Kisah Raden Wijaya yang mengungsi ke Pulau Madura untuk menghindari kejaran pasukan Jayakatwang yang menyerang Kerajaan Singasari masih menjadi cerita di masyarakat.
Raja Singasari Kertanagara dan istrinya yang merupakan mertua Raden Wijaya dibunuh oleh Jayakatwang. Tak hanya itu, beberapa petinggi Keraton Singasari juga ikut terbunuh.
Raden Wijaya yang berjuang mempertahankan istana Kerajaan Singasari akhirnya harus menyerah. Ia melarikan diri ke utara setelah berusaha menangkis serangan dari sisi selatan ibu kota Tumapel, Singasari.
Raden Wijaya kemudian melarikan diri ke Sumenep, Madura, dan wilayah Arya Wiraraja, meminta perlindungan.
Sesampainya di Sumenep, Lembu Sora salah satu pengawal Raden Wijaya diminta menemui Arya Wiraraja apakah sedang berada di Paseban atau pendopo kerajaan.
Saat dicek ternyata Arya Wiraraja sedang berada di Paseban, sehingga Raden Wijaya yang sampai di Sumenep pun masuk ke dalam area istana.
Awalnya Arya Wiraraja heran Raden Wijaya datang dalam keadaan tertekan. Arya Wiraraja yang sedang mengadakan pertemuan di Paseban turun dari aula besar dan membubarkan pertemuan di sana.
Raden Wijaya awalnya malu bertemu Arya Wiraraja. Pasalnya, Arya Wiraraja awalnya bertengkar dengan kakak iparnya, raja Kertanagara. Perbedaan pendapat tersebut mengakibatkan Arya Wiraraja dipindahkan menjadi Adipati di Sumenep, Madura.
Dikutip oleh sejarawan Prof. Karya Slamet Muljana “Pemulihan Sejarah Persia Nenek Moyang Majapahit”, Arya Wiraraja kemudian menanyakan maksud kedatangan Raden Wijaya ke rumahnya.
Raden Wijaya kemudian menjelaskan bahwa kedatangannya pertama kali ke Sumenep karena adanya penyerangan Kerajaan Daha yang dipimpin oleh Raja Jayakatwang.
Arya Wiraraja kemudian menyambut kehadiran Raden Wijaya dan rombongan termasuk istrinya. Sambutan istri Arya Wiraraja dan keluarga di Sumenep pun sangat hangat. Istri Arya Wiraraja memberikan sirih kepada istri Raden Wijaya.
Wiraraja pun mempersilakan mereka masuk ke kadipaten. Wanita itu menemani istri Raden Wijaya yang menaiki kereta.
Sedangkan Arya Wiraraja menemani Raden Wijaya berjalan kaki dan masuk melalui pintu nomor dua, katanya kepada Kakawin Pararaton.
Selama perjalanan, Raden Wijaya bercerita tentang kematian Kertanagara dan peperangan dengan Daha. Ia kemudian meminta agar Arya Wiraraja diberi kesempatan tinggal di kadipaten, yang disetujui Arya Wiraraja.
Arya Wiraraja bahkan menghadiahkan kain dan pakaian kepada Raden Wijaya dan istrinya. Wanita itu kemudian menerima kain itu dan memberitahu Arya Wiraraja bahwa dia berhutang budi padanya. Maka untuk menjawabnya, kami akan membagi negara Jawa menjadi dua bagian.