JAKARTA – Masifnya booming properti di Bali membuat NPG Indonesia, perusahaan pengembang properti yang berbasis di Pulau Dewata, angkat bicara. Kuncinya adalah keseimbangan.
“Pertanyaan penting yang sering muncul adalah: Bagaimana kita menyikapi pesatnya pertumbuhan industri real estate di Bali, dengan tetap menjaga kelestarian alam dan budaya Bali?” – kata General Manager NPG Indonesia Yevgeny Obolentsev, dalam siaran persnya, Senin (14/10/2024).
Menurut Eugene, jawaban atas pertanyaan ini bukanlah menolak pariwisata sama sekali. Selain itu, pariwisata telah menjadi bagian integral dari Bali. Kita perlu keseimbangan. Bagaimana kita melestarikan surga tropis bagi wisatawan tanpa mengorbankan alam dan budaya yang dimiliki Bali selama ribuan tahun, ujarnya.
Oleh karena itu, peran pemerintah sangatlah penting. Apalagi jika menyangkut aturan kepemilikan dan pembagian tanah. “Oleh karena itu, zonasi sangat penting untuk mencegah duplikasi penggunaan lahan yang pada akhirnya dapat merugikan seluruh pemangku kepentingan,” ujarnya.
Eugene menjelaskan perubahan minat wisatawan terhadap daerah baru seperti Seseh, Kedungu, Djemagi dan Tabanan. Hal ini menjadi pertanda terbukanya peluang baru bagi perkembangan industri real estate.
Selain itu, Yevgeny juga menguraikan rencana percepatan pembangunan infrastruktur di Bali. Menurut dia, hal itu juga berperan sangat penting dalam menyeimbangkan kedatangan wisatawan dalam beberapa tahun terakhir.
Pembangunan transportasi massal berupa MRT dan LRT yang rencananya akan dibangun di Bali dapat menjadi salah satu upaya untuk mengurangi kemacetan yang sudah menjadi keseharian di Bali. Selain mengurangi emisi pada kendaraan bermotor.
“Yang terpenting kami sebagai pengembang dapat membangun sebuah properti yang selaras dengan lingkungan dan budaya Bali.” Pasalnya alam dan budaya menjadi bagian dari konsep pembangunan perumahan,” jelasnya.
Selain itu, Eugene menjelaskan NPG selalu mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam setiap proyek residensial yang dikembangkannya. Menurutnya, NPG Indonesia merupakan perusahaan yang mengembangkan real estate di Bali dengan mengadaptasi bangunan, fasilitas, dan gaya hidup modern dengan alam dan lingkungan.
“Dengan membangun proyek perumahan, kita menjaga semaksimal mungkin ruang hijau dan pepohonan yang ada, sehingga ruang hijau bisa mencapai 50% dari pembangunan. Ini menjadi tantangan tersendiri,” ujarnya.
Tantangan sebenarnya adalah bagaimana menyesuaikan bangunan dengan lingkungan alam. Karena hal itulah yang membuat semua orang jatuh cinta pada Bali, alam dan budayanya.
“Seperti Ecoverse, kami sedang mengerjakan proyek hunian premium dengan target penyelesaian pada kuartal keempat tahun 2025. Kami selalu menggunakan fitur-fitur keberlanjutan seperti panel surya, energi terbarukan pada unit reverse melalui sistem daur ulang sampah, filter air reverse osmosis, dan air hujan. jebakan,” tambahnya.
Ecoverse merupakan kompleks perumahan yang menawarkan 34 apartemen dan 16 townhouse di lantai 2 dan 3, menyediakan fasilitas alam dan keselarasan dengan lingkungan alam melalui fasilitas konstruksi berkualitas tinggi. Tak hanya ramah lingkungan, sebagian besar pekerja yang membangun proyek Ecover juga merupakan pekerja lokal.
Bagi Eugene, dari para pekerja lokal inilah ia bisa belajar tentang budaya dan kearifan lokal, khususnya Tri Hita Karana, sebuah konsep hidup masyarakat Bali yang mengedepankan hubungan manusia satu sama lain, alam dan Tuhan yang mampu menciptakan rasa toleransi dan kedamaian. .
“Pada saat yang sama, kami dapat mentransfer pengalaman kami dari Eropa ke dalam konstruksi bangunan. “Sangat penting bagi kita untuk menciptakan keseimbangan yang harmonis antara pengembangan pariwisata dengan alam dan budaya Bali,” tegasnya.