MOSKOW – Sanksi Barat yang dijatuhkan terhadap Rusia di tengah konflik di Ukraina disebut-sebut hanya memperkuat perekonomian Rusia. Hal tersebut disampaikan oleh Nikita Anisimov yang merupakan rektor HSE University di Moskow.
Berbicara atas nama para ekonom HSE pada pertemuan parlemen mengenai penyusunan anggaran negara 2025-2027 awal pekan lalu, Anisimov mengatakan sanksi Barat mendorong reformasi ekonomi Kremlin.
Menurut mahasiswa tersebut, hal ini memaksa Rusia untuk “mengakhiri” ketergantungannya pada ekspor komoditas seperti minyak dan gas untuk meningkatkan pendapatan. Semua ini merupakan tugas dalam negeri yang sudah bertahun-tahun dihadapi pemerintah.
“Karena gempa bumi dan pemulihan ekonomi yang cepat, kami dapat mengurangi ketergantungan kami secara signifikan pada penjualan barang-barang yang terkontaminasi. Oleh karena itu, sanksi tersebut dapat dikatakan hanya membuat perekonomian kami lebih kuat dan sejahtera,” kata Anisimov.
Topik keberhasilan Rusia dalam mengurangi ketergantungan terhadap pendapatan minyak dan gas diangkat oleh Presiden Vladimir Putin di St. Petersburg. Forum Ekonomi Internasional Petersburg. Petersburg (SPIEF) pada bulan Juni. Dia mengatakan PDB Rusia tumbuh sebesar 3,6% tahun lalu, naik dari penurunan 1,2% pada tahun 2022, ketika negara tersebut mulai menjadi sasaran sanksi ekonomi Barat.
Sebagian besar pertumbuhan ekonomi Rusia berasal dari industri berbasis non-utilitas seperti manufaktur, konstruksi dan pertanian, serta perdagangan, perhotelan, dan jasa keuangan, jelas Putin seperti dilansir RT.
Bulan lalu, Menteri Keuangan (Menkeu) Anton Siluanov mengumumkan perekonomian Rusia akan terus tumbuh pada tahun 2024, dengan pertumbuhan PDB pada paruh pertama tahun ini mencapai 4,7%. Siluanov memperkirakan pertumbuhan PDB pada akhir tahun bisa mencapai 3,9%, lebih tinggi dibandingkan pencapaian pada tahun 2023.
Banyak analis, baik Rusia maupun asing, menilai sanksi Barat belum berhasil mempengaruhi perekonomian Rusia. Banyak yang mengaitkan kekuatan ekonomi Rusia dengan pesatnya ekspansi perdagangan Moskow ke wilayah timur, serta kebijakan ekonomi yang diterapkan untuk mengatasi dampak sanksi.
Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) sama-sama menaikkan perkiraan pertumbuhan Rusia pada awal tahun ini. Kelompok pertama memperkirakan bahwa ekonomi Rusia akan tumbuh 2,9% pada tahun 2024, dan pada bulan Juli mereka meningkatkan Rusia menjadi “negara dengan pendapatan tertinggi.”
Sementara itu, IMF mengatakan pada bulan April bahwa mereka memperkirakan PDB Rusia akan tumbuh sebesar 3,2%, lebih cepat dibandingkan semua negara maju, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Perancis.