Ibrahim (petahana) dan Muhammad Firdaus (Dg Manye) – Hengky Yasin.
Dalam dokumen tersebut, penantang Firdaus-Hengky dinilai berpeluang memenangkan pertarungan karena mendapat dukungan dari partai politik mayoritas (Partai) Republik Demokratik Takala untuk merebut kursi tersebut.
Tercatat, 10 partai peraih kursi di Takala mengusung partai pertama antara lain Partai Nasdem, PPP, HDP, Gerindra, PKB, Hanura, PAN, PKS, PSI, Garuda, Golkar, dan DMK.
Sementara itu, Anggota DPR Nomor Urut 2, Bapak Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim yang saat ini menjadi anggota Majelis Nasional Takala, hanya mendapat dukungan dari 3 partai politik saja, yakni Partai Glora, Partai Bersatu, dan Partai Perindo.
Dengan dukungan sebagian besar partai politik, penemuan ini telah menjadikan para pesaingnya memimpin Berdasarkan hasil survei PT Index Politika Indonesia (IPI), pasangan Muhammad Firdaus-Hengky Yasin mendapat persetujuan 49,4%, dan Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim Nojeng 40,8%.
Direktur PT IPI Suwardi Idris Amir mengatakan, pihaknya melakukan survei sampel terhadap 880 orang dengan menggunakan metode multisel dengan margin of error 3,2 persen dan tingkat kepercayaan 25 persen.
“Di sini yang menarik kita hanya menggunakan opsi penjelasan saja, karena dari segi popularitas sangat populer, karena dari segi popularitas rata-rata 90%, dan kenyamanan rata-rata sudah mencapai 80%. diskusi publik di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, pada Selasa (19 November 2024).
Suwadi mengatakan, berdasarkan penelusuran di lapangan, tidak banyak perbedaan pemilu antara paslon Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim dan paslon Muhammad Firdaus-Hengky Yasin.
Kombinasi Firdaus-Hengky mendapat nilai 49,4%, disusul Syamsari-Natsir 40,8%. Syamaari mengaku ada peningkatan karena sebelumnya hanya mendapat nilai 34%, pada saat yang sama, mereka yang tidak menjawab atau melarang jawaban memilih rate tersebut. . Rahasianya tetap di 9,8%,” katanya.
Suwadi mengatakan, dari hasil survei lapangan, Syamsari tertinggal 8% dari rivalnya Burhanuddin Baharuddin dibandingkan survei Pilkada 2017, namun ia membalikkan keadaan dengan selisih tipis pada survei Pilkada 2024. Hasil akhir. Saat itu, tingkat persetujuan Burhanuddin Baharuddin mencapai 50%, sedangkan tingkat persetujuan Syamsari Kitta di Pilkada Takalar 2017 sebesar 41% atau 42%.
“Situasi saat ini agak mirip karena berdasarkan pengalaman tahun 2017, selisihnya hampir 8%,” ujarnya.
Karena itu, ia menyebut rivalnya Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim punya potensi dan masih lebih berkomitmen untuk memenangkan pertarungan. “Kami yakin Syamsari bisa sukses di Pilkada 2017,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menyebut pasangan calon Firdaus-Henki yang didukung kekuatan besar dan mayoritas partai serta kekuatan besar di belakangnya belum mencapai 50% survei.
“Kalau memang masyarakat bisa memilih berdasarkan hati nuraninya, ini bisa ditangkap dan dikalahkan karena sama-sama punya peluang yang sama,” jelasnya.
Meski demikian, pihaknya mengaku masih banyak keraguan terhadap Syamsari Kitta karena sebelumnya dianggap kurang cocok menjadi wakil kerajaan, namun pihaknya berdalih hal tersebut karena masih mewabahnya COVID-19.
Pak Suwadi menegaskan, salah satu keistimewaan rivalitas Syamsari-Natsir adalah keduanya mengangkat isu daerah (asli) yang mereka klaim sebagai masyarakat adat Takala. Terlepas dari isu tersebut, pasangan Syamsari Kitta dan Natsir Ibrahim dinilai merupakan pasangan yang lengkap dan berpengalaman di pemerintahan karena Syamsari merupakan Putra Mahkota Takalar pada tahun 2017 dan wakilnya Natsir Ibrahim merupakan mantan Wakil Takalar di masa lalu. Bupati tersebut juga merupakan anak dari dua bupati sebelumnya, Ibrahim Rewa.
Ridwan Pawallang, pengamat politik Unismuh Makassar mengatakan, “Keduanya (Syamsari Kitta-Natsir Ibrahim) merupakan pasangan yang berpengalaman di pemerintahan, masing-masing mantan bupati dan mantan wakil bupati, sehingga peluang menang masih besar.” Juga menjadi narasumber dalam diskusi.
Diskusi politik tersebut tidak hanya dihadiri Direktur Eksekutif PT IPI Suwadi Idris Amir dan Pengamat Politik Unismuh Ridwan Fawallang, namun juga tokoh literasi, penulis nasional Bachtiar Adnan Kusuma, dan Direktur PT GSI Muhammad Ridwan Saleh.
Pak Bachtiar menambahkan: Meskipun Syamsari Kitta dulu dianggap buruk dalam hal kepemimpinan, namun patut dicatat bahwa ia juga membawa kesuksesan bagi Takalar, yaitu di bidang pendidikan dan agama.