Chandra Fazili Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan Republik Indonesia
Di tengah iklim perekonomian global yang terus menghadapi tekanan, menjaga stabilitas Anggaran Pendapatan dan Peruntukan Provinsi (APBN) Provinsi menjadi salah satu prioritas utama pemerintah. Ketidakpastian geopolitik, gangguan teknologi, dan perubahan ekonomi pascapandemi meningkatkan risiko pembangunan bagi semua negara.
Bagi Indonesia, di tengah tantangan tersebut, APBN merupakan instrumen pemerintah yang penting untuk memastikan pelayanan publik dan dukungan terhadap sektor perekonomian dikelola dengan baik dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Pada tahap ini, stabilitas merupakan tujuan utama untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan pasar.
Stabilitas APBN erat kaitannya dengan prinsip “keberlanjutan fiskal”, yang mengharuskan pemerintah memastikan belanja negara tidak membebani kapasitas perekonomian dalam jangka panjang. Menurut teori kesetaraan Ricardian, jika masyarakat mengharapkan pajak yang lebih tinggi, peningkatan utang untuk menutupi defisit anggaran dapat mengurangi konsumsi di masa depan.
Oleh karena itu, pemerintah perlu menerapkan kebijakan fiskal yang fokus pada keseimbangan pengeluaran dan pendapatan. Di satu sisi, belanja yang efisien diperlukan untuk mendukung program perlindungan sosial, pembangunan infrastruktur, dan stimulasi ekonomi.
Di sisi lain, peningkatan pendapatan negara baik melalui pajak maupun optimalisasi sumber daya alam penting untuk mengurangi defisit anggaran. Dalam kondisi seperti ini, kebijakan fiskal yang adaptif dan terukur sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan perekonomian domestik di tengah tekanan global yang tidak terduga.
Selain stabilitas, aspek keberlanjutan APBN juga perlu mendapat perhatian pada pembiayaan. Meminjam secara berlebihan tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial jangka panjang dapat membebani generasi mendatang. Penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan langkah-langkah inovatif untuk meningkatkan pendapatan negara secara berkelanjutan, seperti digitalisasi perekonomian dan perbaikan tata kelola sumber daya alam.
Menjaga Kredibilitas APBN Di tahun politik 2024, berbagai janji politik yang diucapkan pada masa pemilu sudah mengakar kuat di masyarakat, dan jika diingkari adalah tindakan yang salah. Artinya, masyarakat mengharapkan berbagai komitmen tersebut dapat diwujudkan, khususnya di bidang kesejahteraan sosial, kesehatan, dan pendidikan. Sebab, penting bagi pemerintah untuk menjaga keseimbangan antara memenuhi harapan masyarakat dan menjaga kredibilitas APBN.
Artinya, realisasi komitmen politik perlu dilaksanakan dengan perencanaan fiskal yang matang agar tidak membebani defisit APBN yang saat ini diproyeksikan sebesar 2,5% PDB. Padahal, meski belanja negara besar, angka tersebut relatif terkendali.
Implementasi komitmen politik bukannya tanpa tantangan, terutama dalam menjaga keseimbangan antara keberlanjutan anggaran dan fiskal untuk program-program prioritas. Program-program utama seperti makanan sekolah gratis, pembangunan infrastruktur dan penyediaan perumahan yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah merupakan komitmen utama pemerintah yang akan datang.
Program makanan sekolah gratis yang mencakup 80 juta penerima manfaat ini diperkirakan membutuhkan anggaran sebesar Rp400 triliun per tahun hingga tahun 2029. Sementara proyek pembangunan Ibukota Negara Republik Indonesia (IKN) yang juga menjadi prioritas memerlukan tambahan pendanaan dari APBN. dalam beberapa tahun ke depan.
Artinya, pemerintah harus memberikan perhatian yang besar terhadap pengelolaan anggaran dan pengawasan pengeluaran agar tidak menjadi beban keuangan negara. Pengelolaan anggaran merupakan kunci yang sangat penting untuk menjaga kesehatan fiskal suatu negara. Program berskala besar yang memerlukan alokasi anggaran besar, seperti makanan gratis atau perbaikan infrastruktur, memerlukan transparansi dan pengelolaan yang efisien.
Hal ini berdasarkan laporan Otoritas Pengawas Keuangan (BPK) yang mencatat kebocoran anggaran pada tahun 2024 sebesar Rp 5 triliun menunjukkan pentingnya pengawasan yang ketat untuk menghindari kerugian negara. Oleh karena itu, pengelolaan APBN harus diperkuat untuk memastikan dana yang dialokasikan benar-benar memberikan manfaat terbaik bagi masyarakat.
Selain itu, tantangan global seperti fluktuasi harga komoditas dan ketidakpastian perekonomian global menuntut pemerintah di masa depan untuk lebih berhati-hati dalam menjaga stabilitas perekonomian nasional. Salah satu upaya pemerintah dalam menyelamatkan APBN adalah dengan memberikan ruang bagi pemerintah untuk memenuhi komitmen politiknya tanpa memberikan beban tambahan pada APBN.
Artinya, pemerintah diharapkan dapat menjaga kekuatan fiskal melalui langkah-langkah pengendalian yang efektif, menjalankan program-program prioritas, dan menjamin stabilitas perekonomian nasional di tengah tantangan global yang terus berlanjut.
Pentingnya perencanaan dan evaluasi
Pada tahun 2025, kualitas rencana APBN akan menjadi faktor kunci dalam menghadapi tantangan perekonomian global dan domestik. Dengan diumumkannya beberapa komitmen politik, termasuk peningkatan belanja sosial dan infrastruktur, pemerintah harus memastikan bahwa rencana anggarannya dilaksanakan dengan hati-hati.
Acuan utama penetapan besaran alokasi APBN untuk setiap bidang prioritas adalah kerangka anggaran (indikasi) yang disiapkan pemerintah. Terkait APBN tahun 2025, APBN diperkirakan mencapai Rp 3.500 triliun dengan fokus utama belanja sosial dan pembangunan infrastruktur untuk mendukung pemulihan ekonomi dan menjaga kesejahteraan masyarakat.
Amplop anggaran digunakan sebagai ambang batas atau alokasi indikatif yang memberikan panduan dalam membuat rencana anggaran tahunan. Hal ini merupakan kerangka dasar untuk memastikan bahwa anggaran tidak melebihi kapasitas fiskal negara.
Misalnya pada APBN 2025, sektor pendidikan mendapat alokasi 20% dari total belanja dan bidang kesehatan mendapat alokasi sekitar Rp200 triliun. Artinya, pemerintah dapat membuat perencanaan berdasarkan anggaran, menyeimbangkan kebutuhan mendesak dengan sumber daya keuangan yang terbatas, dan meminimalkan risiko defisit yang berlebihan.
Selain itu, kualitas perencanaan tidak hanya penting, namun pemantauan dan evaluasi (Monev) juga sangat penting untuk memastikan bahwa anggaran yang dialokasikan benar-benar digunakan secara efisien dan efektif. Pemantauan dan evaluasi yang ketat diperlukan untuk mencegah masalah serupa terjadi di masa depan.
Pemantauan dan evaluasi yang tepat tidak hanya membantu mendeteksi penyimpangan tetapi juga memastikan bahwa program dilaksanakan sesuai rencana awal. Misalnya, program makan siang gratis dengan anggaran Rp 400 triliun perlu pengawasan ketat agar program tersebut terlaksana sesuai tujuannya dan tidak membebani keuangan negara secara berlebihan.
Pemantauan dan evaluasi yang efektif membantu pemerintah menilai efektivitas program yang mereka laksanakan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan anggaran yang tepat berperan penting dalam menjaga kesehatan APBN dan efisiensi belanja negara. Pengelolaan yang cermat tidak hanya menjamin terwujudnya komitmen politik, namun juga berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Semoga.