TUBAN- Sejumlah eks teroris yang terpidana terorisme bersama warga sekitar menggelar peringatan Hari Pahlawan di Kecamatan Pertambangan Punggul Tuban, Kabupaten Rengen, Jawa Timur pada Senin (11/11/2024).
Pemimpin upacara adalah M. Saefudin Umar (Abu Fida) yang merupakan mantan narapidana terorisme yang dinyatakan bersalah ISIS di Indonesia pada tahun 2014.
Beberapa terpidana yang menghadiri upacara tersebut termasuk Hasan dan Beni, mantan anggota Jamaah Anshorut Daulah (JAD), sebuah kelompok teroris yang terkait dengan ISIS di Indonesia.
Abu Fida kepada SINDOnews melalui WhatsApp, Senin (11/11/2024): “Dulu saya melihat bendera ini dengan penuh kebencian, namun hari ini saya di sini melaksanakan upacara dengan gemetar dan menangis.”
C menuturkan, saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan, suasana hening memenuhi lokasi penggalian. Para penambang, yang masih mengenakan peralatan mereka, berdiri di samping para mantan tahanan, menciptakan perspektif dan penerimaan yang lebih dalam.
Hasan, mantan narapidana yang hadir, mengatakan, “Perjalanan kami tidak mudah. Kami belajar arti sebenarnya melawan masyarakat dari penjara.”
Hasan saat ini diketahui terlibat dalam program sabotase bersama Abu Fida. Matanya sedih, ia mengingat masa lalu, namun ia memiliki tekad yang kuat untuk memiliki masa depan yang lebih baik.
Mantan narapidana, Beni yang baru setahun menghirup udara, mengaku terkesan dengan pengalaman tersebut.
“Perayaan hari ini mengajarkan saya arti patriotisme yang sebenarnya, bukan melalui kekerasan.
“Bangun dan pertahankan NKRI,” ucapnya sambil menekan pikiran.
Dalam sambutannya, Abu Fida menekankan pentingnya menjaga loyalitas terhadap negara.
“Saudara-saudaraku, kita pernah tersesat. Tapi Tuhan memberi kita kesempatan kedua untuk memperbaikinya dengan menjaga NKRI,” ujarnya. Ia juga bercerita bagaimana dirinya berubah dari penganut ISIS menjadi pembela Pancasila.
Penambang saat ini merespons secara positif.
“Kami bangga bisa menjadi bagian dari periode ini, ini membuktikan bahwa pintu maaf dan penerimaan selalu terbuka bagi siapapun yang ingin kembali ke jalan yang benar,” kata Karno, koordinator penambang kawasan.
Upacara dilanjutkan dengan diskusi singkat antara mantan narapidana dan penambang. Mereka berbagi pengalaman dan pandangannya mengenai masa depan Indonesia.
Abu Fida menambahkan, “Kami ingin memastikan perubahan itu benar adanya, agar mereka yang terpidana bisa menjadi garda terdepan dalam membela NKRI.”
Program pelatihan yang dijalankan Abu Fida membuahkan hasil yang baik. Banyak dari narapidana yang dilatihnya kini aktif dalam pekerjaan sosial dan pemberdayaan masyarakat.
“Ini jihad yang sesungguhnya. Membangun, bukan menghancurkan,” ujarnya.
Upacara diakhiri dengan doa bersama untuk kesejahteraan bangsa dan seluruh negara. Momen ini merupakan bukti nyata bahwa peralihan dari ekstremisme ke nasionalisme bukan hanya mungkin terjadi, namun juga diinginkan oleh banyak orang.
Di akhir upacara yang dapat dikenang sebagai tanda perubahan dan harapan, Abu Fida berpesan, “Mari kita jadikan masa lalu sebagai pembelajaran untuk membangun masa depan yang lebih baik.”