Pasca penyerangan Plambangan, Kesultanan Mataram kehilangan hubungan dengan Bali. Kegagalan penyerangan ini pula yang mendorong Islam memilih untuk memperluas Kerajaan Mataram hingga wilayah barat Pulau Jawa, namun hal tersebut tidak berhasil karena Belanda berhasil menguasai Batavia.
Namun isu penyerangan Bali mulai muncul di Mataram. Selanjutnya pada tahun 1963, penguasa Mataram, Sultan Amankurat I, dikabarkan telah mengepung Bali. Namun ia sangat marah ketika melihat orang Tionghoa yang mengangkut beras bukan ke Batavia melainkan ke musuhnya di Bali.
Enam kapal perang direkrut dari seluruh wilayah pesisir untuk menyerang Bali. Sebenarnya dia ingin sekali meminjam dua atau tiga kapal kepada perusahaan tersebut, namun dia tidak mau memintanya sendiri, melainkan meminta rekomendasi orang lain. Jadi pada akhirnya tidak berhasil sama sekali.
Pada tahun 1656, seperti diberitakan dalam Kejatuhan Mataram: Di Bawah Mangkurat I, rencana baru dibuat. Kepala Daerah Jepara Ngabi Martanatha dan pejabat lainnya harus menyiapkan banyak kapal dalam waktu singkat, yakni dua bulan, sehingga terjadi kesibukan besar-besaran untuk menyiapkan kapal tersebut.
Kepala daerah masing-masing harus membangun dua gobar besar, sehingga raja berkata: “Saya ingin mengumpulkan banyak mobil dan senjata dan kemudian menyerahkan kepada kehendak Tuhan.” Setahun kemudian hal yang sama terjadi pada para hamba Sunan Matram datang. Dan datanglah beliau kesana dari daerah pantai menuju laut dan disuruhnya memproduksi 12 buah kaos kaki, 24 buah lanang dan 100 buah kunting, sehingga masyarakat palembang berperang melawan Bali.
Pada saat yang sama, penduduk Bali berperilaku lebih agresif dibandingkan di Mataram. Di ujung timur Pulau Jawa, mereka merebut perahu kiriman Raja Makassar kepada utusannya di Jepara. Mereka juga menyerang Pasuruan, membakar rumah-rumah di sana dan membunuh warganya.
Dari situlah muncul rencana baru untuk berunding dengan masyarakat Makassar dan masyarakat Banten untuk bersama-sama menyerang Bali. Selain itu, ada perang saudara yang sedang berlangsung di Bali, yang dapat digunakan untuk menyelesaikan rencana penyerangan.