JAKARTA – Inovasi skrining kanker serviks karya mahasiswa UI dan ITB berhasil meraih penghargaan Young Innovators Award pada ajang WISH di Doha, Qatar. Penemuan berbasis AI ini diharapkan dapat menurunkan kasus kanker serviks di Indonesia.
World Innovation Summit for Health (WISH) adalah konferensi ilmu kesehatan tahunan yang diselenggarakan oleh Qatar Foundation dan Qatar Research Development and Innovation Council (QRDI).
Baca Juga: Cinta Penelope Tak Pernah Sembuhkan Kisah Kanker Tubuhnya
Dari ribuan proposal, hanya tujuh tim dari berbagai negara yang berhasil meraih penghargaan pada kategori Young Innovators Award. Selain Indonesia, tim lainnya juga berasal dari Singapura, Italia, India, Qatar, Lebanon, dan Inggris.
Teknologi skrining kanker serviks berbasis AI
Skrining kanker serviks menggunakan teknologi kecerdasan buatan disebut CerviY. Penciptanya adalah Mutiyara Auliya Firdausi, alumnus Fakultas Kedokteran UI; mahasiswi FKUI Sandra Princesa; Mahasiswa Fakultas Teknik (FT) UI Karmila Putri M. Tim terdiri dari tiga mahasiswa ITB yakni Ayya Azhara, Noor Mutmainna Rahim dan Inez Siti Sara.
Karya inovatif yang mereka ciptakan bertajuk “Cervy: AI Enhanced Cervical Cancer Detection Speculum with VIA Testing” ini dilaksanakan di bawah bimbingan staf pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM, Prof.Dr.Dr.Junita Indarti.
Baca Juga: 7 Ciri Keputihan Kanker Serviks Waspadai Bau Yang Menyengat
Muthiyara menjelaskan Cerviva merupakan inovasi skrining kanker serviks menggunakan spekulum silikon yang terintegrasi dengan kamera berbasis AI. Teknologi ini dapat memprediksi tingkat keparahan kanker serviks berdasarkan hasil tes IVA (asam asetat dengan inspeksi visual).
Ia dan timnya berharap inovasi ini dapat memberikan alternatif pemeriksaan kanker serviks yang lebih nyaman, akurat, dan mudah diakses bagi perempuan.
“Alhamdulillah, saat ini penelitian SERVY sedang dalam tahap peningkatan akurasi diagnostik teknologi AI dan pengembangan model spekulum. Rencana ke depan, Servivai akan mulai melaksanakan pilot project pada pertengahan tahun 2025, ujarnya dalam siaran pers, Selasa (12/10/2024).
Baca Juga: Kanker serviks salah satu penyebab kematian tertinggi, imbau perempuan lakukan pemeriksaan dini
Ia berharap inovasi yang mereka rancang dapat membuat perempuan lebih nyaman menjalani ujian secara rutin. Skrining yang lebih ekstensif terhadap penyakit ini dapat menurunkan jumlah kasus kanker serviks.
Mutiyara mengatakan Servivai memulai pengembangan pada Januari 2024 dengan fokus pada peningkatan akurasi diagnosis berbasis AI dan pengembangan model spekulum. Tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah mengumpulkan jumlah data yang dibutuhkan untuk AI dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi.
Terkait hal tersebut, tim masih berupaya meningkatkan akurasi prediksi, kata Dr Mutiara
Sementara itu, Sandra Princesa mengatakan meskipun skrining kanker serviks dianjurkan untuk dilakukan secara rutin setiap tiga tahun sekali, namun cakupan skrining kanker serviks di Indonesia masih rendah, dan latar belakang berkembangnya inovasi ini dikatakan oleh Sandra Princesa.
“Wanita takut untuk menjalani pemeriksaan kanker serviks karena prosedurnya melibatkan memasukkan spekulum logam atau plastik yang menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Oleh karena itu, kami mengembangkan spekulum berbahan silikon agar lebih nyaman bagi perempuan untuk menjalani pemeriksaan kanker serviks secara rutin, kata Sandra Princesa.
Dekan FKUI Prof.Dr.Dr.Ari Fahriyal Shyam mengatakan, prestasi yang diraih tim Survivai pada ajang Wish 2024 tidak hanya menjadi kebanggaan FKUI saja, namun juga menunjukkan kekuatan kolaborasi multidisiplin dalam menciptakan solusi inovatif di bidang kesehatan. sektor.
“Kami sangat mengapresiasi kerjasama yang luar biasa antar mahasiswa dari berbagai bidang seperti Kedokteran, Teknik, Bisnis dll. Kami berterima kasih kepada Prof. Dr. Dr. Junita Indarti, Sp.OG(K) yang memimpin tim ini dengan penuh dedikasi,” tegasnya.