Relief Candi Jago Jadi Inspirasi Perajin Batik Kota Malang

Relief Candi Jago Jadi Inspirasi Perajin Batik Kota Malang

MALANG – Candi Jago di Tumpang, Kabupaten Malang memiliki sejumlah objek wisata. Candi ini didirikan pada abad ke-13 oleh Kerajaan Singhasari, sebagai penghormatan kepada raja ketiga dinasti Singhasari, Wisnuwardhana.

Ketua Tim Pakar Cagar Budaya Kota Malang Rakai Hino Galeswangi mengatakan, Candi Jago paling kaya dukungannya. Terdapat relief cerita Tantri Kamandaka, Aridharma, Kunjarakarna, Parthayajnya, Arjunawiwaha, Krisnayana.

“Para perajin batik dapat menjadikan ornamen-ornamen tersebut sebagai inspirasi dalam menciptakan gambar dan dekorasi tekstil,” kata Rakai di hadapan rombongan perajin batik di Kota Malang, Minggu (14/10/2024).

Perkumpulan Pengrajin Batik Kota Malang memanfaatkan kesempatan memperingati Hari Batik ini dengan membuat sebuah acara. Acara tersebut digelar di pusat kebudayaan nasional Candi Jago.

Di dalamnya juga terdapat pembelajaran penggunaan kain jarik dengan 8 sampel, pola batik unik yang dibuat oleh 30 orang, kelas canting, photo hunter, dan workshop bertajuk Penelusuran Batik Malang bermotif binatang pada relief Tantri Kamandaka. Acara yang terselenggara atas kerja sama dengan SMAN 1 Tumpang ini menampilkan rombongan perajin batik asal Kabupaten Malang.

Ketua Persatuan Pengrajin Batik Kota Malang, Bpk. Ki Demang, mengatakan para peserta diberikan kebebasan untuk mengemukakan gagasan yang berbeda-beda sesuai dengan ide dan keterampilannya. Menurutnya, para perajin Batik Malang memiliki banyak gambaran, topeng, tugu, mimpi, dan lukisan yang dihasilkan dari daerah tersebut seperti Sukun dan Blimbing.

“Semua ini tumbuh sesuai kepentingan dan undang-undang. Jadi semuanya baik-baik saja, yang penting untung. Ada pola yang sangat tua, yaitu motif kawung yang kita temukan pada patung Pratjaparamita,” ujarnya.

Pada kelas Perburuan Tekstil dan Fotografi Candi Jago, selain menampilkan kehadiran para perajin batik, para siswa juga diberikan cara mempromosikan tekstil batik serta pembelajaran tentang kekayaan sejarahnya.

Ki Demang yang juga Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang menegaskan, Malang menjadi salah satu daerah paling berkembang di Pulau Jawa mulai dari Medang, Kanjuruhan, Singhasari hingga Majapahit. “Beragamnya lukisan Candi Jago mungkin bisa menjadi salah satu yang bisa dilakukan oleh para perajin batik Malang,” ujarnya.

Pemilik Batik Blimbing Wiwik Niarti berkesempatan memberikan pembelajaran 5 model penggunaan kain jarik kepada 25 model dari SMAN 1 Tumpang. Wiwik mengaku khawatir dengan penggunaan kain tradisional untuk jarik dan kebaya, apalagi jika panjangnya setinggi paha dan dirancang untuk aktivitas fisik, tari pargoy. Itu sungguh tidak sopan.

“Makanya saya ajari generasi muda untuk bisa memakai pakaian terindah sesuai situasi dan tujuan acara,” kata Wakil Presiden SMK 1 Muhammadiyah Malang.

Diketahui, pada 2 Oktober 2009, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) memilih kain batik sebagai warisan budaya takbenda. Batik patut mendapat pengakuan internasional karena dibuat dengan terampil, memiliki simbol dan budaya yang erat kaitannya dengan budaya Indonesia.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *