TEHERAN – Memperkirakan serangan balik Israel. Sistem pertahanan udara di kota Isfahan di Iran diaktifkan dalam semalam, kata Garda Revolusi elit negara itu.
Menurut laporan DPA, banyaknya ledakan pada malam hari menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan serangan tentara Israel.
Kantor berita Fars Iran, mengutip sumber di Garda Revolusi, mengatakan sistem pertahanan udara bereaksi setelah mendeteksi objek yang menyala.
Menurut laporan, ini bukanlah latihan yang direncanakan dan tidak ada kontak musuh yang dilakukan.
Radio pemerintah menggambarkan insiden itu sebagai tindakan defensif.
Sekitar seminggu yang lalu, Garda Revolusi militer elit Iran menembakkan hampir 200 rudal ke Israel.
Serangan itu terjadi setelah serangkaian pembunuhan Israel terhadap anggota-anggota penting jaringan sekutu Iran.
Israel sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka bermaksud membalas.
Dikenal dengan arsitektur Persia-Islamnya, kota Isfahan dianggap sebagai salah satu tujuan wisata paling populer di negara ini.
Kota ini adalah rumah bagi fasilitas industri pertahanan penting dan program nuklir negara tersebut.
Israel sendiri memiliki Iron Beam, sistem senjata laser berenergi tinggi yang dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Israel Rafale Advanced Defense Systems, untuk digunakan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Sistem ini memiliki kekuatan sekitar 100 kW dan dirancang sebagai bagian dari sistem pertahanan udara berlapis Israel.
Pengembangan Iron Beam Proyek Iron Beam pertama kali diumumkan pada Februari 2014 di Singapore Airshow.
Sistem ini dirancang untuk melengkapi sistem pertahanan rudal Israel yang sudah ada, seperti Iron Dome, dengan tujuan melindungi pasukan militer dan warga sipil dari ancaman udara yang semakin canggih seperti drone, rudal, dan mortir jarak dekat.
Rafale juga memperkenalkan senjata versi angkatan laut di Pameran Pertahanan Maritim Internasional (IMDEX) di Singapura pada Mei 2023.
Pembangunan Iron Beam diburu untuk mengatasi konflik yang semakin meningkat, terutama pada insiden Oktober 2023 dengan Hamas.
Semula sistem tersebut seharusnya bisa beroperasi pada tahun 2025, namun karena kebutuhan mendesak, pengembangannya dipercepat.
Pada bulan Maret 2022, pemerintah Israel menyetujui alokasi dana untuk mempercepat produksi balok besi bekerja sama dengan Elbit Systems Company. Rafale bermitra dengan Lockheed Martin, sebuah perusahaan kedirgantaraan Amerika, untuk bersama-sama mengembangkan dan menguji sistem laser ini.