JAKARTA – Senjata api merupakan penemuan yang mengubah hidup manusia karena sifatnya yang mematikan. Ada tiga senjata yang paling banyak membunuh orang sepanjang sejarah.
Beberapa perang atau konflik antar negara telah memakan ribuan korban jiwa, termasuk pemboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada tahun 1945. Sekitar 200.000 orang meninggal.
Melansir The Conversation, hingga Rabu (10/2/2024), ada tiga senjata api yang paling banyak membunuh orang. Berikut ini ikhtisarnya:
1. Senapan AK-47
Ada senjata yang membunuh lebih banyak orang daripada bom atom. Bahkan, jumlah korbannya mencapai jutaan, yakni senapan serbu Kalashnikov atau lebih dikenal dengan AK-47.
Senjata ini awalnya dikembangkan secara rahasia untuk militer Uni Soviet. Hingga saat ini, sekitar 100 juta AK-47 dan variannya telah diproduksi. Kini senjata tersebut dapat ditemukan di seluruh dunia, termasuk di tangan warga sipil AS pada tahun 2012. Mereka membeli AK-47 sebanyak polisi dan militer Rusia.
Produsen senjata Rusia Mikhail Kalashnikov adalah seorang mekanik tank di Angkatan Darat Soviet selama Perang Dunia II. Dia memutuskan untuk membuat senjata yang lebih baik dengan Kalshnikova Automat pada tahun 1947, tahun dimana senjata tersebut pertama kali diproduksi.
Pada tahun 1949, AK-47 menjadi senapan serbu Angkatan Darat Soviet. Senjata ini kemudian diadopsi oleh negara-negara Pakta Warsawa lainnya, dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, dan menjadi simbol revolusi di belahan dunia yang jauh seperti Vietnam, Afghanistan, Kolombia, dan Mozambik – AK-47 bahkan ada di benderanya. dari Mozambik.
Sebagian besar senjata di dunia biasa digunakan dalam kejahatan dan terorisme. Militer AS juga mengerahkan senjata-senjata ini selama konflik di Afghanistan dan Irak. Dengan masa pakai 20 hingga 40 tahun, senapan AK mudah diangkut dan digunakan kembali.
Harganya bisa mencapai ratusan USD, namun beberapa AK-47 bisa dibeli dengan harga sekitar Rp 700.000. Produksi yang tinggi di seluruh dunia, terutama di negara-negara dengan upah tenaga kerja rendah, membuat harga senapan AK tetap rendah.
2. Bom atom
Kecelakaan bom atom di Hiroshima, Jepang, yang dijuluki “Anak Kecil”, awalnya menewaskan 70.000 orang. Pada bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya, puluhan ribu orang menderita penyakit radiasi. Ledakan bom “Little Boy” yang dijatuhkan di Hiroshima setara dengan sekitar 15 kiloton TNT.
Sementara itu, rudal balistik antarbenua RS-28 Sarmat Rusia (disebut Setan 2 oleh NATO) dirancang untuk membawa hulu ledak 2.000 kali lebih kuat daripada milik Little Boy. Insinyur Rusia mengklaim bahwa satu rudal Setan-2 dapat menghancurkan wilayah seluas Texas atau Prancis. Meskipun perjanjian pembatasan senjata telah secara drastis mengurangi jumlah persenjataan nuklir, diperkirakan masih ada 15.000 senjata nuklir di Bumi. Lebih dari 90 persen senjata tersebut dimiliki oleh Amerika dan Rusia.
3. Senjata biologis
Dalam sejarah konflik bersenjata, penyakit seringkali memakan lebih banyak korban jiwa dibandingkan pertempuran. Memasukkan bahan menular secara sengaja ke medan perang merupakan strategi yang tidak diinginkan karena senjata biologis kurang dapat diprediksi dibandingkan senjata kimia.
Virus dan bakteri tidak ada bedanya dalam memilih korbannya. Misalnya, Black Death merenggut 25 juta nyawa. Senjata biologis dilarang dalam Protokol Jenewa 1925, tetapi Jepang menggunakan senjata biologis di Tiongkok dan melakukan program eksperimen ekstensif yang menewaskan lebih dari 3.000 subjek uji manusia.
Konvensi Senjata Biologis dimaksudkan untuk membatasi pengembangan dan penimbunan agen biologis. Namun, terungkap bahwa Uni Soviet terlibat dalam program senjata biologis rahasia besar-besaran setelah perjanjian itu ditandatangani pada tahun 1972. Tanpa sistem inspeksi dan penegakan hukum yang invasif, Konvensi Senjata Biologi lebih berfungsi sebagai seperangkat standar global untuk senjata perang dibandingkan sebagai pelarangan agen biologis.