CIMAHI – Kekerasan seksual terhadap anak-anak Indonesia akan menjadi ancaman terbesar pada tahun 2024 karena menempati urutan teratas dalam daftar bentuk kekerasan yang banyak dihadapi anak-anak. Situasi memprihatinkan ini menjadi perhatian khusus Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Telkom University (Tel-U) yang berupaya mencegah kekerasan seksual.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat terdapat 7.842 kasus kekerasan terhadap anak antara Januari dan Juni 2024, dengan rincian 5.552 anak perempuan dan 1.930 anak laki-laki, dengan kasus kekerasan seksual sebagai yang terbanyak. Korban dari tahun 2019 hingga 2024.
“Kekerasan terhadap anak dan remaja itu banyak sekali jenisnya, bisa bersifat emosional dan fisik. Yang menjadi fokus adalah kekhawatiran terhadap hubungan anak, etika, penggunaan teknologi, dan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak.” ungkap Alila Paramyanti, dosen. pada program studi sains. Telkom University Communications yang juga merupakan ketua tim hibah Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Menurut Alila, bentuk konkrit tim pengabdian Telkom University untuk mencegah kekerasan seksual pada anak adalah dengan merancang dan melaksanakan permainan edukasi ‘in action’ yaitu kekerasan seksual sejak dini di Kota Semahi, Jawa Barat. , Kamis (29/8/2024).
Metode “aksi” dinilai efektif untuk memperkenalkan konsep pendidikan seks karena menggunakan pendekatan yang menyenangkan, salah satunya adalah permainan seperti board games yang terinspirasi dari permainan Monopoli, dimana pembaca (Orang Tua atau Guru) adalah orang yang membaca. Menghitung pertanyaan dan skor.
Dilengkapi dengan video edukasi singkat agar isinya mudah dipahami, salah satu serialnya adalah ‘Otoritas Tubuh’. “Kami sangat berharap konsep pembelajaran yang memadukan unsur bermain dapat membantu anak lebih cepat memahami materi,” kata Alila.
Di Semahi, Jari Alila, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TPPA) mencatat adanya peningkatan kekerasan seksual terhadap anak pada tahun 2021 dan 2022. (KLA) yang nihil kekerasan seksual terhadap anak. .
Peserta yang ikut serta berjumlah 17 orang diantaranya adalah guru, orang tua dan Tim Penggerak PKK Desa Baros. Ibu-ibu PKK khawatir betapa mudahnya anak-anak mengakses situs pornografi. Sementara itu, guru menekankan agar pendidikan seks ditanamkan di rumah sejak dini, sehingga guru di sekolah tidak kesulitan dalam menjelaskan konsepnya.
“Di satu sisi, anak-anak perlu melek teknologi, namun di sisi lain, dengan pesatnya perkembangan teknologi, anak-anak tidak bisa memilah akses terhadap konten negatif. Seperti yang dikatakan Maria Montessori, masa depan umat manusia terletak pada Bagaimana kita memberikan pendidikan dan perlindungan adalah cara anak-anak kita menyadari potensi perubahan dan perkembangan positif,” kata Alila.
Di akhir kegiatan pengabdian masyarakat yang didanai DRTPM Kemdikbudristek ini, tim dosen Telkom University menekankan pentingnya peran pihak-pihak terkait dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak.
Berdasarkan hasil diskusi, guru menekankan penggunaan gaya bahasa sederhana yang mudah dipahami dan informatif agar tidak terjadi kebingungan. Maskot juga diperlukan sebagai figur yang mewakili anak saat belajar. Oleh karena itu, menurut orang tua, karakter animasi adalah pilihan yang tepat “Selain itu, guru juga mengatakan bahwa akan lebih baik jika video pendidikan menyertakan panduan untuk memahami langkah awal jika terjadi kekerasan seksual”.
Kegiatan yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Prodi Ilmu Komunikasi Telkom University mengungkapkan bahwa guru, orang tua dan TP-PKK memiliki keprihatinan yang sama mengenai kekerasan seksual serta penyebab dan akibat yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kekerasan seksual terhadap anak merupakan permasalahan yang perlu mendapat perhatian serius dan diperlukan berbagai strategi untuk mencegahnya. Game berbasis edukasi kekerasan seksual semoga bisa menjadi solusi.