Konon Perang Paregreg Kerajaan Majapahit terjadi karena adanya dua kerajaan di Timur dan Barat. Saat itu, dua utusan khusus kedua kerajaan di bawah panji Majapahit menanggapi undangan Kerajaan Cina.
Perang ini terjadi antara keluarga kerajaan Kerajaan Majapahit Barat yang dipimpin oleh Wikramawardhana dengan keluarga kerajaan Kerajaan Majapahit Timur yang dipimpin oleh Bhre Wirabhumi. Alasan utama pecahnya Perang Paregreg adalah pengakuan resmi Kaisar Yung Lo atas kedaulatan Kerajaan Timur.
Pada awalnya Kaisar Yunglo yang naik takhta sebagai kaisar baru Dinasti Ming mengundang Kerajaan Mapa Hit. Di sana, konon, Kerajaan Majapahit Timur memanfaatkan kesempatan itu untuk menyambut undangan tersebut dengan membawa sesaji.
Tindakan Kaisar Yung Lo terhadap kerajaan timur Majapahit yang bermusuhan dengan kerajaan barat membawa angin segar. Namun di sisi lain, hubungan baik antara Kerajaan Majapahit Timur dan Tiongkok tidak menyenangkan Kerajaan Majapahit Barat.
Mengutip dari buku “Menghidupkan Kembali Sejarah Nenek Moyang Majapahit” yang ditulis oleh sejarawan Prof. Slamet Muljana, hubungan baik Kaisar Yung Lo dengan Majapahit Timur berdampak negatif terhadap kesatuan Majapahit.
Tindakan ini merupakan ancaman terhadap persatuan dan perpecahan negara Majapahit. Oleh karena itu, bagi Majapahit, hubungan dengan Tiongkok lebih banyak merugikan daripada menguntungkan. Akibat pemberian stempel kepada Pak Suwanabhum.
Hal ini menyebabkan ketegangan antara Suvarnabhumi dan Mapahit baru dapat diselesaikan pada tahun 1397. Setelah Suvarnabhumi berhasil ditaklukkan, ibu kota dipindahkan ke Khun yang artinya Sungai Tua.
Yang diucapkan adalah palembang. Namun saat itu Majapahit sedang tercekik oleh peperangan, dan tidak ada lagi orang berpengaruh di Palembang yang dapat diangkat menjadi wakil Majapahit.
Karena itu, pemerintahan Palembang terbengkalai. Liang Thauming dari Guangdong berhasil menguasai Palembang dengan bantuan ribuan pengikutnya.
Ketegangan di lingkungan Kerajaan Majapahit diketahui ketika Laksamana Tiongkok Cheng Ho mengunjungi Majapahit. Cheng Ho mencatat, saat itu sedang terjadi ketegangan antara kerajaan Barat dan Timur.
Ketegangan ini berubah menjadi perang antara Kerajaan Barat dan Timur pada tahun-tahun berikutnya. Dapat dipastikan penyebab utama pecahnya Perang Paregreg adalah pengakuan resmi Kaisar Yunglo atas kedaulatan Kerajaan Timur.
Dengan mengakui hal ini, Kerajaan Timur terbebas dari kekuasaan Kerajaan Barat.
Pararaton menyebutkan bahwa pada tahun Saka 1322 (1400 M) Bhra Hyang Wisesa alias Wikramawardhana menjadi pendeta. Artinya, Bhra Hyang Wisesa pada tahun 1400/1 melewati masa imamat, atau brahmacarin, menurut ajaran caturasrama.
Orang yang menjalankan pemerintahan pada masa itu adalah Prabhu Stri. Tiba-tiba Wikramawardhana mengundurkan diri sebagai menteri dan kembali memimpin pemerintahan serta bertengkar dengan Bhre Wirabhumi.
Sejak saat itu, terjadilah keretakan hubungan antara Bhre Hyang Wisesa dan Bhre Wirabhumi. Tiga tahun kemudian ketegangan berubah menjadi perang. Kedua belah pihak mencari bantuan. Bhre Parameswara dan Bhre Tumapel diundang dari kedua belah pihak.