PARIS – Hanya tujuh negara di dunia yang memiliki tingkat polusi udara aman pada tahun 2023, dan tiga di antaranya berada di Eropa.
Laporan Kualitas Udara Global dari IQAir, sebuah perusahaan teknologi kualitas udara Swiss, memanfaatkan data dari lebih dari 30.000 stasiun pemantauan di 134 negara, wilayah, dan wilayah.
124 dari 134 kota ditemukan melanggar tingkat aman PM2.5 (target partikulat) sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
PM2.5 adalah partikel kecil di udara dengan diameter 2,5 mikrometer atau kurang. Asap, jelaga, debu dan logam adalah beberapa sumber yang dapat menghasilkan partikel halus tersebut.
Partikel-partikel ini dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius dan dikaitkan dengan peningkatan risiko asma, tekanan darah tinggi, dan penyakit paru-paru.
Puerto Riko, Bermuda, dan Polinesia Prancis juga ditemukan berada dalam tingkat aman.
Islandia memiliki udara terbersih di Eropa dengan 4 µg/m3. Estonia berada di urutan kedua dengan 4,7 µg/m3 dan Finlandia ketiga dengan 4,9 µg/m3.
Kualitas udara terburuk di dunia meliputi Bangladesh, 79,9 µg/m3, Pakistan, India, Tajikistan, dan Burkina Faso.
“Lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan adalah hak asasi manusia yang universal,” kata Frank Hammes, CEO global IQAir, melalui Euronews. “Di banyak belahan dunia, kurangnya data mengenai kualitas udara menunda tindakan tegas dan meningkatkan penderitaan manusia.
“Data kualitas udara menyelamatkan nyawa. Jika laporan kualitas udara diterima, tindakan diambil dan kualitas udara ditingkatkan.
“Pada tahun 2023, polusi udara masih menjadi bencana kesehatan global,” ujarnya. “Data global IQAir merupakan pengingat penting akan ketidakadilan yang diakibatkannya dan perlunya menerapkan solusi yang ada untuk mengatasi masalah ini.”
Polusi udara adalah masalah besar yang sangat mempengaruhi kita semua. Baru-baru ini, para ilmuwan dari Universitas Tartu dan Universitas Reading menemukan bagaimana polusi industri dapat mengubah awan cair menjadi awan es dalam cuaca dingin.