Muhammad Sidik Sisdiyanto
Direktur Madrasah KSKK, Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
GENERASI Z merupakan generasi yang tumbuh dan berkembang seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi. Kehadiran internet, media sosial, dan akses informasi tanpa batas telah membentuk pola pikir, perilaku, dan nilai moral generasi ini. Generasi Z merupakan generasi yang lahir antara tahun 1997-2012, sehingga saat ini berusia 8-23 tahun dan sebenarnya sedang menempuh pendidikan MI-MA/SD-SLTA.
Meski generasi Z kerap dipuji karena kemampuannya menguasai teknologi dan cepat beradaptasi terhadap perubahan, namun di era digital ini ia menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga akhlak dan akhlak mulia. Kemajuan teknologi khususnya internet dan media sosial sangat mempengaruhi cara berperilaku dan berpikir mereka. Di satu sisi, akses terhadap informasi yang berlimpah memudahkan pembelajaran dan penemuan pengetahuan, namun di sisi lain juga menimbulkan risiko terhadap moral mereka. Informasi yang tidak tersaring, hoax, dan konten negatif mudah menyebar, sehingga generasi ini harus mampu mengidentifikasi apa yang sejalan dengan nilai-nilai yang benar.
Tantangan era digital: Media sosial adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku mereka, dimana tekanan untuk tampil sempurna dan mencari popularitas sering kali mengarah pada perilaku tidak jujur atau manipulatif. Selain itu, interaksi sosial yang semakin terbatas di dunia maya juga menyebabkan menurunnya rasa empati dan kemampuan berkomunikasi secara langsung yang merupakan elemen penting dalam menciptakan rasa percaya diri yang baik. Generasi Z juga menghadapi tekanan kehidupan modern yang kompleks, mulai dari ekspektasi sosial hingga isu-isu global seperti perubahan iklim dan ketidakstabilan ekonomi, yang berdampak pada krisis identitas mereka.
Norma-norma sosial dan hak-hak individu yang berubah dengan cepat juga menghadirkan dilema moral bagi generasi ini, dimana nilai-nilai agama yang diajarkan sejak kecil seringkali bertentangan dengan perkembangan tersebut. Tantangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah mudahnya akses terhadap konten asusila di Internet, yang dapat merusak pandangan mereka terhadap hubungan antarmanusia dan perilaku sosial yang sehat.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia, terdapat tiga dosa besar yang merusak dunia pendidikan, yaitu kekerasan seksual, perundungan dan intoleransi. Pertama, kekerasan seksual di madrasah merupakan tragedi yang tidak bisa diterima. Kedua, bullying merupakan tindakan agresif yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menyakiti orang lain. Penindasan bisa bersifat fisik, verbal, atau emosional. Dampak bullying terhadap korbannya bisa sangat serius, seperti depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri. Ketiga, intoleransi adalah sikap tidak hormat dan kecenderungan untuk memaksakan kehendak pada orang lain. Intoleransi di madrasah dapat menyulut konflik dan perpecahan di kalangan siswa bahkan dapat berujung pada tindakan kekerasan.
Tiga dosa besar pendidikan ini berdampak besar bagi masa depan negara. Generasi muda yang terpapar kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi di lembaga pendidikan berisiko mengalami trauma dan tertinggal dalam perkembangan kognitif.
Pendidikan Akhlak dan Akhlak Untuk mengatasi ketiga dosa utama dan tantangan pendidikan tersebut, maka diperlukan penguatan pendidikan akhlak dan akhlak yang baik, baik di madrasah maupun di rumah. Generasi Z harus dibekali kemampuan menyaring informasi dan memanfaatkan teknologi secara bijak. Selain itu, keseimbangan antara interaksi dunia nyata dan dunia digital harus dijaga agar tetap dapat menumbuhkan empati dan sikap peduli terhadap sesama. Dengan bimbingan yang tepat, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan modern dan mengembangkan kemampuannya, sehingga tetap menjaga moralitas dan etika yang tinggi terhadap dinamika perubahan zaman.
Pendidikan akhlak dan akhlak sangat berperan penting bagi Generasi Z dalam membentuk watak dan perilakunya di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat. Tumbuh di era digital, Generasi Z kerap menghadapi berbagai tantangan, seperti akses informasi yang tidak terbatas, paparan konten negatif di jejaring sosial, dan perubahan norma sosial yang begitu cepat. Tanpa landasan moral dan etika yang kuat, mereka rentan terhadap dampak hal-hal yang dapat merugikan nilai-nilai dasar yang seharusnya menjadi pedoman hidup mereka.
Pendidikan akhlak dan akhlak membimbing Generasi Z bagaimana berperilaku dan bertindak sesuai prinsip kebaikan, kejujuran, tanggung jawab dan kepedulian terhadap sesama. Pendidikan ini tidak hanya mengajarkan apa yang benar dan apa yang salah, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir kritis ketika menghadapi pertanyaan-pertanyaan moral yang muncul di dunia modern. Dengan nilai moral yang baik, Generasi Z lebih mampu menyaring informasi yang diterimanya, membedakan mana yang berguna dan merugikan, serta menghindari perilaku yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.
Selain itu, pendidikan moral dan etika membantu Generasi Z membangun identitas diri yang positif. Dalam lingkungan yang sering mendorong mereka untuk mengejar popularitas di media sosial atau mengikuti tren yang tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai agama dan budaya, pendidikan ini membimbing mereka untuk tetap teguh pada prinsip yang sebenarnya. Oleh karena itu, akhlak dan pendidikan akhlak memegang peranan penting dalam mewujudkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual namun juga mempunyai karakter yang kuat dan bermoral sehingga mampu memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.
Generasi Z juga mendapat manfaat besar dengan menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan akhlak yang sempurna, menjadi teladan tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi umat manusia dalam berbagai bidang kehidupan termasuk kejujuran, kesederhanaan, kasih sayang dan tanggung jawab. Membaca akhlak Nabi merupakan panduan kuat bagi Gen Z untuk menavigasi tantangan moral dan sosial yang mereka hadapi. Rasulullah mempunyai sifat sidik jari, amanah, tabligh dan fatonah. Dengan meneladani akhlak Rasulullah, Generasi Z akan lebih siap menghadapi tantangan zaman. Mereka akan memiliki landasan moral yang kuat yang membimbing mereka tidak hanya dalam kehidupan pribadi tetapi juga dalam interaksi sosial secara umum. Akhlak Nabi merupakan teladan abadi yang selalu relevan, bahkan bagi generasi yang tumbuh di dunia digital yang serba cepat ini.
Pendidikan agama dan moral berperan sebagai pedoman moral yang kuat yang membantu mereka menjaga integritas, kejujuran, tanggung jawab dan rasa kasih sayang terhadap orang lain. Pertama, pendidikan agama memberikan generasi Z landasan yang kuat dalam memahami nilai-nilai moral universal seperti keadilan, kasih sayang, dan perdamaian. Agama mengajarkan mereka bahwa mereka memiliki prinsip hidup yang jelas yang tidak hanya berfokus pada kesuksesan duniawi, tetapi juga menekankan pentingnya kebahagiaan spiritual dan moralitas dalam aktivitas sehari-hari.
Pada saat yang sama, pendidikan moral membantu mereka untuk menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam bentuk perilaku nyata, seperti menghormati orang tua, tanggung jawab dalam menjalankan tugas, dan keadilan terhadap orang lain. Di saat generasi muda menghadapi tantangan gaya hidup hedonis, pornografi, narkoba, dan perjudian online, pendidikan agama dan moral berperan sebagai tameng untuk melindungi mereka dari dampak negatif tersebut.
Dengan memahami prinsip agama dan akhlak yang baik, Generasi Z akan lebih mampu membedakan mana yang benar dan salah serta memiliki kapasitas moral untuk menolak perilaku destruktif. Selain itu, pendidikan agama dan moral juga mengajarkan pentingnya kasih sayang dan kepedulian sosial, yang sangat diperlukan dalam dunia yang semakin individual. Dengan landasan tersebut, Generasi Z dapat menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga memiliki integritas moral yang tinggi serta mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat yang sedang berkembang.