Januari – Universitas Jember (UNEJ) mendukung inovasi ketahanan pangan dan gizi melalui Tegalboto Calling 3, “Inovasi Teknologi Fortifikasi Beras untuk Indonesia Emas untuk Ketahanan Pangan dan Gizi 2045”.
Acara yang diadakan di gedung auditorium Universitas Jember ini diisi dengan workshop dan seminar mengenai fortifikasi pangan, peningkatan gizi masyarakat dan mendukung upaya nasional untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
J
Rektor Universitas Jember, Dr Ir Ivan Taruna, MEng IPM, dalam sambutannya menyampaikan: Topik-topik yang diangkat dalam acara tersebut sangat relevan dengan kondisi dan tantangan bangsa Indonesia.
“Karena keistimewaan penduduk kita, maka inovasi seperti fortifikasi beras merupakan langkah penting untuk menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas gizi masyarakat. Indonesia Emas ini bertujuan untuk mencegah guncangan dan mengurangi jumlah guncangan di Indonesia sebagai bagian dari upaya kita untuk mencegah guncangan dan mengurangi jumlah guncangan di Indonesia. upaya untuk mencapainya. 2045.”, kata Ivan Taruna.
Presiden juga menambahkan, menjamin ketahanan pangan dan peningkatan kualitas gizi masyarakat merupakan pilar penting yang harus diperkuat untuk mencapai visi besar Indonesia Emas 2045.
“Dalam mewujudkan visi besar tersebut, masyarakat kita mengandalkan inovasi teknologi, termasuk fortifikasi pangan, yang berperan strategis dalam meningkatkan ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Oleh karena itu, inovasi tersebut harus didukung dan dikembangkan secara berkelanjutan”.
Ivan Taruna juga mengajak semua pihak, baik akademisi, pemerintah, industri, dan masyarakat umum, untuk bekerja sama dalam pengembangan dan penerapan inovasi teknologi pangan untuk menjamin ketahanan pangan Indonesia.
“Bangun Indonesia Sehat dan Sejahtera dengan Inovasi Teknologi Logo Pangan. Beliau menegaskan bahwa: dengan kerja sama yang kuat, kita dapat mencapai tujuan besar kita bersama, yaitu Indonesia Emas 2045.
Sementara itu, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNEJ, Profesor Uli Vitono, dalam laporannya mengatakan, konferensi dan pertemuan ini merupakan hasil kerja sama UNEJ dan Tegalboto Calling 3 Committee serta mitra strategis multilateral. . . , salah satunya adalah Badan Pangan Nasional (BAPANAS).
Kerja sama ini merupakan koordinasi yang erat antara lembaga pendidikan, pemerintah dan pihak terkait dalam mengembangkan inovasi untuk menjamin pangan dan gizi masyarakat.
“Dengan diadakannya Tegalboto Challenge 3, UNEJ menunjukkan peran lembaga pendidikan yang aktif dalam pengembangan inovasi bagi pembangunan negara, khususnya dalam memecahkan tantangan ketahanan pangan dan gizi.” Acara ini bertujuan untuk menciptakan kolaborasi yang hebat dan mencapai makanan. Kemandirian dan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia, kami berharap ini menjadi langkah awal dalam membangunnya.
Pada saat yang sama, Profesor Tejasari, pakar gizi dari Fakultas Teknologi Pertanian UNEJ, membahas tentang konsep dan pentingnya suplemen makanan.
Dijelaskannya, fortifikasi pangan adalah proses penambahan zat tertentu pada pangan untuk meningkatkan nilai gizi dan kualitas pangan sehingga berdampak positif bagi kesehatan masyarakat.
“Fortifikasi pangan adalah penambahan zat gizi tertentu pada pangan untuk meningkatkan kualitasnya, yang dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan,” jelasnya.
Selain itu, juga memberikan sejumlah kondisi yang ingin dicapai oleh produk pangan yang difortifikasi.
“Produk yang kuat haruslah produk yang sering digunakan masyarakat. Produk tersebut juga harus diproduksi dan diproses oleh produsen tertentu agar suplemen yang dikonsumsi terkontrol dengan baik. Selain itu, teknologi fortifikasi yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga produk yang difortifikasi tidak berubah warna, rasa, dan tidak mengandung kelebihan zat yang berbahaya bagi kesehatan. “Hal penting lainnya adalah harga suplemen harus terjangkau oleh masyarakat,” tambahnya.
Direktur Standar Keamanan dan Mutu Pangan, BAPANAS, Yusra Yegayanti, SSi, Sq. dan manfaat maksimal.
“Memastikan produk makanan yang difortifikasi memenuhi standar keamanan dan kualitas adalah hal yang penting. Kami di BAPANAS berupaya untuk menetapkan standar tersebut agar masyarakat tidak hanya sehat, tetapi juga mendapatkan makanan yang aman dan berkualitas,” ujarnya.
Beliau juga mengapresiasi upaya Universitas Jember dan Keluarga Besar Universitas Wakaf Jember (KAUJE) dalam menggagas acara ini sebagai bentuk nyata dukungan universitas terhadap program ketahanan pangan nasional.
“Kerjasama antara universitas dan pemerintah sangat penting karena akademisi berperan besar dalam menciptakan inovasi berkelanjutan untuk mendukung proyek nasional khususnya beras yang merupakan salah satu langkah strategis untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi menuju Indonesia Emas pada tahun 2045. , “tambahnya.
Sementara itu, Bapak Wahu Samio Widodo, koordinator Tegalboto Challenge mengungkapkan bahwa acara tersebut tidak hanya berupa seminar, tetapi juga konferensi yang memungkinkan peserta untuk belajar lebih jauh tentang teknologi dan proses suplemen makanan.
Workshop ini dilakukan oleh para ahli dari Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jember dan mitra industri yang berpengalaman dalam pengembangan produk fortifikasi.
Ajak para peserta memahami cara membangun benteng, mulai dari pemilihan bahan baku, penambahan nutrisi, hingga pengolahan yang benar hingga menghasilkan produk pangan berkualitas.
“Melalui acara Tegalboto Memanggil 3, kami berharap dapat menginspirasi mahasiswa, alumni, dan masyarakat umum untuk terus berinovasi dan berkontribusi dalam peningkatan kualitas gizi dan ketahanan pangan di Indonesia, serta kesempatan untuk belajar dan memahami bagaimana mereka dapat berperan aktif. .” berpartisipasi dalam proyek-proyek pembangunan ini,” jelasnya.
Kedepannya UNEJ dan KAUJE akan terus menyelenggarakan kegiatan serupa, terkait topik dan strategi pembangunan negara.
Hal ini sejalan dengan visi UNEJ menjadi perguruan tinggi yang berperan aktif tidak hanya dalam bidang akademik, namun juga menciptakan solusi nyata terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat, khususnya di bidang ketahanan pangan dan gizi.