Tukang
Ahli Analis Kebijakan Utama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan/Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Pakwan
Dalam waktu dekat akan terjadi transisi menuju pergantian kepemimpinan di negeri ini. Hal serupa juga terjadi pada kementerian yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. Selama lima tahun terakhir, telah diluncurkan 26 episode Merdeka Belajar oleh kementerian yang saat ini masih menggunakan label Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Dua puluh enam episode merupakan pencapaian yang luar biasa. Karena rata-rata diproduksi lima episode setiap tahunnya, padahal dalam setahun bisa saja lebih banyak episode yang diproduksi dibandingkan dalam setahun.
Jika dicermati, episode ini sebenarnya selalu dikatakan fokus untuk mendapatkan sumber daya manusia terbaik. Padahal, hal tersebut sangat lumrah dan tidak terkecuali karena kemajuan pembangunan pendidikan di negeri ini masih stagnan. Kinerja yang stagnan ini dibuktikan dengan berbagai hasil evaluasi yang dilakukan berbagai organisasi internasional.
Semua orang tentu berharap agar 26 episode ini bermakna dan membawa optimisme serta berdampak pada perkembangan pendidikan. Hal ini berdampak misalnya jika pemangku kepentingan (termasuk mahasiswa) mempunyai peluang untuk menjadi agen perubahan dan berperan dalam memberikan pengaruh dan dukungan. Dampak lainnya terlihat pada sejauh mana hierarki birokrasi yang mengarah pada prinsip efektivitas dan efisiensi operasional telah disederhanakan.
Sebagai sebuah kebijakan, dampak ini diharapkan dapat diukur secara obyektif dan bertanggung jawab. Artinya pengungkapan kinerja harus menyeimbangkan data dan informasi antara praktik baik dan praktik buruk. Standar ini akan memberikan pelajaran bagi mereka yang sejauh ini mungkin belum mampu menerapkan kebijakan tersebut. Pembelajaran ini mungkin disebabkan oleh kondisi yang berbeda di suatu daerah dan mungkin tidak seragam di daerah lain.
Beberapa pencapaian
Merdeka Belajar episode kesebelas yaitu Kampus Vokasi Merdeka yang diluncurkan pada 25 Mei 2021 memfasilitasi penyediaan dana kompetitif dan dana pendamping bagi perguruan tinggi vokasi (VET). Visi Kampus Vokasi Merdeka adalah meningkatkan integrasi pendidikan tinggi vokasi dengan dunia kerja untuk menghasilkan lulusan yang lebih kompeten, produktif dan berdaya saing. Sesuai skema kolaborasi Center for Professional Schools of Excellence, kolaborasi yang diciptakan oleh PTV diwujudkan sepenuhnya dan mendalam melalui koneksi dan kecocokan 8+i.
Sejak tahun 2021 hingga semester I tahun 2024, dana kompetitif telah mendukung peningkatan kualitas banyak program studi. Pada tahun 2021, sebanyak 116 program studi yang didanai dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 151 program studi. Namun jumlah penerima manfaat menurun menjadi 119 pada tahun 2023, dengan 90 program studi didanai pada pertengahan tahun 2024 karena: antara lain, keterlambatan pelaporan penerima, pergeseran sumber pendanaan dari DIPA ke lembaga, PPD dan prosedur alokasi baru. penyesuaian dalam
Program ini menyediakan dana untuk mengembangkan kurikulum berdasarkan standar industri, meningkatkan kompetensi pendidik melalui pelatihan dan sertifikasi, serta mendorong penerapan pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan kolaborasi langsung dengan industri. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk memperkuat fasilitas pengajaran, seperti laboratorium dan teknologi.
Episode lainnya adalah episode tujuh belas tentang Kebangkitan Bahasa Daerah (RBD) yang diluncurkan pada 22 Februari 2022. Program Kebangkitan Bahasa Daerah merupakan upaya perlindungan bahasa dan sastra daerah di Indonesia. Kebijakan ini secara teoritis dimaksudkan untuk memperlambat laju kepunahan bahasa. Strategi dimodifikasi dengan keterlibatan aktor-aktor yang berbeda dan didasarkan pada model-model yang relevan dengan situasi bahasa di wilayah tertentu.
Tujuan linguistik dan regional RBD dikembangkan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2021 jumlah bahasa yang dihidupkan kembali di 3 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan sebanyak 5 bahasa. Pada tahun 2022, target bahasa RBD adalah 39 bahasa di 13 negara bagian. Pada tahun 2023, target bahasa RBD meningkat menjadi 72 bahasa yang diterapkan di 25 negara bagian, sedangkan pada tahun 2024 akan ada 114 bahasa di 38 negara bagian.
Tantangan
Meski sudah ada tanda-tanda keberhasilan pada Kampus Vokasi atau Kampus Diklat Merdeka episode kesebelas ini, namun masih banyak tantangan yang menjadi pekerjaan rumah ke depannya. Tantangan yang dihadapi adalah pengangguran lulusan pendidikan tinggi, peningkatan kebutuhan tenaga kerja terampil sebanyak 60 juta orang pada tahun 2030, dan penduduk usia kerja di Indonesia mencapai 70,72% (BPS 2020).
Tantangan lainnya adalah tingkat pengangguran terbuka Indonesia merupakan yang tertinggi kedua di ASEAN dengan skor 5,45% (Trading Economic, Februari 2023), dengan sekitar 9,9 juta pemuda berusia 15-24 tahun yang putus sekolah, tidak bekerja, dan tidak bekerja. berpendidikan. (NEET). (BPS, Agustus 2023), dan satu dari lima generasi muda di Indonesia merupakan pengangguran (Skernas Agustus 2020).
Tantangan lainnya terkait dengan ketenagakerjaan karena perubahan lanskap kerja di masa depan. Tantangannya adalah sekitar 1-2 pekerja yang tersisa memerlukan pelatihan ulang (WEF 2020), sekitar 23 juta pekerjaan di Indonesia akan diambil alih oleh robot (otomatisasi) pada tahun 2030 (McKinsey & Company Survey 2019) dan sekitar 10 juta pekerjaan baru akan diambil alih. diperlukan. Keahlian yang berbeda (McKinsey 2019).
Meski jumlah bahasa yang dihidupkan kembali semakin meningkat setiap tahunnya, namun banyak tantangan yang menjadi pekerjaan rumah di masa depan. Pertama, data terkini penutur bahasa tidak bisa dipublikasikan langsung melalui aplikasi Regbstra (Registrasi Bahasa dan Sastra). Kedua, perolehan data guru bahasa daerah, publikasi dan media elektronik baru pada triwulan IV. Ketiga, koordinasi dengan pemerintah daerah belum optimal sehingga dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan revitalisasi bahasa di beberapa daerah belum mendapat dukungan materiil maupun non materiil.
Kesabaran
Kelanjutan dua episode Merdeka Belajar sebagaimana diuraikan di atas nantinya menjadi kewenangan dan keputusan pimpinan kementerian yang baru. Tentu saja serangkaian evaluasi dan observasi harus dilakukan agar kebijakan yang ada tidak serta merta terbuang atau tidak dipatuhi.
Yang akan memudahkan pengambil kebijakan adalah jika tersedia data dan informasi yang menunjukkan sisi positif dan negatif dari apa yang telah diterapkan selama ini. Jika hanya sisi positifnya saja yang ditonjolkan, maka diragukan akan timbul hambatan-hambatan baru jika justru muncul lebih banyak permasalahan di lapangan.