JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut ASEAN sebagai pemenang ekonomi dari meningkatnya ketegangan geopolitik antara Tiongkok dan Amerika Serikat (AS), meski ada risiko fragmentasi antara Tiongkok dan Amerika Serikat (AS). ASEAN telah lama mendapatkan manfaat dari globalisasi selama beberapa dekade, dengan membangun hubungan perdagangan yang kuat dengan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia, Tiongkok dan Amerika Serikat.
Meskipun ketegangan AS-Tiongkok memburuk dalam beberapa tahun terakhir, ASEAN terus beradaptasi dan berintegrasi dengan perekonomian global, kata IMF dalam laporan terbarunya mengenai Asia-Pacific Outlook. “Meskipun terjadi ketegangan geopolitik, ASEAN terus memperkuat hubungan perdagangan dan investasi dengan Tiongkok dan Amerika Serikat,” demikian bunyi laporan tersebut, seperti dilansir CNBC, Jumat (1/11/2024).
Data dari IMF menunjukkan bahwa sejak tahun 2018, perekonomian ASEAN terus meningkatkan pangsa pasar impor Tiongkok dan Amerika Serikat, dimana kedua negara adidaya tersebut menyerap sebagian besar nilai tambah kawasan. ASEAN menarik lebih banyak investasi asing langsung dari kedua negara.
“Kawasan ini bahkan mampu memanfaatkan peluang pengalihan perdagangan yang diciptakan oleh ketegangan perdagangan AS-Tiongkok,” tambah laporan itu.
Mantan Presiden AS Donald Trump memulai perang dagang dengan Tiongkok pada tahun 2018 dan 2019 dengan mengenakan serangkaian tarif terhadap ribuan impor dari negara tersebut, yang memicu pembalasan dari Beijing. Pemerintahan Biden berikutnya telah menerapkan banyak tarif dan bahkan memberlakukan tarif tambahan pada bulan Mei.
IMF mengatakan analisis empiris menunjukkan bahwa ekspor produk-produk beberapa negara ASEAN yang menjadi sasaran tarif Tiongkok atau AS telah tumbuh lebih cepat dibandingkan ekspor lainnya. Perekonomian ASEAN telah meningkatkan ekspor barang-barang yang dikenakan tarif ini ke negara-negara di luar Tiongkok dan Amerika Serikat, dan IMF mengatakan negara-negara tersebut tidak hanya mendapat manfaat dari pengalihan perdagangan tetapi juga mewujudkan skala ekonomi.
Laporan tersebut lebih lanjut menyatakan bahwa perdagangan antar negara anggota ASEAN juga meningkat. Secara keseluruhan, IMF mengatakan tren ini berkontribusi pada peningkatan porsi investasi asing langsung, ekspor global, dan nilai tambah global di kawasan ASEAN.
Namun, laporan tersebut mencatat bahwa manfaat perang tarif Tiongkok-AS tidak menghasilkan ekspor yang lebih kuat secara keseluruhan untuk semua negara anggota ASEAN.
Meskipun beberapa negara anggota, seperti Vietnam, telah mengalami pertumbuhan ekspor yang kuat dibandingkan dengan rata-rata global sejak tahun 2018, pertumbuhan ekspor negara lain, seperti Thailand, telah melambat atau stagnan, seperti di Filipina dan Singapura.
Namun, IMF memperingatkan bahwa meningkatnya tekanan geopolitik dapat merugikan kawasan di masa depan. Fragmentasi ekonomi global, misalnya, kemungkinan akan mengurangi aktivitas mitra dagang utama ASEAN, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, yang dapat mengurangi permintaan eksternal di kawasan yang sangat bergantung pada ekspor.
IMF pada hari Jumat menaikkan perkiraan pertumbuhan tahun 2024 dan 2025 untuk seluruh kawasan Asia-Pasifik sebesar 0,1% dari perkiraan terakhirnya pada bulan April. Namun, meskipun terdapat keuntungan, IMF memperingatkan bahwa pertumbuhan menghadapi peningkatan risiko, yang mencerminkan meningkatnya ketegangan geopolitik, ketidakpastian mengenai kekuatan permintaan global dan potensi ketidakstabilan keuangan.