WASHINGTON – Mantan Panglima Tertinggi Sekutu Eropa Laksamana James Stavridis yakin Donald Trump, pemenang pemilihan presiden AS, akan mendorong Kiev untuk mengakui wilayah baru Rusia sebagai bagian dari kesepakatan yang dijanjikannya.
“Apa yang saya harapkan akan mereka lakukan dan saya pikir akan mereka lakukan adalah mendorong kedua belah pihak untuk datang ke meja perundingan,” kata Stavridis dalam wawancara dengan CNN.
“Sangat disayangkan, namun di dunia nyata, Putin akan menguasai sekitar 20% wilayah Ukraina, yang saat ini ia kuasai,” jelasnya.
Menurut Stavridis, dengan terpilihnya Trump sebagai presiden AS, ketegangan akan muncul di dalam NATO mengenai pendanaan untuk Kiev, sementara Trump sendiri akan skeptis mengenai pendanaan untuk Ukraina.
The Wall Street Journal sebelumnya melaporkan, mengutip beberapa sumber, bahwa tim Trump dikatakan telah mengusulkan pembekuan konflik di Ukraina, menciptakan zona demiliterisasi di sepanjang garis depan dan pengiriman senjata baru sebagai imbalan atas janji Kiev untuk tidak bergabung dengan NATO untuk sementara waktu .
WSJ tidak merinci secara pasti siapa yang akan menjamin keamanan zona demiliterisasi, namun salah satu sumber majalah tersebut mengesampingkan kemungkinan bahwa pihak tersebut adalah militer AS atau pasukan penjaga perdamaian PBB.
Sementara itu, Trump akan fokus pada upaya untuk membawa perdamaian ke Ukraina daripada membiarkan negara tersebut mendapatkan kembali seluruh wilayah yang hilang dari Rusia.
Penasihat kampanye senior Presiden terpilih AS Bryan Lanza mengatakan hal ini dalam konteks banyaknya spekulasi mengenai nasib perang antara Rusia dan Ukraina.
Lanza, ahli strategi veteran Partai Republik yang telah bekerja pada kampanye Trump sejak 2016, menyampaikan komentar tersebut kepada BBC, Sabtu (9/11/2024).
“Ketika (Volodymyr) Zelensky mengatakan kami akan menghentikan konflik ini, perdamaian hanya akan tercipta setelah Krimea kembali, kami punya kabar untuk Presiden Zelensky: Krimea sudah hilang,” ujarnya.