Tokyo – Kinerja produsen mobil dipengaruhi oleh penguatan yen dan perlambatan penjualan, terutama di Jepang dan China.
Seperti dilansir Asia Nikkei, laba operasional enam bulan sebesar 2,46 triliun yen, turun 3,7% dibandingkan paruh pertama tahun 2023.
Pada kuartal Juli-September saja, Toyota membukukan laba operasional sebesar 1,16 triliun yen, turun 20% dari tahun lalu, penurunan laba kuartalan pertama sejak tahun 2022.
Pada kuartal sebelumnya membukukan laba sebesar 1,44 triliun yen.
Pendapatan untuk periode April-September mencapai 23 triliun yen, meningkat 5,9% dari semester sebelumnya.
Kenaikan yen sejak bulan Juli telah menjadi masalah besar bagi produsen mobil tersebut, sebuah rebound dari kuartal pertama di mana yen yang secara historis lemah mendorong Toyota untuk membukukan hasil yang kuat.
Toyota terus mengalami penurunan penjualan di Asia.
Penjualan di Tiongkok turun 14% di tengah pertumbuhan kendaraan energi baru, termasuk kendaraan listrik dan hibrida plug-in, dan persaingan harga yang ketat dari pesaing lokal.
Sementara itu, di Thailand dan Indonesia, Toyota menjual lebih sedikit mobil, dengan penjualan pada paruh pertama tahun fiskal berjalan masing-masing turun 13 persen dan 7,5 persen dibandingkan tahun lalu.
Alasannya adalah pengawasan ketat terhadap pinjaman telah berkontribusi terhadap perlambatan pasar.
Penjualan global mencapai 5 juta mobil, turun 2,8% dibandingkan tahun lalu.