Forum Kiai Jakarta Bersatu Tegaskan Pernyataan Suswono Bukan Penistaan kepada Nabi Muhammad

Forum Kiai Jakarta Bersatu Tegaskan Pernyataan Suswono Bukan Penistaan kepada Nabi Muhammad

JAKARTA – Forum Kiai Persatuan Jakarta (FKJB) menegaskan ucapan Awaguba Jakarta Suswono bukan merupakan penghinaan terhadap Muhammad SAW.

Hal ini sesuai dengan hasil Bahtsul Masail bertajuk “Kajian Fiqh Pernyataan Suswono Tentang Nabi SAW” yang diselenggarakan di Hotel Sofyan, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 17 November 2024.

Oleh karena itu, forum Kiai Sains sepakat dengan pernyataan Wakil Ketua DKI Jakarta Suswono bahwa wanita kaya yang menikah dengan pria muda pengangguran bukanlah penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW.

Forum ini dihadiri sekitar 30 kiai, guru dan ulama, pakar Bahtsul Masail dan pakar fiqih yang mewakili berbagai organisasi keagamaan di wilayah Jakarta. Diantaranya adalah K.H. Roland Gunawan, K.H Mahfudz Rozaq, Ustaz Fairuzabadi, Ustaz Fahrurazi, Kiai Lukman Cecep, Ustaz Rohdin, K.H Amzaini.

Selain Kiai Muhsin, Gus Sadawi Abdul Rahman, Ustadz Abdul Ghafur, KH. Endang Hermansyah, Ustadz Supriyadi, Ustadz AM. Mahfudz, Kiai M. Ali Muntaqo, Kiai Ahmad Shodiq, Kiai Ahmad Muhtarom, Kiai Ahmad Shomad, Kiai Marta, Kiai M Rofiq, KH. Sofa Ihsan, K.H. Mukti Ali, Kiai Gufron Faza, KH. A/rahman, KH. Abdul Basit. Forum ini diorganisir oleh KH. Mohammad Khoiron sebagai moderator.

Ketua XFKJB KH. Agus Khudlori, Lc., dalam sambutannya mengatakan, pembahasan Bahtsul Masail berlangsung dengan cara yang memprihatinkan para kiai dan ulama terhadap fenomena masyarakat yang mudah terprovokasi dan saling menuduh.

“Kami menyelenggarakan Bahtsul Masail untuk memenuhi tugas keilmuan kami mengenai kajian masalah-masalah sosial dan keislaman. Selain dari aspek politik, pembahasan ini kami hadirkan terlebih dahulu untuk memaparkan pandangan lain berdasarkan pendapat atau pendapat para ulama yang tersusun dalam kitab-kitab fiqih klasik, agar masyarakat tidak terpecah belah hanya karena alasan politik yang berbeda-beda. Kedua, menjaga iklim demokrasi di Indonesia agar apabila ada pernyataan atau pernyataan yang dianggap tidak pantas, tidak dipolitisasi dan dianggap menghina agama,” kata Kiai Khudlori, Selasa (19/11/2024).

Kiai Khudlori berpesan agar masyarakat membiasakan diri dengan peristiwa politik seperti pilpres dan pilkada yang rawan provokasi. Setiap pernyataan pejabat pemerintah di musim politik hendaknya ditanggapi dengan kepala dingin agar tidak mudah mengobarkan emosi yang dapat menimbulkan perpecahan di kalangan saudara bangsa.

“Jangan mudah tergiring untuk menganggap suatu pernyataan yang sebenarnya masih dalam ranah khilafah sebagai suatu bentuk agama. Namun, setiap pernyataan tersebut tidak merujuk pada pribadi Rasulullah SAW. Pemahaman bisa dianggap penodaan agama,” ujarnya

KH. Roland Gunawan salah satu peserta Bahtsul Masail mengutip dari kitab Imam Al-Ghazali Faisal al-Tafriqah fi ma bayna al-Islam wa al-zandaqah yang memberikan nasehat menjaga atau menunda ucapan agar sangat sulit. Tidak mudah untuk berbicara. dari Ahlul Kiblat (Muslim).

Artinya, kami mendukung tudingan perselingkuhan dan penghinaan agama terhadap saudara-saudara kita sesama umat Islam, tegasnya.

FKJB menyebutkan, ada lima alasan mendasar para kiai dan ulama menilai ucapan Suswon tidak masuk kategori menghina Nabi Muhammad SAW.

Berikut hasil lengkap Bahtsul Masail FKJB:

Kiai dan para ulama dalam forum ini sepakat bahwa pernyataan Suswon tidak bisa dianggap penodaan agama karena beberapa alasan. Pertama, pernyataan Suswon berkaitan dengan sifat basyariyah (kemanusiaan) Nabi Muhammad SAW, bukan sifat nubuwwah (kenabian).

Kedua sifat ini terdapat pada diri Nabi SAW dan sangat berbeda. Yang kami maksud adalah keyakinan Ahlussunnah waljamah bahwa Rasulullah mempunyai sifat-sifat yang wajib, sifat-sifat yang mustahil dan sifat-sifat jaiz yaitu al-acradh al-basyariyah yang sama dengan sifat-sifat orang lain.

Sifat kenabian (nubuwwah) Nabi Muhammad SAW. Nampaknya mendapat wahyu, menjadi mashum (terselamat dari dosa), menjadi wali, mendapat mukjizat, diberi perintah (tabligh). Semua ini adalah ciri-ciri wajib dari Rasulullah. Sedangkan ciri-ciri Nabi (Basyariyah) yang dimilikinya antara lain makan, minum, berjalan-jalan di pasar seperti orang biasa, memakai pakaian adat, tidur, istirahat, bekerja, berdagang, beternak kambing, cedera, sakit, hidup, kematian. , dan seterusnya.

Menurut Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nur al-Zhalam dan Syekh Zainuddin al-Malibari dalam I’anah al-Thalibin mengatakan bahwa ketika seseorang menjelaskan sifat Nabi kepada umat manusia, tidak mengurangi derajat kemuliaannya.

Kedua, berdasarkan fakta sejarah. Sesuai namanya, Siti Khadijah adalah seorang janda kaya raya, dan dia termasuk salah satu orang yang menghadiri pertemuan tersebut, dan Nabi adalah seorang pemuda berusia 25 tahun ketika menikah dengan Khadijah.

Ketiga, survei verbal yang membedakan kata “pengangguran” dengan kata “pengangguran” dalam pernyataan Suswono. Secara bahasa “idle” berarti “tidak bekerja”. Pengangguran adalah seseorang yang sebenarnya mempunyai pekerjaan, bekerja sangat keras dalam aktif bekerja, namun pada suatu saat ia istirahat sehingga ia menganggur.

Sedangkan “pengangguran” adalah seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak bekerja. Pengangguran adalah sifat manusia. Nabi SAW, meski berstatus kenabian, adalah manusia yang butuh istirahat setelah bersusah payah.

Pada masa istirahat tersebut dapat dikatakan ia menganggur, i.. tidak bekerja. Dengan demikian, tidak ada satu pun pernyataan Suswon yang dapat digolongkan sebagai penodaan agama. Sebaliknya, kata “pengangguran” dalam pernyataan tersebut, tidak ditujukan langsung kepada Nabi SAW, melainkan ditujukan kepada generasi muda.

Keempat, Suswono tabayyun atau dalil yang mengatakan bahwa dia sama sekali tidak mempunyai niat dalam pidatonya untuk menghina Nabi Muhammad SAW.

Kelima, jika ada pihak yang menganggap perkataannya salah, Suswono meminta maaf bahkan mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Tuhan) yang dianggap sebagai bentuk taubat. Sesuai hadits Nabi s.a.w. beliau bersabda, “Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertaubat.” Dan Islam menganjurkan agar umat Islam menjadi orang yang pemaaf seperti Q.S. Ali Imran : 159.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *