JAKARTA – Raja terakhir Majapahit disebut menjalin hubungan koalisi dengan Portugis. Saat ini, Portugis sudah menguasai kota Malaka, kota dengan pelabuhan perdagangan strategis dan salah satu kota tersibuk di dunia. Kerajaan Majapahit memanfaatkan hal ini untuk memikat mereka ke Jawa.
Apalagi, permintaan koalisi raja-raja Majapahit yang dipimpin Girindravardhana bukannya tidak masuk akal. Kerajaan Majapahit semakin terpojok dengan berkembangnya Kesultanan Demak di bawah pemerintahan Raden Patah disebut juga Jin Boon. Selain itu, pada masa ini Kesultanan Demak mulai memperluas kekuasaannya secara masif di berbagai wilayah di Pulau Jawa.
Lemahnya bala tentara Majapahit di senja kejayaannya membuat Girindrawardhana terpaksa bergantung pada antek-antek asing Portugis. Hal ini dilakukan sebagai respons atas serangan Demak terhadap berbagai wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit yang mulai terpecah belah.
Salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian kota adalah dengan menjalin hubungan dagang dengan Portugis yang telah datang ke Maluku dan membawa rempah-rempah sejak tahun 1511. Namun, kota-kota pelabuhan di pesisir utara dikuasai oleh orang Tionghoa yang setia kepada Kesultanan Demak.
Kedatangan kapal dagang Portugis di kota pelabuhan di pesisir Laut Jawa itu diawasi ketat oleh orang Tionghoa pengikut Jin Bun. Sejarawan Prof. Slamet Mulyana dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu di Jawa dan Bangkitnya Negara Islam di Nusantara menyebutkan bahwa masyarakat Demak mengetahui bahwa Portugis adalah musuh masyarakat Demak.
Tentu saja hubungan saudagar Portugis dengan saudagar Majapahit diberitakan dalam Raden Pataja. Akibatnya Sultan Demak menjadi sangat marah. Konon akibatnya ia memutuskan untuk menyerang kota Majapahit.
Serangan tahun 1517 ini menghancurkan kota Majapahit. Hal ini dikarenakan seluruh kota telah dijarah oleh tentara Demak. Namun Raden Patah tetap mengasihani Girindravardhana karena istri Girindravardhana adalah saudara tiri Jin Boon.
Dengan demikian, Girindravardhana masih diperbolehkan tetap menjadi bupati Majapahit. Penguasaan Demak atas Majapahit semakin kuat. Namun Girindravardhana tidak bertobat. Ia terus menjaga hubungan rahasia dengan Portugis di Malaka.
Girindravardhana menunggu bantuan Portugis di Malaka untuk membebaskan diri dari kekuasaan Jin Bun. Pada tahun 1521, Yat Sun yang juga dikenal sebagai Sultan Yunus meninggal mendadak setelah terjadi penyerangan ke Malaka. Karena Yat Song tidak meninggalkan seorang putra, timbul keributan mengenai calon penggantinya. Konon perebutan takhta antar putra Raden Patah mulai bergejolak sepeninggal pendiri Kesultanan Demak.