SURABAYA – Produksi pertanian atau hasil panen yang melimpah tidak selalu mendatangkan keuntungan. Misalnya saja Kabupaten Trawas, Mojokerto, Jawa Timur yang merupakan sentra produksi ubi jalar.
Kentang merupakan salah satu produk pertanian khas Trawas yang dibudidayakan oleh hampir seluruh petani di 13 desa di kabupaten Trawas. Hasil panen kentang sangat melimpah, namun sebagian besar dijual mentah atau belum diolah.
Saat panen raya, ubi dijual dengan harga yang sangat murah. Sekali beli dengan harga sekitar Rp 500/kg. Sangat murah Dalam beberapa kasus, mereka tetap berada di ladang, tidak dipanen. Proses pengumpulannya membutuhkan biaya.
Masyarakat pedesaan di Kabupaten Trawas telah melakukan upaya melalui usaha mikro, kecil dan menengah (UKM). Termasuk di dalamnya pengolahan ubi dan keripik serta olahan makanan ringan lainnya. Namun upaya ini hanya mampu memanen sekitar 5% hingga 10% dari hasil panen ubi jalar.
Melihat kondisi tersebut, Universitas Surabaya (Ubaya) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) mencari solusi dengan membentuk kelompok pengabdian masyarakat.
Tim ini dipimpin oleh Gunawan, Ph.D., Jurusan Teknik Industri, Zunairoh, M.SM., Jurusan Manajemen, Ardhia Deasy Rosita Dewi, M.Si., Program Studi Biologi Universitas Surabaya, dan Dr. Moh. Arif Battuta, Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Tujuan dari kelompok Ubaya adalah menyusun program peningkatan dan pengembangan produk unggulan daerah berbasis ubi jalar dengan memanfaatkan teknologi produksi dan informasi.
Program Pemberdayaan Mitra Usaha Produk Unggulan Daerah (PM-UPUD) mendapat dukungan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek).
Menurut ketua tim PM-UPUD Ubaya, Gunawan, Ph.D, program ini bertujuan untuk mengembangkan produk berbahan dasar ubi jalar yang berdaya hasil tinggi. Teknologi yang diadopsi antara lain teknologi produksi tepung terigu, pembangkit listrik tenaga surya dan sistem informasi penjualan dengan mesin kasir pintar untuk meningkatkan daya saing UKM.
“Budidaya ubi jalar mempunyai ciri-ciri yang sangat baik, yaitu masa panen yang singkat, hanya sekitar 4-5 bulan, dan produktivitas yang relatif tinggi yaitu 20-40 ton/ha. Sebagai suplemen nutrisi, ubi jalar memiliki keunggulan yaitu rendah gula,” Mereka mengandung vitamin A, serat dan antioksidan yang baik untuk kesehatan Anda.
Upaya ini membantu Kabupaten Trawas dalam meningkatkan pemanfaatan hasil pertanian, seiring dengan potensi wisata yang saat ini berkembang sangat pesat. Dapat dikatakan bahwa produk kelas atas daerah berkembang mengacu pada produk olahan dari banyak ubi jalar yang didasarkan pada sumber daya lokal dan tujuan wisata unggulan.
Pemilik UMKM Jajanan Ria Desa Selatapak Nanik Riasih mengucapkan terima kasih kepada Ubaya dan DRTPM Kemdikbudrist yang telah mendanai program PM-UPUD. Dengan program ini, terciptalah inovasi untuk mengubah ubi menjadi tepung.
Pengolahan produk kentang dan tepung telah membuka peluang pasar yang lebih besar karena semua industri makanan terutama industri roti, makanan ringan, pasta dan lainnya membutuhkan tepung untuk proses produksi produknya, termasuk UKM.
“Program yang dilakukan Ubaya ini akan meningkatkan pemanfaatan kentang yang dihasilkan petani. Meningkatkan pendapatan usahatani. Selain itu juga akan meningkatkan omzet UKM berkat inovasi produk kentang berupa tepung. Juga memperluas cakupan pasar pertanian. dan produk olahannya “Hal ini kita harapkan akan berdampak pada peningkatan pendapatan kita, khususnya bagi para pelaku UKM,” ujar Nanik Riasih, salah satu partner program Ubaya ini.
Kepala Desa Selotapak, Kecamatan Trawas, Agus Sugiono mengapresiasi adanya program pengembangan produk UMKM tingkat tinggi di desanya. “Atas nama Pemerintah Desa Selotapak, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas program pendampingan UKM di Ubaya,” ujarnya.
Pelatihan manajemen UKM, pendampingan dan penerapan teknologi pengolahan kentang dan tepung. Komunitas kami belajar banyak tentang sistem produksi, manajemen bisnis, dan keuangan. Sangat bermanfaat bagi UKM untuk menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan usahanya. “Kami berharap program ini terus berlanjut,” ujarnya.