JAKARTA – Lampu pintar semakin populer di Indonesia, khususnya di kalangan anak muda. Harga yang semakin terjangkau menjadikannya cara yang bagus untuk meningkatkan kenyamanan dan menjelajahi ekosistem di rumah.
Menurut Statista (2023), pasar pencahayaan pintar global diperkirakan akan tumbuh dari US$11,3 miliar pada tahun 2021 menjadi US$25,8 miliar pada tahun 2027.
ResearchAndMarkets melaporkan bahwa integrasi pencahayaan cerdas dengan kecerdasan buatan (AI) dan Internet of Things (IoT) merupakan tren utama.
Burhan Noor Sahid, Direktur Pemasaran Konsumen Signify Commercial Indonesia, mengatakan ada banyak faktor yang mendorong pertumbuhan pasar smart lighting, termasuk di Indonesia.
Pertama, karena tingginya tingkat penetrasi seluler. “Smartphone menjadi pusat kendali pencahayaan yang cerdas, sehingga mudah digunakan dan diterapkan,” ujarnya.
Kedua, harga menjadi lebih baik. “Produk pencahayaan pintar kini semakin beragam dan harganya bersaing,” jelas Burhan. Akhirnya, masyarakat sadar akan rumah pintar yang terus berkembang. “Anak muda masih tertarik dengan ide rumah modern dan bergaya,” kata Burhan.
Lampu pintar menjadi pintu masuk di Indonesia
Pencahayaan cerdas tidak hanya meningkatkan kenyamanan tetapi juga memberikan pintu masuk bagi generasi muda untuk menikmati berbagai manfaat rumah organik. Foto: Sindonews/Danang Arradian
Faktanya, belum ada informasi spesifik mengenai pasar smart lighting Indonesia. Meski demikian, Burhan mengatakan pertumbuhan penjualan peralatan rumah pintar secara umum merupakan pertanda positif.
Hal ini juga tercermin dari tingginya penjualan smart lighting di situs e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada yang menunjukkan pertumbuhan.
Burhan mengatakan pencahayaan pintar seringkali menjadi langkah awal bagi generasi muda untuk mengadopsi rumah pintar. “Kemudahan penggunaan dan harga yang terjangkau menjadikannya pilihan yang baik,” ujarnya.
Thomas Agung Jonathan (tengah), direktur desain Artmosphere Lighting Design, dan Burhan Noor Sahid (kiri), direktur pemasaran konsumen Indonesia Jelaskan Bisnis. Foto: Sindonews/Danang Arradian
Thomas Agung Jonathan, chief lighting officer Artmosphere Lighting Design, mengatakan pencahayaan cerdas dapat meningkatkan kualitas hidup.
. itu dapat terbuka secara otomatis, yang memiliki implikasi keamanan. “Hal seperti ini membuat pengalaman menjadi lebih baik”.
Burhan Noor Sahid, manajer pemasaran Signify Commercial untuk pengguna Indonesia, menambahkan bahwa melalui aplikasi WiZ Connect, pengguna dapat mencapai otomatisasi dan penjadwalan. Misalnya, lampu menyala pada pukul 17.00 dan mati pada pukul 06.00. Atau, atur ritme agar lampu menyala atau mati secara perlahan, kata Burhan.
Bahkan, kata Burhan, lampu WiZ memiliki teknologi SpaceSense yang bekerja dengan gelombang WiFi untuk menyalakan dan mematikan lampu WiZ saat pengguna bergerak di sekitar rumah. “Saat Anda masuk ke kamar, lampu baru menyala,” katanya.
Burhan mengatakan seiring bertambahnya jumlah pengguna lampu pintar atau pencahayaan terkoneksi, kebutuhan akan personalisasi juga meningkat. “Konsumen menginginkan hal yang berbeda dan kami berusaha memenuhi kebutuhan mereka akan rumah itu penting,” ujarnya.
Mulailah di ruang keluarga
Jika Anda ingin mulai menggunakan smart lighting, ruangan mana yang harus Anda prioritaskan terlebih dahulu? Thomas Agung Jonathan bilang bagus, ini ruangan yang paling banyak digunakan. “Mulai dari ruang keluarga, lalu ruang tamu, lalu ruang makan, lalu nikmati,” ujarnya.
Thomas menyarankan agar pembeli mempertimbangkan hal-hal berikut ketika merancang pencahayaan ruangan: “Siapa penggunanya? Aktivitas apa saja yang ada? Pengalaman apa yang ingin Anda capai? Di mana pencahayaan terbaik? Jenis pencahayaan apa?” Seperti apa pengaturan/kontrolnya? jelasnya.
Bahkan, Thomas mengatakan hanya dengan 1 lampu/lampu, mood sebuah ruangan bisa berubah dalam sekejap. “Karena cahaya memberikan energi dan atmosfer,” tutupnya. Dengan lampu pintar, kita tidak perlu mengubah dekorasi atau merenovasi ruangan. “