Internalisasi Sumpah Pemuda di Era Disrupsi Informasi

Internalisasi Sumpah Pemuda di Era Disrupsi Informasi

JAKARTA – Tantangan yang dihadapi generasi muda di abad 21 bukan lagi soal kolonialisme melainkan menyangkut persoalan global yang jauh lebih kompleks. Salah satu tantangan utamanya adalah infiltrasi budaya asing dan berkembangnya ideologi ekstremis berkekerasan yang berujung pada terorisme. Kaum muda semakin rentan terhadap paparan ide-ide ekstremis melalui internet dan media sosial, yang seringkali menjadi sarana kelompok radikal untuk merekrut anggota baru dan menyebarkan propaganda.

Pengawas media sosial Enda Nasution mengatakan fenomena ini diperparah karena arus informasi yang begitu cepat membuat generasi muda kurang memiliki kemampuan kritis untuk mengisolasi informasi yang akurat. Literasi digital yang terbatas memudahkan generasi muda mempercayai informasi yang salah, teori konspirasi, atau cerita ekstremis. Hal ini tentu saja dapat membuka peluang masuknya ideologi dan budaya asing yang mengancam eksistensi budaya lokal dan kearifan bangsa.

Ide-ide ekstrem, radikal, teori konspirasi, logika, hoax bisa meracuni cara berpikir seseorang. Kalau kita tidak disiplin mengonsumsi informasi yang baik maka akan menimbulkan masalah, kata Enda Nasution, dikutip Sabtu. 11/). 2024).

Kurangnya keahlian dalam mengurai informasi tidak hanya mengancam identitas budaya bangsa tetapi juga dapat memicu krisis identitas, kata Enda. Seseorang yang terlalu banyak mengonsumsi informasi tanpa fokus pada pengembangan pribadi menyebabkan rasa malas atau memicu berbagai masalah mental.

Enda mengatakan, “Kecemasan, kecemasan, depresi, dan penyakit mental terjadi karena terlalu banyak informasi yang diterima.”

Enda menganalogikan tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini ibarat menghadapi meja makan. Pesatnya arus informasi ibarat menyajikan terlalu banyak makanan. Jika seseorang tidak dapat mengendalikan keinginannya, dia memakan semua makanan yang dipersembahkan. Jika hal ini dilakukan terus menerus maka akan menimbulkan berbagai masalah di kemudian hari seperti keracunan, gangguan pencernaan, obesitas dan lain-lain. Sama halnya dengan arus informasi, terlalu banyak mengonsumsi informasi tanpa menentukan pilihan dapat menimbulkan pola pikir yang tidak sehat.

“Bagaimana kita menyaring dan mengonsumsi informasi kesehatan berdasarkan ukuran porsinya,” kata Enda.

“Setidaknya kita bisa mengecek ulang dan tidak menutup sudut pandang atau percaya hanya pada satu sumber,” ujarnya.

Oleh karena itu, nama Bapak Blogger Indonesia ini menyatakan pentingnya generasi muda memiliki keterampilan digital dalam mencerna informasi. Keseimbangan antara mengonsumsi informasi dan fokus pada pengembangan diri menjadi kunci kelangsungan hidup dan pertumbuhan generasi muda di era perubahan teknologi yang begitu pesat. Enda menambahkan, ketika memiliki kemampuan digital yang baik maka bisa menginisiasi atau mengembangkan kolaborasi antar generasi muda untuk menyelesaikan permasalahan anak bangsa.

“Berkolaborasilah dengan alat digital, bergerak bersama lebih cepat dan lebih komprehensif,” kata Enda.

Enda berharap dengan momentum Janji Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober mendatang, semangat generasi muda dapat terinternalisasi untuk menghadapi tantangan zaman dan bahaya ideologi eksternal yang dapat mengikis nilai-nilai persatuan bangsa.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *