President University Bersama Bhikkhu Dhammasubho Bahas Pentingnya Pikiran, Jiwa, Raga, dan Moralitas

President University Bersama Bhikkhu Dhammasubho Bahas Pentingnya Pikiran, Jiwa, Raga, dan Moralitas

JAKARTA – Spiritualitas dan ilmu pengetahuan tidak akan pernah bisa bercampur. Spiritualitas selalu kuno, sedangkan sains selalu mutakhir. Hal yang sama berlaku untuk orang tua dan muda. Yang tua selalu melihat ke belakang, yang muda selalu melihat ke depan. Perbedaan-perbedaan tersebut seringkali menimbulkan konflik.

Biksu Dhammasuvho Mahathera menekankan hal ini dalam sesi berbagi tentang ‘Menumbuhkan rasa rindu’ yang diadakan di Pusat Konferensi President University. H. Usmar Ismail, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi, Kamis 28 November 2024.

Pendiri Universitas Presiden (PRSUNIV), PT Jababeka, juga menjabat sebagai presiden dan direktur TBK. Dr. Ketua Pengelola Dana Pendidikan Universitas Kepresidenan Setyono Juandi Darmono, Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Sopandji, DEA serta pimpinan lainnya, Rektor Presuniv Handa S. Avidin, S.S., LL.M., Ph.D., dan seluruh lapisan dari para pendeta, dekan dan ketua program studi, dosen serta ratusan staf dan mahasiswa.

Dhammasubho Mahathera adalah biksu senior di Sangha Theravada Indonesia. Beliau menjabat sebagai Presiden Sanghanayaka atau Ketua Umum Masyarakat Theravada Indonesia periode 2000-2006.

Biksu Dhammasuvo ditahbiskan menjadi biksu pada tanggal 27 Desember 1986, di Vihara Wat Bovoraniws di Bangkok, Thailand dengan nama Dhammasuvo. Pada tanggal 11 Maret 2024, Biksu Dhammasuvho Mahathera menerima gelar kehormatan Sri Dhammasovan dari Sasanodaya Sangha Parishad, Kandy, Sri Lanka.

Gelar yang diberikan sebagai pengakuan atas jasa Biksu Dhammasubho dalam menyebarkan pendidikan Budha melalui seni dan budaya di Indonesia dan Asia ini diberikan di sela-sela acara yang diadakan di Candi Borobudur, Magelang, Pusat dalam rangka memperingati Maghapuja 2567 TB/2024 Maghapuja.

Dalam sambutannya pada pertemuan kolaborasi tersebut, Drumono menegaskan bahwa Presunive didirikan untuk mengajarkan berbagai materi kepada siswa. Mulai dari teknis hingga administratif.

“Namun dari semua muatannya, yang diprioritaskan oleh Presunive adalah pendidikan karakter. Ilmu itu penting, tapi pendidikan karakter tidak boleh ditinggalkan,” tegas Darmono.

Terkait pembagian isi rapat, menurut Dermono, permasalahan dalam organisasi kerap muncul karena kurangnya rasa kepemilikan di antara seluruh anggotanya.

“Hal ini membuat kinerja organisasi menjadi kurang efisien. Sebaliknya, jika setiap anggota mempunyai rasa memiliki maka organisasi dapat bekerja lebih baik,” kata Darmono.

Mengawali pertemuan pertukarannya, Bhikshu Dhamasuho menegaskan bahwa setiap orang mempunyai zamannya masing-masing dan ada orang dari setiap zaman. “Akan selalu begitu, akan ada perubahan. Dan karena perubahan itu, selalu ada cara berpikir yang berbeda,” ujarnya.

Perbedaan ini terlihat jelas dalam berbagai bidang kehidupan. Misalnya, tegasnya, spiritualitas dan sains tidak pernah bisa bercampur. Namun Bhikshu Dhammasuvho menekankan bahwa meskipun ada perbedaan cara berpikir, manusia tetaplah manusia. Bhikkhu Dhammasuvho berkata, “Bahkan orang yang paling berkuasa, atau terkenal, sebenarnya sama seperti orang lain.”

Vikhu Dhammasuvho mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai tiga hal yaitu pikiran, jiwa dan tubuh. “Jika salah satunya hilang, orang tersebut tidak dapat bertahan hidup,” ujarnya.

Dari ketiga hal tersebut, masing-masing memerlukan konsumsi yang berbeda-beda. Misalnya, untuk menjaga kesehatan tubuh, Anda memerlukan asupan yang bergizi, seperti nasi dan topping.

“Jadi diperlukan ilmu untuk menjaga kesehatan mental. Sedangkan untuk menjaga kesehatan mental, jumlah makanan sangat penting,” jelas Bhikkhu Dhamsobo.

Vikhu Dhammasubho mengatakan ketiga hal tersebut harus dijaga dan dijaga agar menjadi pribadi yang sehat. “Capaian ini dapat diraih jika masyarakat menjaga keseimbangan untuk membangun kesehatan pikiran, jiwa, dan raga,” ujarnya.

Vikhu Dhammasubho mengatakan pentingnya memiliki keseimbangan emosi dan kecerdasan pada setiap orang. “Kalau hanya punya salah satunya, itu tidak baik. Kalau seseorang emosinya sangat tinggi, tapi kecerdasannya kurang, orang lain bisa dengan mudah memanfaatkannya. Sebab rasa kasih sayangnya sangat tinggi.”

Demikian pula jika seseorang mempunyai kecerdasan yang sangat tinggi, tetapi tidak mempunyai emosi, maka ia akan selalu memperhitungkan untung dan rugi. “Orang seperti itu tidak bisa membantu orang lain dengan jujur,” katanya.

Biksu Dhammasubho Mahathera juga mengatakan bahwa manusia dapat memilih kehidupan yang diinginkannya.

“Semua yang kita inginkan itu butuh niat. Jadi tidak ada yang tiba-tiba jatuh dari langit. Dan untuk mencapai sesuatu itu tidak hanya butuh niat, tapi juga usaha sepenuh hati,” kata Vico Dhamsovo.

Begitu juga dengan kesuksesan. Jika ingin sukses, Anda harus menjadi orang yang mau berpikir dan berusaha. “Kita bisa meminta bantuan orang lain, tapi tidak bergantung pada mereka. Karena kitalah yang menentukan hasilnya,” kata Viko Dhamsovo.

Biksu Dhammasubho juga menyebutkan, jangan lupakan moralmu. Menurut Vikhu Dhammasuvho mengenai sila purusha, moralitas atau perlindungan hati sangat penting bagi setiap orang. Moralitas harus menjadi dasar pengambilan keputusan seseorang. “Karena moralitas bisa melindunginya,” tegasnya.

Jika kita tidak punya moral dan hati nurani, lanjutnya, kita bisa lupa prioritas, bahkan melampaui batas. “Jika kita tidak mempunyai perbatasan, dunia akan penuh dengan kekacauan,” kata Bhikkhu Dhamsobo.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *