PANGERAN Diponegoro bertemu dengan penguasa pantai selatan Tanah Air, Ratu Kidul, yang konon tak terucap satu kali pun.
Dalam pertemuan tersebut, Ratu Kidul tidak ingin mengganggu Pangeran Diponegoro. Pada pertemuan kedua, sang pangeran dikabarkan telah bertemu dan keduanya berbincang. Permintaan Ratu Kidul kepada Pangeran Diponegoro ditolak. Hal ini terlihat dari perbincangan keduanya.
Sebagai ratu alam gaib Jawa, Ratu Kidul menawarkan bantuan kepada Pangeran Diponegoro. Namun Ratu Kidul juga meminta Pangeran Diponegoro memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Ratu dikembalikan ke dunia seperti sedia kala.
Peter Carey menjelaskan kisah “Nasib Pangeran Diponegoro. 1875-1855″ dimana hal ini merupakan permintaan ratu kepada Pangeran Diponegoro. Namun, tidak ada yang bisa mengubah nasib Ratu Kidul.
Ratu tidak bisa keluar dari kerajaan spiritual sampai hari penghakiman atau hari penghakiman ketika semua bentuk kehidupan ini akan dikumpulkan bersama.
Dengan segala kecantikan dan kesaktiannya, Ratu Pantai Selatan adalah sosok yang tragis.
Mungkin Diponegoro bisa melihatnya dari sudut pandang ini, sehingga sang pangeran menolak tawaran bantuan ratu.
Kisah pertemuannya dengan Ratu Kidul ditegaskan Pangeran Diponegoro, mungkin untuk menegaskan bahwa ia tidak membutuhkan bantuan makhluk gaib dalam perangnya melawan Belanda.
Sebagai seorang muslim sejati, prioritas pertama Diponegoro adalah beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selain itu, tujuan utama perang jawa adalah bagaimana memajukan agama islam, khususnya bagaimana mengangkat agama islam diseluruh negeri jawa, khususnya sistem nilai-nilai kebaikan pada umumnya, tidak hanya bagaimana agama islam saja. Ia mengabaikan tawaran bantuan Ratu Kidul dan menekankan tujuan tersebut.
