Ahmad Tohari, Esther Haluk, dan Murdiono Mokoginta Terima Penghargaan Penulis 2024

Ahmad Tohari, Esther Haluk, dan Murdiono Mokoginta Terima Penghargaan Penulis 2024

JAKARTA – Tiga penulis Indonesia yang berjasa besar dalam dunia sastra dan sejarah terpilih menjadi penerima Writers Awards 2024: Ahmad Tohari, Esther Haluk, dan Murdeono Mokoginta. Literatur

Ahmad Tohari, yang dikenal karena karya-karyanya yang berwawasan luas tentang kehidupan pedesaan dan keadilan sosial, dianugerahi Lifetime Achievement Award 2024 oleh Ikatan Penulis Indonesia Satupena. Penghargaan tersebut merupakan pengakuan atas dedikasi Tohari terhadap dunia sastra Indonesia selama lebih dari 40 tahun.

Sementara itu, Esther Haluk dari Papua meraih Dermakata Award 2024 kategori fiksi atas buku monumentalnya Nyanyan Sunyi yang mengangkat isu ketidakadilan sosial, kekerasan, dan perjuangan perempuan Papua. Esther dianggap sebagai suara diaspora dan telah memberikan dampak sosial yang besar melalui karyanya.

Pada kategori non-fiksi, Murdiono Mokoginta dari Bolmong, Sulawesi memenangkan Dermakata Award 2024 atas karyanya “Era Transisi: Bolang Mongondow” yang mengeksplorasi sejarah lokal serta dinamika sosial, budaya, dan politik dalam tulisan-tulisan kolonial abad ke-19 dan ke-20. Komunitas Bolang Mongondow. Karyanya dinilai penting dalam melestarikan warisan budaya dan sejarah lokal.

Masing-masing pemenang mendapatkan sertifikat penghargaan dan hadiah finansial, antara lain Rp50 juta untuk Lifetime Achievement Award dan Rp35 juta untuk Dharmakata Award.

Ketua Umum Persatuan Penulis Satupena Indonesia Denny JA yang juga pendiri AI Era Creators Institute mengumumkan pembentukan dana melalui Denny JA Foundation untuk mendukung Writers Award tahunan. Hadiah ini akan bertahan selama 50 tahun ke depan atau lebih.

Proses seleksi penghargaan dilakukan secara bertahap dengan juri dari berbagai daerah antara lain Anwar Putra Bayu (Sumatera), Denok Christiani (Jawa), Hamri Manopo (Sulawesi), I Wayang Suyadana (Bali), Mohamed Tobroni (Kalimantan), Victor Manenke. (Papua), dan Okki Madasari. Anwar Putra memilih Bayu untuk Lifetime Achievement Award dan Okki Madasari mengarahkan seleksi untuk Dermakata Award.

Lalu mengapa Ahmed Tohari, Esther Haluk dan Murdeono Mokoginta menerima penghargaan ini?

Ahmed Tohari dinilai layak menerima Lifetime Achievement Award 2024 atas kiprahnya menyuarakan suara masyarakat pedesaan dan keadilan sosial. Melalui trilogi Ronggeng Dukuh Paruk dan karya lainnya, Tohari menjadikan desa sebagai tempat hidup yang bermakna, dan mencatat kesenjangan sosial melalui narasi yang sangat berimbang. Karyanya tidak hanya mencerminkan kehidupan, tetapi juga berani melawan ketidakadilan dan membela nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas.

Esther Haluk meraih Dermakata Award untuk Nyanyan Sunyi (2021) yang menginspirasi pembaca tentang ketidakadilan sosial dan perjuangan perempuan Papua. Melalui karyanya ini, Esther mengungkapkan perjuangan hak-hak perempuan, kekerasan konflik dan identitas budaya Papua. Keberaniannya menghadapi permasalahan struktural dan skandal menjadikannya simbol keberanian dan integritas dalam dunia sastra.

Sementara itu, “Abad Transisi: Bolang Mongondow” karya Murdiono Mokoginta mengenai tulisan-tulisan kolonial abad 19 dan 20 menghidupkan sejarah lokal dengan bahasa yang mudah namun penuh makna. Dion Bolang mampu membawa kedalaman sejarah Mongondo kepada masyarakat luas, menekankan pentingnya memahami masa lalu dan memperkuat masa depan. Penghargaan ini merupakan pengakuan atas dedikasinya dalam mendokumentasikan sejarah lokal yang relevan dengan masa kini.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *