BANDUNG – Di dunia kemiliteran Indonesia, Kodam III/Siliwangi telah melahirkan sejumlah jenderal bintang empat yang berprestasi gemilang. Keenam mantan Pangdam Siliwangi ini tak hanya berhasil menduduki jabatan tertinggi di TNI Angkatan Darat, tapi juga menduduki jabatan strategis di TNI, termasuk menjadi Panglima TNI.
Mulai dari Jenderal Agus Subiyanto yang baru saja mendapat bintang empat, hingga Jenderal TNI Abdul Haris Nasution, sosok pertama yang memimpin Kodam Siliwangi, masing-masing punya kisah inspiratif dan rekam jejak yang mengesankan.
Pangdam terakhir dari Siliwangi yang karirnya melejit hingga bintang empat adalah Jenderal TNI Agus Subiyanto. Setelah Agus Subiyanto, tak ada lagi Pangdam Siliwangi yang berhasil meraih pangkat bintang empat tersebut.
Kini, dengan dipimpin oleh Mayjen TNI Dadang Arif Abdurahman, banyak yang bertanya-tanya apakah dia bisa mengikuti jejak pendahulunya untuk mencapai pangkat bintang empat. Mari kita ikuti jejak enam Pangdam Siliwangi yang berhasil mendobrak batas dan menorehkan sejarah di angkatan bersenjata.
Daftar Pangdam Siliwangi yang meraih bintang 41 oleh Jenderal Agus Subiyanto
Agus Subiyanto adalah Pangdam terakhir Siliwangi yang karirnya menjadi jenderal bintang. Jenderal Agus Subiyanto masih aktif menjabat sebagai Panglima TNI saat ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantik Jenderal TNI Agus Subiyanto sebagai Panglima TNI di Istana Negara Jakarta pada Rabu 22 November 2023. Agus menggantikan mantan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang pensiun.
Pengangkatan Agus berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 102/TNI/2023 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Panglima TNI Angkatan Darat. Keputusan Presiden ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 November 2023.
Sebulan sebelum diangkat menjadi Panglima, Agus Subiyanto dilantik Presiden Jokowi sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada Rabu 25 Oktober 2023 menggantikan Jenderal TNI Dudung Abdurachman yang akan keluar. Sebelum menjadi orang nomor satu di TNI AD, Agus Subiyanto menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad).
Agus Subiyanto bersekolah di Akademi Militer (Akmil) pada tahun 1991. Agus kemudian mengikuti Kursus Dasar Infanteri Kopassus (Sussarcab).
Lahir dari keluarga militer, Agus Subiyanto memulai karir militernya sebagai Kasiops Sektor A di Timor Timur, kemudian menjadi Danyon 22 Grup 2 Kopassus hingga menjadi Kepala Penerangan Kopassus. Agus Subiyanto kemudian dipromosikan menjadi Dandim 0735/Surakarta (2009-2011) saat Presiden Jokowi menjabat Wali Kota Solo.
Ia pun meyakini Agus merupakan Divif 1 Kostrad Waasop dan Divif 1 Kostrad Asop. Tak hanya itu, Agus Subiyanto juga diangkat menjadi Asops Kasdam 1/BB, Danrindam 2 Kodam 2 Sriwijaya. Agus ditetapkan sebagai Danrem 132/Tadulako, Paban 3/Latga Sops TNI, Wadan Pusenif, Danrem 061 Surya Kencana.
Karirnya terus menanjak, Agus dipercaya menjadi tameng hidup Presiden Jokowi dengan menjabat sebagai Danpaspampres 2020-2021. Selepas bertugas di lingkungan istana, Agu diberi jabatan strategis seperti Panglima III/Siliwangi, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, hingga Kepala Staf Angkatan Darat. Puncaknya, Agus Subiyanto diangkat menjadi Panglima TNI.
2. Jenderal TNI Moeldoko
Moeldoko merupakan Pangdam Siliwangi ke-33 yang kariernya sukses melejit hingga bintang empat. Lahir di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kediri, Jawa Timur, Moeldoko memilih karir sebagai tentara. Ia masuk Akademi Militer Angkatan Darat (sekarang Akademi Militer) dan lulus pada tahun 1981.
Prestasinya di lembah Tidar sangat gemilang. Moeldoko merupakan pemenang Adhi Makayasa-Tri Sakti Wiratama.
Tugas militer mereka bervariasi, tetapi sebagian besar bersifat teritorial. Moeldoko pertama kali menjabat Danton Yonif Lintas Udara 700/BS Kodam XIV/Hasanuddin (1981), kemudian Danki A Yonif Lintas Udara 700/BS Kodam
Berjalannya waktu membawanya ke beberapa promosi. Selama menjabat bintang dua, jabatan strategis yang pernah disandangnya antara lain Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad (2010), Pangdam XII/Tanjungpura, dan Pangdam III/Siliwangi (2010).
Karirnya terus menanjak. Mereka juga menambah bintang emas di bahu mereka. Dengan pangkat letnan jenderal, Moeldoko diberi tanggung jawab sebagai Wakil Gubernur Lemhannas (2011). Namanya semakin populer saat ia dilantik menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat pada tahun 2013.
Ia dengan cepat menjadi orang nomor satu TNI atau Kepala Staf Angkatan Darat pada tahun 2013. Moeldoko menggantikan Mayjen Pramono Edhie Wibowo dari TNI.
Menariknya, posisi super strategist hanya terisi selama tiga bulan. Sebab, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkatnya menjadi Panglima TNI.
Moeldoko menjabat sebagai orang pertama di TNI Angkatan Darat pada periode 2013-2015. Setelah keluar dari TNI, Presiden Jokowi mengandalkan Moeldoko sebagai Kepala Staf Presiden hingga saat ini.
Semasa berkarier di militer, ia juga mendapat beberapa penghargaan antara lain Bintang Dharma, Bintang Bhayangkara Utama, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satya Lencana Dharma Santala dan Satya Kesetiaan. .
Operasi militer yang diikutinya antara lain Operasi Seroja Timor Timur pada tahun 1984 dan Konga Garuda, Amerika Serikat dan Kanada.
3. Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo
Pramono Edhie Wibowo menjabat sebagai Pangdam Siliwangi pada tahun 2009-2010. Karirnya cemerlang dan sukses menjabat sebagai Kepala Korps Pasukan Khusus (Kopassus) dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Pria kelahiran Magelang, 5 Mei 1955 ini merupakan anak dari salah satu tokoh militer ternama di Indonesia, Letjen TNI (purnawirawan) Sarwo Edhie Wibowo. Ia juga merupakan saudara ipar Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Pramono Edhie merupakan adik dari Ani Yudhoyono.
Putra seorang jenderal, Pramono Edhie akhirnya memutuskan mengikuti jejak ayahnya sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia. Berlatar belakang keluarga militer, karier profesional Pramono Edhie semakin cemerlang.
Setelah lulus Akademi Militer pada tahun 1978, ia diangkat menjadi pemimpin peleton Grup I Kopsandha. Kemudian setelah menyelesaikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). Pramono Edhie semakin menduduki posisi strategis sebagai Perwira Operasi Intelijen Grup I Kopassus, hingga naik menjadi Wakil Komandan Grup 1/Kopassus pada tahun 1996.
Pasca reformasi, Pramono Edhie terpilih menjadi ajudan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, ia juga bersekolah di Sekolah Staf Umum dan Komando Tentara Nasional Indonesia (Sesko TNI).
Pada tahun 2005, karir Pramono terus menanjak, setelah itu ia menjadi wakil Danjen Kopassus pada tahun 2005. Dua tahun kemudian, ia menjabat sebagai Panglima Kopassus.
Namun, kariernya terlalu mulus, sehingga sebagian besar orang percaya bahwa karena latar belakang keluarganya, ia dapat dengan mudah naik pangkat dan menduduki posisi strategis. Apalagi saat ia menjadi KSAD.
Berdasarkan pemberitaan demokrat.or.id, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keputusan Presiden Nomor 40/TNI/Tahun 2011 mengangkat Letjen Pramono Edhie Wibowo sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Jenderal George Toisutta TNI.
4. Jenderal TNI George Toisutta
George Toisutta merupakan salah satu panglima militer asal Siliwangi yang memiliki karir gemilang karena berhasil menjadi kepala satuan tentara. Ia merupakan lulusan Akademi Militer Magelang pada tahun 1976 dan menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Indonesia (KSAD) pada tahun 2009 hingga 2011 menggantikan Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo.
Dalam karir militernya, George Toisutta memegang sejumlah posisi penting. Seiring menanjaknya bintang sebagai brigadir jenderal, George Toisutta menduduki posisi Kasdivif 1/Kostrad, Kasgartap 1/Kodam Jaya, dan Kasdam Jaya.
Kariernya semakin cemerlang ketika ia memperoleh dua bintang saat menjabat Panglima Kodam TNI di Aceh, Panglima Divisi 1/Kostrad, Pangdam XVII/Trikora dan Pangdam III/Siliwangi.
Tak berhenti sampai disitu, pria kelahiran Makassar, 1 Juni 1953 ini kembali diangkat menjadi Pangkostrad dan menyandang bintang tiga di pundaknya. Jabatan tersebut dijabatnya sejak 13 November 2007 sampai dengan 17 Februari 2010 atau kurang lebih 2 tahun 2 bulan.
Puncak karir militernya adalah ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat dan berhasil menambah satu bintang lagi di pundaknya hingga menjadi jenderal bintang empat.
5. Jenderal TNI Edi Sudradjat
Edi Sudrajat merupakan salah satu lulusan terbaik Akademi Militer yang sebelumnya menjabat Pangdam Siliwwangi. Di antara kandidat tersebut, Edi Sudrajat berhasil terpilih menjadi kandidat terbaik di angkatannya dan meraih penghargaan Adhi Makayasa.
Dikutip dalam perpusnas.go.id, Jenderal Edi Sudrajat lahir di Jambi pada 22 April 1938. Ia juga merupakan lulusan Akademi Militer Nasional angkatan pertama pada tahun 1960.
Setelah lulus, Edi Sudrajat ditugaskan sebagai komandan peleton di Batalyon Infanteri 515/Tanggul, Jember selama 2 tahun 1961-1962, dan ikut serta dalam Operasi Trikora.
Edi kemudian ditugaskan dalam operasi keamanan terhadap Republik Maluku Selatan, Organisasi Papua Merdeka dan Gerakan 30 September pada tahun 1960an. Pada tahun 1980, ketika Edi Sudrajat berpangkat brigadir jenderal, ia menjabat sebagai komandan Pertempuran Lintas Udara Kostrad.
Setahun kemudian, ia diangkat menjadi Panglima Kodam II/Bukit Barisan di Medan, setelah pangkatnya naik menjadi jenderal bintang dua atau mayor jenderal hingga tahun 1983. Ia kemudian dipercaya untuk mengambil alih jabatan Panglima Kodam III/Siliwangi di Bandung pada tahun 1983 -1985 . .
Pada tahun 1985 hingga 1986, Edi diangkat menjadi asisten operasional kepala staf ABRI. Setelah berpangkat Letnan Jenderal, beliau dipercaya menduduki jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada tahun 1986 hingga 1988. Hingga akhirnya diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) hingga tahun 1993.
Tahun itu juga menjadi pencapaian terbesar Edi Sudrajat. Sebab pada tahun 1993, ia diangkat menjadi Panglima TNI menggantikan Try Soetrisno.
Edi Sudrajat merupakan perwira senior pertama lulusan Akademi Militer Nasional yang menjadi Panglima ABRI. Selain itu, pada tahun yang sama ia diangkat menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan VI di bawah Presiden Soeharto.
6. Jenderal TNI Abdul Haris Nasution
Abdul Haris Nasution merupakan sosok pertama yang menjabat Pangdam Siliwangi. Ia merupakan salah satu jenderal bintang 5 di Indonesia. Bukan tanpa alasan, penambahan ini seiring dengan jasa dan berbagai perjuangan yang dilakukannya untuk Indonesia.
Dilihat dari sejarahnya, Jenderal TNI (purn) AH Nasution lahir di Desa Hutapungkut, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Tepatnya pada 3 Desember 1918 oleh pasangan suami istri HA Halim Nasution dan H Zahra Lubis.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Nasution diketahui pernah menjadi guru di Bengkulu dan Palembang. Tak lama kemudian ia tertarik memasuki dunia militer.
Semuanya bermula sekitar tahun 1940, saat itu Nasution masih menjadi mahasiswa Corps Reserve Officer Oppleiding (CORO) di Bandung. Beberapa waktu kemudian ia diangkat menjadi kadet Vaandrig.
Pada masa pendudukan Jepang, Nasution bekerja sebagai pegawai di kota Bandung. Tak lama kemudian, ia keluar dan memilih bergabung dengan Angkatan Muda Bandung.
Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam hal ini, Nasution bertindak sebagai penasehat BKR Bandung.
Ketika Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk pada 5 Oktober 1945, ia diangkat menjadi Kepala Staf Komando TKR I/Jawa Barat. Kemudian pada tahun 1946, AH Nasution diangkat menjadi Panglima Divisi Siliwangi.
Pada tanggal 17 Februari 1948 dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 9 yang memuat keputusan mengangkat Nasution sebagai orang kedua. Karirnya semakin cemerlang setelah dikukuhkannya kedaulatan penuh NKRI pada tahun 1949.
Saat itu, AH Nasution diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Setelah Presiden Soekarno mengeluarkan Keppres 4 Juli 1959, Nasution diangkat menjadi Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata, tepatnya pada tahun 1962.
Beberapa tahun kemudian, Jenderal AH Nasution menjadi salah satu sasaran penculikan jenderal TNI AD oleh PKI pada 30 September 1965. Peristiwa kelam tersebut dikenal dengan nama G30S/PKI.
Dalam kejadian tersebut, Nasution menjadi satu-satunya jenderal yang selamat. Sementara itu, beberapa rekannya yang ditangkap kehilangan nyawa. Dia berhasil melarikan diri, meski tertembak di kakinya.