RADIO STATION Berkat ‘Gas dan Rem’ Jokowi, Indonesia Selamat dari Badai Krisis Ekonomi

RADIO STATION Berkat ‘Gas dan Rem’ Jokowi, Indonesia Selamat dari Badai Krisis Ekonomi

JAKARTA – Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pandemi Covid-19 pada 11 Maret 2020, virus corona telah menyebar ke seluruh dunia. Tidak hanya berdampak pada krisis kesehatan, pandemi Covid-19 juga menyebabkan pertumbuhan ekonomi negatif di banyak negara di dunia dan resesi ekonomi. Hanya sejumlah kecil negara di dunia yang masih hidup dan perekonomiannya tumbuh.

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan krisis ekonomi global. Bukan hanya negara berkembang dan miskin yang mengalami hal ini, negara-negara maju juga terkena dampak buruk dari penyebaran Covid-19. Sebagian besar negara-negara maju terjebak dalam resesi. Begitu pula dengan negara-negara berkembang.

Banyak lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat lebih dalam pada tahun 2020 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada Januari 2021, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,5%. Sementara itu, Bank Dunia pada Januari 2021 dan OECD pada Desember 2020 memperkirakan pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan tajam masing-masing menjadi 5,2% dan minus 4,2%.

Perlambatan ekonomi global tidak bisa dipisahkan dari dampak pandemi Covid-19 yang telah merambah ke permasalahan ekonomi dan keuangan dunia. Kemunculannya yang tiba-tiba memberikan tekanan yang sangat besar baik pada sisi penawaran maupun permintaan.

Rantai produksi global tidak hanya terganggu, namun juga terganggu karena banyak negara yang memilih melakukan isolasi regional (lockdown) untuk membendung penyebaran Covid-19. Gangguan pasokan juga berdampak pada sisi permintaan, dengan konsumsi mencapai puncaknya, investasi menurun tajam, dan perdagangan dunia melambat tajam.

Menurunnya aktivitas perekonomian dan terbatasnya arus barang dan jasa, serta pembatasan pergerakan orang, pada akhirnya berdampak pada pendapatan dunia usaha dan masyarakat. Akibatnya, PHK dan PHK terjadi di seluruh dunia.

Penerapan kebijakan restriktif untuk membendung penyebaran Covid-19 juga menimbulkan gejolak baik di pasar keuangan maupun sektor riil. Dalam menangani dampak ekonomi, berbagai kebijakan berfokus pada tiga hal utama, yaitu penyediaan dana untuk layanan kesehatan, penyaluran bantuan melalui jaring pengaman sosial, dan pemberian dukungan/dukungan ekonomi kepada dunia usaha.

Indonesia menunjukkan kekuatan besar dalam penanganan pandemi Covid-19 di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tingkat kematian per kapita tidak hanya rendah, tetapi juga didukung oleh kebijakan fiskal yang baik.

Kemudian kebijakan ‘break and brake’ efektif 90% karena ketika korban epidemi sudah terkendali, daya beli masyarakat masih kuat dan stabil, kata Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah saat dihubungi SINDOnews baru-baru ini.

Senada, Ekonom Muhammadiyah yang merupakan Direktur Program Pascasarjana Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB) Jakarta, Mukhaer Pakkana mengamini bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang paling cepat dalam proses pemulihan ekonomi. setelah pandemi Covid 19.

“Indonesia, sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat, tumbuh lebih cepat dibandingkan rata-rata perekonomian dunia,” ujarnya.

Keberhasilannya melewati masa sulit ini menjadikan Indonesia salah satu dari sedikit negara yang mampu menghadapi krisis global Covid-19. Sementara itu, Presiden Jokowi menerapkan rencana jalan “Gas dan Rem” untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Diupayakan keseimbangan antara pengelolaan kesehatan dan stabilitas perekonomian, sehingga pembatasan ketat diberlakukan dari waktu ke waktu, namun juga disertai dengan pelonggaran aktivitas sosial. Tiga roda sangat penting untuk pengoperasian “gas dan rem”. Pertama, merangsang perekonomian sehingga masyarakat tidak kehilangan pekerjaan. Kedua, perlindungan sosial agar masyarakat tidak meninggal karena kelaparan, dan ketiga, pelayanan kesehatan untuk mengurangi korban jiwa. Selain itu, juga memberikan dukungan digital kepada usaha kecil dan menengah.

Menurut penelitian yang diterbitkan WHO pada tahun 2024, Indonesia mengalami sedikit perlambatan. Indikatornya, Indonesia hanya akan mengalami penurunan sebesar 2,07% pada tahun 2020. Inggris turun 9,9%. Jepang mengalami kontraksi sebesar 4,8%, sedangkan Perancis dan Italia menutup tahun 2020 dengan penurunan masing-masing sebesar 8,2% dan 8,9%.

Di kawasan Asia Tenggara, Singapura mencatat penurunan sebesar 5,4%, Malaysia menurun sebesar 5,6%, dan Thailand menurun sebesar 6,1%. Sementara itu, negara dengan kinerja terburuk adalah Filipina yang perekonomiannya menyusut sebesar 9,5% pada tahun 2020. Pemerintahan Presiden Joko Widodo dinilai efektif menjaga stabilitas perekonomian, terutama di masa pandemi Covid-19.

Dengan kebijakan Gas-Rem, pemerintah mampu mengendalikan kinerja perekonomian, dan kesehatan masyarakat di masa pandemi, dengan satu tatanan dari pusat hingga daerah, serta menggunakan PPM dan manajemen mikro yang mengoreksi laju Covid. kepositifan. di setiap provinsi.

Dunia mengagumi Jokowi

Rencana “Gas dan Rem” Indonesia mendapat pujian dunia. Berdasarkan hasil penilaian IMF yang disajikan dalam laporan konsultasi berdasarkan Art. IV Tahun 2021 yang diterbitkan pada Rabu 23 Maret 2022 menilai apakah Indonesia mampu menjaga stabilitas sektor ekonomi dan keuangan dalam menghadapi pandemi Covid-19, didukung oleh kinerja makroekonomi dan pengambilan keputusan yang baik. dan respons kebijakan yang lebih luas.

Tak hanya IMF, strategi “gas dan rem” juga diapresiasi Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Abdullah Shahid, saat berpartisipasi dalam Global Platform of the 7th Global Platform for Disaster Reduction (GPDRR) 2022 yang berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Bali, pada Rabu, 25 Mei 2022

“Ini merupakan bukti kuatnya komitmen dan upaya Pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Yang Mulia Presiden Joko Widodo untuk memerangi Covid-19 dan mengembalikan negara ke jalur pemulihan ekonomi,” kata Abdullah Shahid saat itu.

Wakil Sekretaris Jenderal PBB Amina Jane Mohammed juga mengapresiasi langkah dan kebijakan yang diambil Pemerintah Indonesia dalam memerangi epidemi Covid-19 di Tanah Air, termasuk penerapan vaksin Covid-19 di Indonesia yang memberikan dampak besar. keamanan. dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

Bank Dunia dan IMF juga memuji penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan Indonesia, terutama paket kebijakan yang termasuk dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), kebijakan moneter yang dipertahankan, dan upaya di sektor keuangan untuk mendorong pemberian pinjaman.

Pujian tersebut diungkapkan Managing Director IMF Kristalina Georgieva, Direktur Departemen IMF di Asia dan Pasifik Krishna Srinivasan, dan Kepala Perwakilan IMF di Indonesia James Walsh saat bertemu langsung dengan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu. , 17 Juli 2022.

Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mendampingi Jokowi saat itu mengatakan IMF memuji pemerintah Indonesia yang berhasil memerangi Covid-19 dan menjaga stabilitas perekonomian. Ia mengatakan IMF menilai perekonomian Indonesia dalam kondisi baik, meski banyak negara yang berisiko mengalami keruntuhan ekonomi akibat wabah Covid-19.

IMF juga mencatat, perbaikan perekonomian Indonesia saat itu terlihat dari banyak aspek, seperti kinerja perekonomian, pertumbuhan, neraca pembayaran, tercatat surplus perdagangan selama 26 bulan berturut-turut, dan inflasi kurang dari 5 persen.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva pun memuji strategi pemulihan ekonomi Indonesia pasca gempuran pandemi Covid-19 saat bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka Jakarta pada Senin, 4 September 2023.

Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu) Retno Marsudi yang mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan dengan Kristalina kemudian mengatakan Bank Dunia dan IMF mengapresiasi keberhasilan perekonomian Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19. Bahkan, Bank Dunia dan IMF pun memuji perekonomian Indonesia yang tidak terjerumus ke jurang inflasi.

Direktur Pelaksana IMF bahkan menyampaikan bahwa ASEAN adalah titik terang di tengah situasi sulit dunia, dan Indonesia adalah sumber kegembiraan dan harapan. Dan ini juga memberikan pembelajaran bagi negara-negara berkembang, jika Indonesia bisa maka negara berkembang lainnya juga bisa,” tutupnya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *