RIAU – Industri kelapa sawit Indonesia memberikan kontribusi signifikan terhadap pasokan energi terbarukan melalui produksi biodiesel. Hal ini sangat membantu mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Dalam keterangannya, Senin (28/10/2024), Suwandi Winardi, Deputy General Manager APROBI Supply Chain, mengatakan: “Penggunaan biodiesel menggantikan bahan bakar diesel konvensional berbasis minyak bumi, yang secara alami membantu mengurangi emisi karbon dioksida.”
Menurutnya, biodiesel berbasis sawit sejalan dengan rencana pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan mencapai net zero emisi. Program wajib biodiesel di Indonesia dimulai pada tahun 2007/2008 dan berkembang pesat pada tahun 2016.
Saat ini komposisi biodiesel sudah mencapai B35 dan pemerintah berencana meningkatkannya menjadi B40 pada tahun depan. Ia mengatakan: Program ini mendorong penggunaan biodiesel yang dihasilkan dari minyak nabati dengan dampak positif terhadap lingkungan.
Terkait kesiapan industri sawit dalam memasok biodiesel, Suvandi mencatat, industri ini siap memproduksi minyak sawit nasional dengan laju sekitar 50 juta ton per tahun. Saat ini, sekitar 10 juta ton dari jumlah tersebut digunakan untuk biodiesel dalam negeri.
Namun, Suvandi mencatat bahwa tantangan masih tetap ada, terutama dengan tingginya permintaan pangan. Ia menekankan pada peningkatan produktivitas per hektar kelapa sawit.
Ia menegaskan: Kami mengapresiasi langkah pemerintah seperti program peremajaan atau PSR, dan kami berharap ada kepastian hukum dan dukungan pemerintah untuk menjaga lingkungan usaha yang kondusif.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan industri kelapa sawit dapat terus berkontribusi dalam transisi menuju energi terbarukan dan mengurangi emisi karbon di Indonesia.