PAPUA BARAT – Senator Papua Barat Philip Wamafma bereaksi terhadap mata uang APBD Papua Barat yang terus mengalami kerugian. Filep mendorong intervensi politik pemerintah pusat yang berorientasi pada pemanfaatan wilayah pegunungan Papua Barat.
Berdasarkan analisis ekonomi dan keuangan, defisit anggaran yang terus berlanjut terlihat akan berdampak pada kemampuan daerah dalam memberikan pelayanan publik, pembangunan infrastruktur, dan kesejahteraan masyarakat.
“Persoalan defisit anggaran harus menjadi perhatian kita bersama. Defisit anggaran daerah terjadi ketika belanja daerah lebih kecil dari pendapatan daerah dalam suatu tahun anggaran.” Terkait perekonomian daerah, pembahasan defisit anggaran sangat penting karena mempunyai dampak langsung. berdampak pada stabilitas keuangan, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat,” kata Filep, Kamis (10/10/2024).
Defisit anggaran juga mempengaruhi daya saing daerah untuk menarik investasi. Keterbatasan anggaran menghambat kemampuan daerah dalam membiayai proyek-proyek strategis seperti pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Situasi ini pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan sektor-sektor utama daerah seperti pariwisata, pertanian, dan perikanan yang sebenarnya memiliki potensi besar untuk meningkatkan PAD, lanjutnya.
Philop yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komite III DPD RI menekankan pentingnya intervensi pemerintah pusat melalui kebijakan yang mengedepankan keunggulan daerah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, sehingga defisit anggaran tidak mempengaruhi kualitas layanan penting seperti pendidikan. Kesehatan dan pengembangan sektor ekonomi kreatif.
Akibatnya, rendahnya anggaran pemerintah daerah untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan menurunkan taraf hidup masyarakat dan menghambat produktivitas sektor perekonomian daerah. Oleh karena itu, daya tarik investasi menurun dan sulitnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. katanya.
Oleh karena itu, pembahasan defisit APBD harus dilihat sebagai upaya mengidentifikasi sumber permasalahan perekonomian dan merumuskan solusi yang komprehensif untuk menciptakan perekonomian daerah yang lebih mandiri dan berkelanjutan, kata Filep.
Ia kemudian menyampaikan sejumlah poin yang mengidentifikasi permasalahan kritis terkait penurunan pendapatan daerah pada tahun lalu. Pertama, penurunan pemungutan pajak mengindikasikan adanya potensi permasalahan dalam pemungutan pajak.
Kedua, penurunan total anggaran pendapatan daerah menunjukkan ketidakstabilan perencanaan anggaran yang dapat mempengaruhi program pembangunan dan pelayanan publik di Papua Barat.
Philippe menegaskan, peningkatan ketenagakerjaan melalui sektor ekonomi kreatif, pariwisata, dan pendidikan merupakan modal dan investasi daerah. Menurut dia, sektor ini tidak boleh terkena dampak kerugian finansial karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus mendapat perhatian penuh.
“Pemerintah daerah juga harus berdialog dengan pemangku kepentingan untuk merumuskan kebijakan yang mendukung pengembangan sektor-sektor utama seperti pariwisata, ekonomi kreatif, pertanian, dan perikanan,” ujarnya.
Selain itu, langkah-langkah segera harus diambil untuk memastikan defisit tidak melebar, termasuk rasionalisasi belanja dan penentuan prioritas kegiatan yang mendukung pelayanan publik dan pembangunan infrastruktur.
“Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, Papua Barat dapat berupaya mencegah krisis dan menjamin keberlanjutan perekonomian daerah,” ujarnya.