JAKARTA – Kisah perjuangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang terus bertahan menggerakkan perekonomian Tanah Air bisa menjadi sebuah semangat, apalagi setelah mengalami perlambatan perekonomian nasional dan global di masa pandemi Covid-19.
Salah satu kisah sukses motivasi UMKM, Sweet Sundae, perusahaan es krim dan susu asal Sleman, Yogyakarta, mampu bertahan bahkan sejahtera belakangan ini. Awalnya dimulai oleh sepasang suami istri jebolan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, kini Sweet Sundae sudah mampu mengekspor produknya bahkan ke negara-negara di Timur Tengah.
Andromeda Sindoro, pemilik Sweet Sundae, menjelaskan, usaha ini didirikan pada tahun 2008. Usaha susu yang ia jalani bersama istrinya dimulai dari proyek pekarangan yang dikembangkan oleh para peternak sapi perah, ujarnya.
“Pekerjaan kami pertama kali terinspirasi ketika kami membantu seorang guru dalam proyek peningkatan produktivitas peternak sapi perah, kali ini kami sebagai guru dan suami sebagai asisten mencoba meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah dengan meningkatkan produksi susu. apa yang kami ajarkan kepada mereka adalah cara membuat es krim dari susu.” Hal tersebut disampaikan Andro MPI pada Jumat (10/11/2024).
Andro mengatakan, karena para peternak sapi perah sibuk merawat sapinya, mereka tidak punya waktu untuk mengolah susu menjadi makanan dan minuman. Karena itulah ia dan istrinya berinisiatif membeli susu dari peternak untuk dijual kembali, meski jumlahnya kecil.
“Waktu itu kita masih pelajar, kita beli dulu susunya 3-5 liter, setelah itu kita jadikan es krim untuk dijual di lokal. dikembangkan.”
Berlokasi di Jalan Palagan, Perumahan Lempongsari Blok C 18A, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, Sweet Sundae by Andro tumbuh dengan memperbanyak susu dari peternak sebanyak 15 liter atau lebih. Andro mengatakan, ide bisnis UMKM miliknya diajukan untuk mengikuti kompetisi bisnis kampus guna mendapatkan uang untuk mengembangkan usahanya.
Oleh karena itu, usaha kami yang berdiri sejak tahun 2008 ini, ikut serta dalam kompetisi bisnis, alhamdulillah kami menang, jadi kami punya modal sampai tahun 2011, dan kemudian kami bisa menyewa tempat kami sekarang, kata Andro.
Andro mengatakan Sweet Sundae terus berkembang di tahun 2013 dari Business to Consumer dan Business to Business. Keberhasilan pengembangan peternak sapi perah di Provinsi Jawa Tengah juga mendapat dukungan dari Bank Indonesia.
“Setelah mendapat bimbingan dari BI Jateng, kami memperluas pasar hingga hampir seluruh Pulau Jawa. Kami terus menggunakan model bisnis kami di semua kompetisi dan memenangkan persaingan, namun kami berhenti di tahun 2020,” kata Andro.
Pada tahun 2020, Andro mengatakan bahwa Sweet Sundae yang sedang berkembang harus melawan pandemi Covid-19 yang berdampak pada berkurangnya pasar dan permintaan terhadap usaha UMKM. Mereka tidak bisa bekerja sebagai pedagang kaki lima di pasar, hotel, restoran, dan perhotelan.
Oleh karena itu, di masa pandemi ini kami berbincang dengan seluruh karyawan untuk melanjutkan cash flow perusahaan, akhirnya kami sepakat untuk mengubah penjualan es krim, kami fokus ke penjualan susu, ujarnya.
Andro, yang saat itu hanya memiliki 20 karyawan tetap, sependapat dengan karyawannya karena teringat akan situasi buruk yang mereka alami saat berpisah. Mayoritas Isoman, kondisi PPKM menyebabkan seluruh masyarakat harus berdiam diri di rumah sehingga membutuhkan banyak pangan terutama pada konsumsi susu sapi segar.
“Kita sepakat menjual susu per liternya agar bisa menyasar keluarga mandiri, satu gelas katanya 250 mililiter, bisa dibagi lima gelas untuk satu keluarga,” jelas Andro.
Namun, Andro mengatakan, dari segi produksi, ia kesulitan mendistribusikan produknya dari rumah ke rumah. Ia mengatakan, distribusi susu, khususnya di sektor komersial, rumit karena mahalnya biaya transportasi bagi konsumen.
“Saat itulah kami akhirnya berinisiatif menghubungi Dinas Koperasi Provinsi untuk membahas pengurangan biaya ongkos kirim bagi UMKM. Situasi epidemi ini mengharuskan seluruh UMKM mengantarkan produknya sampai ke rumah masing-masing. tapi juga dibeli gratis oleh Pemprov Yogyakarta,” kata Andro.
Selain itu, Andro mengungkapkan bahwa Paguyuban DIY Yogyakarta (DIY) telah menjalin kerja sama dengan mitra rental mobil online untuk menggratiskan biaya transportasi. Aplikasi ini dikenal juga dengan nama SiBakul Jogja yang berarti pusat pemasaran UMKM asal DIY untuk menjamin keberlangsungan UMKM di masa pandemi.
“Program SiBakul Jogja berlanjut hingga hari ini, sehingga seluruh UMKM mendapat gratis ongkos kirim hingga Rp 50.000 atau 43,5 kilometer. Program ini juga bekerja sama dengan mitra trucking online seperti Gojek dan Grab,” ujarnya.
Selain perubahan model bisnis penjualan susu di masa pandemi, Andro mengatakan kelompoknya juga menghadapi kendala dalam perdagangan. Ia juga mengatakan bahwa setiap pembelian barang dilakukan melalui Internet, namun diketahui tidak semua orang mau menggunakan layanan software ini.
“Tidak semua orang di kampung mengenal internet, apalagi di internet. Tapi sepertinya semua orang punya Gris, jadi bisa bayar dari aplikasi Ojol pakai uang seperti Gopay atau Ovo,” jelas Andro.
Penggunaan Gris sebagai alat pembayaran transaksi dinilai baik di masa pandemi. Andro mengatakan, situasi tersebut didukung oleh tingginya kewaspadaan masyarakat saat menyentuh kulit orang lain saat itu.
“Kalau seperti kami, setiap pengiriman sebenarnya bisa dipaketkan. Bagaimana dengan UMKM lain? Jangan cuma jual gigi Rp 2 ribu, tapi lewat pos bisa 3-4 kali lipat lebih mahal,” jelas Andro.
Dan, di masa pandemi, Andro mengatakan UMKM miliknya bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DIY untuk menyediakan susu bagi masyarakat yang ingin mendapatkan vaksin Covid-19. Andro menjalin kemitraan untuk mendukung program vaksinasi pemerintah dan memberdayakan peternak sapi perah, UMKM, dan Ojol saat wabah terjadi.
Alhamdulillah, kebutuhan susu untuk seluruh vaksinasi Covid-19 di DIY ini dari kami. Ini juga patut disyukuri karena susu lokal Yogyakarta seluruhnya diserap secara lokal di kabupaten tersebut juga, ujarnya.
Andro menuturkan, di masa pandemi, ia mengaku sangat membesarkan UMKM miliknya agar bisa berkembang. Menurutnya, perusahaannya merupakan yang pertama kali mengkonversi produk susu sapi menjadi es krim.
“Dari awal berdirinya tahun 2008 hingga 2019, Sweet Sundae hanya sebatas es krim gelato. Namun saat pandemi, kami mengembangkan produknya, bahkan ada pesanan untuk dikirim ke Dubai, Uni Emirat Arab,” jelas Andro.
Andro mengatakan Sweet Sundae kini sudah mulai dijual di UEA, Arab Saudi, dan banyak negara di Timur Tengah. Upaya tersebut dilakukan dengan memperkuat kampanye digital dan pameran internasional pascapandemi.
Insya Allah tahun ini dua kontainer dikirim ke Dubai, bulan depan Insya Allah lima kontainer dikirim ke Arab Saudi.
FYI, Sweet Sundae diperjualbelikan secara online melalui akun e-bisnis resmi di Indonesia. Dapat ditemukan melalui media sosial untuk mengetahui daftar produk dan proses pembuatannya.
Upaya pemerintah untuk menjaga bisnis tetap hidup selama pandemi
Indonesia telah menunjukkan kekuatan yang baik dalam pengendalian penyakit Covid-19. Tidak hanya angka kematian yang rendah, namun juga didukung oleh kebijakan keuangan yang baik bagi dunia usaha.
Kemenangan di masa sulit ini menjadikan Indonesia salah satu dari sedikit negara yang mampu dengan cepat menyelesaikan permasalahan global akibat Covid-19.
Dukungan untuk UKM pada tahun 2020
Pemerintah saat itu hanya sedikit melakukan proteksi, khususnya terhadap dunia usaha. Salah satu program bantuan yang ditawarkan dalam dunia usaha adalah program BLT untuk usaha kecil dan usaha kecil.
Pemerintah memberi perhatian pada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) karena integrasi usaha kecil dan menengah dalam perekonomian Indonesia jauh dibandingkan dengan usaha besar yang mampu bertahan dari penyakit ini.
Pada tahun 2020, Rp123,46 triliun (atau 17,75%) dari total belanja pemerintah untuk melawan Covid-19 yakni Rp695,2 triliun dialokasikan khusus untuk mendukung UMKM.
Dari jumlah tersebut, dialokasikan enam tindakan, antara lain subsidi bunga Rp35,28 triliun, restrukturisasi keuangan Rp78,78 triliun, belanja pembayaran jaminan (IJP) Rp5 triliun, dan PPh final UMKM. pemerintah (DTP) sekitar Rp 2,4 juta.
Tambahan pembiayaan investasi sebesar Rp 1 triliun untuk kerjasama melalui Lembaga Pengelola Siklus Pendanaan Organisasi, Usaha Kecil, Kecil dan Menengah (LPDB KUMKM).
Pemberdayaan UMKM melalui Pendanaan Investasi
Kebijakan kerja pokok yang pertama kali dilaksanakan adalah pemberian pinjaman kerja berbunga rendah dengan menyediakan uang negara dalam bentuk tabungan dan/atau simpanan pemerintah pada bank umum mitra. Pemerintah telah menginvestasikan Rp 30 triliun pada bank umum mitra dalam waktu 6 bulan.
Pemberian dana pemerintah ini dilaksanakan untuk mempercepat pemulihan perekonomian masyarakat berpendapatan rendah, terutama untuk tujuan percepatan kredit bagi usaha kecil menengah dan usaha yang mempunyai banyak karyawan.
Pemerintah juga memberikan jaminan pinjaman lapangan kerja bagi pelaku UMKM. PT Jamkrindo dan PT Askrindo dikabarkan ditunjuk sebagai wali. Dalam hal ini, pemerintah mendukung PT Jamkrindo dan PT Askrindo dengan membayar IJP, dana terbatas dan Peran Serta Masyarakat (PMN). Endorse ini diberikan kepada atlet UMKM yang memenuhi lima kriteria
Penunjang Kehidupan
Pemerintah memberikan bantuan kepada usaha kecil dan usaha kecil melalui hibah atau bantuan keuangan (BLT). Programnya adalah dengan membayar bantuan modal usaha sebesar Rp 2,4 juta yang ditransfer melalui rekening. Program ini diumumkan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (24/8/2020).
Di hari peluncurannya, bantuan ini disalurkan kepada satu juta usaha kecil dan menengah. Selain itu, subsidi terus disalurkan secara berkelompok hingga 12 juta usaha mikro dan kecil pada September 2020.
Anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk program ini mencapai Rp 22 juta. Pada awalnya, Pemerintah sudah memiliki informasi mengenai usaha kecil dan usaha kecil yang berhak menerima bantuan ini. Selain itu, pelaku usaha kecil dan menengah juga diimbau untuk mendaftar di kantor gabungan terdekat.
Selain berupaya melindungi ketahanan pangan dan konsumsi keluarga dengan memberikan bantuan sosial, pemerintah juga berupaya meringankan beban Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam menjalankan usahanya. Sebagai salah satu penopang perekonomian dalam negeri, kehadiran UKM menjadi salah satu prioritas dalam menjaga ketahanan perekonomian di masa Pandemi Covid-19.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), dunia usaha di Indonesia saat ini didominasi oleh Usaha Mikro Kecil (UMKM) yang berjumlah 26 juta usaha atau 98,68% dari total jumlah usaha non pertanian di Indonesia. Industri ini dapat mencakup 59 juta orang atau sekitar 75,33% dari total angkatan kerja non-pertanian.
Bahkan ketika Indonesia terpukul pada tahun 1998, Usaha Mikro dan Kecil tetap kuat dan terbukti menjadi pertahanan perekonomian yang kokoh ketika usaha besar lainnya terpuruk. Bisnis yang dekat dengan masyarakat dan sedikit berinteraksi dengan uang asing, artinya bisnis jenis ini sangat terlindungi dari lemahnya uang pada saat itu.
Untuk itu, pemerintah memberikan bantuan sosial untuk menjaga kekuatan dasar perekonomian Indonesia dengan memberikan penundaan modal dan bunga pinjaman usaha (KUR) sebesar 11,9 juta MKOS. Termasuk KUR yang menyasar 22.000 tenaga kerja Indonesia (TKI).
Selain itu, kelonggaran ini juga diberikan kepada 11,4 juta peminjam ultra mikrofinance (UMi). Berdasarkan informasi dari website Kementerian Perekonomian, jumlah KUR yang belum dibayarkan pada Januari 2020 sebesar Rp 14,85 juta.
Sejak Agustus 2015 hingga Januari 2020, jumlah debitur sebanyak 19 juta. Pemerintah juga telah mencatatkan 44 lembaga keuangan penyalur pinjaman dan subsidi bunga dari pemerintah. Lebih dari 80% di antaranya adalah bank pemerintah, swasta, dan daerah.
Pemberdayaan UKM pada tahun 2021
Kasus Covid-19 gelombang kedua terjadi di Indonesia pada Juni-Juli 2021, sesuai varian Delta. Tahun ini, Pemerintah melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bertekad untuk terus mendukung UMKM agar tetap bertahan, berkembang, dan tumbuh di tengah tantangan penyakit dan perubahan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Aylangga Hartarto menjelaskan anggaran untuk klaster Dukungan UMKM sebesar Rp95,87 triliun.
Pemerintah juga mengembangkan berbagai program lain untuk mendukung UMKM, seperti suku bunga, dana lokal di bank umum mitra untuk mendukung perluasan dana, restrukturisasi modal kerja dan utang UMKM, penjaminan utang UMKM, Banpres Usaha Mikro Produktif (BPUM). ) ), Subsidi Pasar Kaki Lima dan Warung (BT-PKLW) dan Keputusan Pajak Penghasilan Pemerintah UMKM.
“Berbagai program ditujukan untuk mengurangi dampak penyakit tersebut terhadap UKM melalui program bantuan permodalan,” kata Airlangga.
Berdasarkan kajian Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, sekitar 69,02% usaha kecil dan menengah menghadapi kendala teknis selama pandemi Covid-19. Saat ini, berdasarkan Laporan Pengaduan Kementerian Koperasi dan UKM Oktober 2020, 39,22% UKM menghadapi kesulitan di masa pandemi Covid-19.
Data ini menunjukkan pentingnya dukungan finansial bagi UKM. Oleh karena itu, Pemerintah memberikan bantuan keuangan kepada usaha kecil dan menengah melalui program restrukturisasi pinjaman. Hingga 31 Juli 2021, sudah lebih dari 3,59 juta UMKM yang menerima manfaat program ini dengan biaya Rp 285,17 triliun.
Di sisi lain, pelaksanaan Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) telah disalurkan kepada 12,8 juta usaha mikro dengan subsidi masing-masing Rp1,2 juta. Sedangkan BT-PKLW yang diluncurkan pada September 2021 untuk 1 juta PKL dan kios sebesar Rp 1,2 juta disalurkan secara tunai melalui POLRI dan TNI.
“Guna mempercepat pemulihan UMKM, Pemerintah juga menaikkan besaran KUR dari Rp253 juta menjadi Rp285 juta pada tahun 2021,” kata Airlangga.
Berbagai kelonggaran dalam kebijakan KUR seperti penundaan pembayaran porsi pokok KUR, perpanjangan jangka waktu dan perpanjangan batas atas KUR, serta pemenuhan persyaratan administratif menyebabkan perang besar. meningkatkan pemenuhan penyaluran KUR pada tahun 2021.
Per 20 September 2021 mencapai 64,48% atau Rp 183,78 juta yang digunakan oleh 4,9 juta peminjam. “Hingga 13 September 2021, KUR telah terpakai dan pengumpulan Rp322 juta telah diberikan kepada 29,5 juta peminjam,” kata Airlangga.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenkopUKM) per Maret 2021, jumlah UMKM mencapai 64,2 juta dengan kontribusi 61,07% atau Rp8.573,89 triliun terhadap Produk Domestik Bruto. UKM dapat memanfaatkan 97% tenaga kerja yang tersedia dan mengumpulkan 60,42% dari total investasi di Indonesia.
Berbagai upaya dan program pemerintah perlu diperkuat dan didukung oleh berbagai pihak, termasuk swasta, agar dapat memperoleh manfaat yang lebih banyak dan lebih baik bagi UKM. Berbagai cara untuk mendorong perekonomian terus dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai otoritas, dan mengajak masyarakat untuk waspada melalui penerapan 5M dan 3T, serta mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam program vaksinasi.
Terima kasih kepada pemiliknya
Apa yang dilakukan pemerintah di masa pandemi sedikit banyak membantu UMKM untuk tetap bertahan. Ketua Asosiasi Industri Kecil dan Menengah (SMI) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ronald Walla menjelaskan, aktivitas usaha para pelaku UMKM tidak lepas dari dukungan pemerintah.
Seperti diketahui, banyak rencana yang dilakukan agar UKM dapat bertahan dan berjuang di tengah pandemi Covid-19.
“Dalam dua tahun (sejak pandemi), kami sangat didukung oleh pemerintah, dengan pemikiran dunia usaha untuk menyederhanakan informasi keuangan para pelaku UMKM, terutama didukung oleh fintech (financial technology),” ujarnya.
Pemerintah meluncurkan insentif untuk mendukung UMKM melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada tahun 2020 dan akan berlanjut pada tahun 2021. Pada tahun 2020, lebih dari 30 juta UMKM yang memanfaatkan implementasi PEN mendukung UKM hingga Rp 112,84 juta.
Sementara itu, untuk tahun 2021, Pemerintah juga mendanai PEN untuk mendukung UMKM dan Rp121,90 triliun untuk menjamin kecepatan pemulihan ekonomi.
Pada tahun 2020 tercatat keberhasilan program PEN dalam mendukung UMKM dalam memberikan bantuan kepada dunia usaha khususnya sektor khusus dan UMKM agar dapat bertahan dari dampak penyakit. Selain itu, juga dapat membantu dalam pengurangan tenaga kerja.
Berdasarkan data BPS pada Agustus 2020, lapangan kerja baru tercipta dengan adanya peningkatan 0,76 juta orang yang memulai usaha dan peningkatan 4,55 juta pekerja terampil.
Pemerintah juga terus berupaya mendorong pelaku UMKM untuk berpartisipasi dalam teknologi digital melalui Program Gerakan Nasional Bangga Indonesia (Gernas BBI) yang memiliki 11,7 juta UMKM pada akhir tahun 2020. Diharapkan pada tahun 2030 akan ada 11,7 juta UMKM yang berpartisipasi dalam teknologi digital. hingga 30 juta usaha digital kecil dan menengah.
Selain itu, Pemerintah juga menggalakkan perluasan ekspor ke Indonesia melalui kegiatan ASEAN Online Sales Day (AOSD) pada tahun 2020.
Pada tahun 2020, akibat dampak pandemi, banyak bantuan yang diberikan kepada UMKM melalui bank-bank pemerintah. Pengusaha UMKM Yovy Trijayanti yang mengelola toko roti dan menjadi nasabah BRI sejak tahun 1996 juga berhak mendapatkan Pinjaman Modal Kerja/Working Capital Loan (WCA) BRI.
Ia mengatakan, usahanya terdampak selama masa lockdown yang dilakukan pemerintah (PSBB).
“Awalnya saya bingung dengan kondisi yang semakin sulit, namun BRI datang menyelamatkannya dalam bentuk pinjaman modal kerja. “Sangat membantu kelanjutan usaha saya kedepannya,” ucapnya.
Pinjaman tersebut digunakan untuk membeli bahan baku kebutuhan toko serta membuat roti dan kue. “Pinjaman itu juga saya gunakan untuk melatih karyawan saya guna meningkatkan keterampilan mereka dalam bisnis ini,” ujarnya.