Kementerian Perumahan Mulai Bekerja, REI Ungkap Apa Prioritas Utama

Kementerian Perumahan Mulai Bekerja, REI Ungkap Apa Prioritas Utama

JAKARTA – Asosiasi Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) menyambut baik kehadiran Kementerian Perumahan dan Cipta Karya di Kabinet Merah Putih yang diumumkan Presiden Prabowo Subianto pada Selasa (21/10). Hal ini menunjukkan perhatian positif pemerintah terhadap sektor perumahan.

Ketua Umum DPP REI Joko Suranto mengatakan, kehadiran kementerian yang membidangi sektor perumahan merupakan wujud keseriusan dan adaptasi pemerintah untuk mendorong percepatan pembangunan rumah masyarakat dari kota hingga desa, serta memberikan keamanan terhadap perekonomian. pelaku sektor perumahan.

“Keberadaan kementerian ini patut kita syukuri karena ini berarti pemerintah serius dan memberikan perhatian terhadap industri perumahan nasional setelah melihat sektor perumahan berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, menyerap banyak tenaga kerja, mengurangi jumlah anak. backlog pembangunan dan dukungan efektif untuk memerangi kemiskinan. “Itu semua sejalan dengan etos REI,” ujarnya, Kamis (24/10/2024).

Menurut Joko, dengan adanya Kementerian Perumahan Rakyat yang berdedikasi, berarti akan ada kebijakan yang mendorong percepatan pembiayaan dan perbaikan regulasi menjadi lebih baik. Kebijakan fiskal diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat yang belum memiliki rumah, dan kebijakan regulasi yang baik akan berdampak positif karena terjaminnya kepercayaan dunia usaha, termasuk prosedur perizinan yang sederhana dan cepat seperti yang diinginkan Presiden Prabowo Subianto.

“Kami berharap Kementerian Perumahan dan Kota mampu memperbaiki kekurangan pada cara-cara sebelumnya, sehingga hasil yang dicapai akan berbeda. Kita harus mewaspadai adanya backlog (kekurangan pasokan perumahan) sebesar 12,7 juta unit, yang hanya turun di bawah 10% dalam satu dekade. “Jadi cara pengelolaannya jelas perlu diubah,” kata CEO Buana Kassiti Group.

Oleh karena itu, anggota gugus tugas perumahan mendesak kementerian yang baru dibentuk untuk mempersiapkan ekosistem pasokan dan permintaan perumahan agar dapat bekerja lebih cepat, dengan keterukuran yang lebih besar, dan kemampuan beradaptasi yang lebih besar. Ekosistem perizinan yang saat ini masih tersebar di beberapa kementerian/lembaga juga dapat segera dipermudah, disederhanakan, dan diselaraskan.

Sebagai pelaku usaha, REI optimis Kementerian Perumahan Rakyat dapat mengatasi berbagai kendala terkait permintaan dan pasokan perumahan. Kementerian ini, kata Joko, nantinya akan menjadi konduktor, pengatur, dan eksekutor dalam penyelesaian berbagai persoalan yang muncul di muka bumi. Ia pun yakin berbagai permasalahan yang muncul akan terselesaikan bersama.

Selain itu, REI berharap dapat segera bisa duduk bersama setidaknya 5 kementerian yang mempunyai bersinggungan kuat dengan sektor perumahan untuk menyelaraskan berbagai kebijakan. Kelima kementerian tersebut antara lain Kementerian Perumahan dan Cipta Karya, Kementerian Pertanian dan Perencanaan Fisik/BPN, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Investasi dan Pengolahan/BKPM sebagai pengelola Online Single Submission ( OSS) ) atau izin usaha berdasarkan risiko.

“Kesamaan dalam membaca data dan fakta sangat diperlukan. Karena izin amdal saat ini pengurusannya bisa memakan waktu lebih dari enam bulan, sehingga jika diparalelkan, semua izin bisa diperoleh paling lambat dalam satu tahun. Kita sudah sering memitigasi permasalahan besar perizinan. dan ini harus diselesaikan dulu,” kata Joko Suranto

Partisipasi REI

Pemerintahan Prabowo Subianto menjadikan sektor perumahan sebagai salah satu titik awal pengentasan kemiskinan di Indonesia. Untuk menyediakan perumahan layak huni, akan dibangun 3 juta unit rumah setiap tahunnya, termasuk 2 juta rumah di pedesaan dan pesisir serta 1 juta rumah di perkotaan.

Joko Suranto menegaskan REI siap berpartisipasi dan mempercayai pemerintah untuk membangun 3 juta rumah, baik di perkotaan maupun pedesaan melalui skema pendampingan.

REI siap menawarkan program pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pedesaan dalam membangun perumahan sesuai standar negara, katanya. Apalagi REI sudah mempunyai badan pelatihan yang berpengalaman. Bahkan, REI juga bisa menjadi mitra pembangunan.

“Anggota kami tersebar di seluruh Indonesia dan merupakan pengembang kecil lokal yang dapat diandalkan sebagai mitra masyarakat atau organisasi pembangunan desa bila diperlukan,” ujarnya.

Perlu diketahui, pendekatan pembangunan rumah di pedesaan akan menjadi prioritas bagi masyarakat yang sudah memiliki lahan namun belum bisa membangun. Nantinya, akan ada mekanisme pengembalian subsidi dari negara, termasuk bagi masyarakat yang bekerja di sektor informal (dengan pendapatan tidak tetap). Selain itu, program ini akan menyasar pembangunan rumah tidak layak huni (RTLH) yang diperkirakan mencapai 26 juta rumah.

Selain berpartisipasi dalam pembangunan 2 juta rumah di pedesaan, karena hal ini akan membuka lebih banyak lingkungan dan pasar perumahan baru ke pedesaan, REI juga siap mendukung pembangunan 1 juta rumah di perkotaan dengan sasaran vertikal (high- naik) perumahan. Pembangunan apartemen murah akan dilakukan di kavling milik negara, BUMN, dan BUMD yang ditempati.

“Menurut Satgas Perumahan, di DKI Jakarta saja ada 140 pasar yang lahannya bisa digunakan untuk pembangunan perumahan. “Tanahnya bisa disita dari Kejaksaan Agung juga, tapi legalitasnya harus jelas dulu,” jelas Joko Suranto.

Kebutuhan akan perumahan di perkotaan dinilai sangat tinggi. Pasalnya, hampir 70% masyarakat Indonesia di masa depan akan tinggal di perkotaan, namun jumlah lahan yang tersedia semakin terbatas. Oleh karena itu, arah pembangunan perumahan harus tegas ditujukan pada penyediaan apartemen dengan harga terjangkau sehingga masyarakat lebih dekat dengan tempat kerja.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *