RADIO STATION Aksi Senyap Jenderal Kopassus Sutiyoso Lumpuhkan Pentolan GAM Tanpa Baku Tembak

RADIO STATION Aksi Senyap Jenderal Kopassus Sutiyoso Lumpuhkan Pentolan GAM Tanpa Baku Tembak

LETGEN TNI (Purn) Sutiyoso, seorang tokoh militer Indonesia yang terkenal di dunia, telah selamat dari beberapa pertempuran berisiko tinggi. Lulusan akademi militer tahun 1968 ini, dikenal sebagai prajurit tim yang tidak takut menghadapi bahaya.

Karir militernya dihiasi dengan berbagai operasi militer, mulai dari operasi di Kalimantan, Timor Timur, hingga konfrontasi dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Namun salah satu operasi paling berbahaya dan seru yang pernah ia alami adalah ketika ia harus menyusup dan menangkap seorang pemimpin senior GAM, Tengku Muhammad Usman Lampoh Awe, seorang tokoh senior yang menjabat sebagai Menteri Keuangan GAM.

Operasi ini bukan operasi militer biasa. Ini adalah misi pengintaian yang membutuhkan keberanian, kesabaran dan kecerdikan dalam strategi. Kutipan dari buku biografinya Sutiyoso Jenderal Lapangan, Badan Pasukan dan Komando.

Awalnya nama Sutiyos tidak masuk dalam daftar prajurit yang dikirim ke Aceh. Suatu malam, Sutiyoso yang masih berpangkat mayor tiba-tiba diperintahkan menggantikan Mayor Yani Mulyadi dalam suatu operasi di Aceh.

Tugas mereka adalah menangkap petinggi GAM, Hasan Tiro, dan beberapa tokoh penting lainnya, termasuk Usman. Tanpa banyak persiapan, ia langsung disuruh berangkat keesokan harinya pukul 05.00 WIB.

Meski terkejut, Sutiyoso, sebagai prajurit Kopassus yang berpengalaman dalam operasi berbahaya, menerima tugas tersebut dengan antusias. Bersama timnya ia melancarkan Operasi Sandi Yudha dengan kode “Nanggala 27” yang dilakukan di wilayah Aceh.

Operasi ini berlangsung berbulan-bulan, penuh ketegangan dan diselimuti ketidakpastian. Tiga bulan pertama, Sutiyoso dan prajuritnya menyisir hutan Aceh yang lebat dan luas, penuh bahaya.

Mereka menggeledah setiap jengkal wilayah yang diyakini sebagai tempat persembunyian Hasan Tiro dan tokoh GAM lainnya, mulai dari Aceh Barat, Aceh Tengah, Aceh Timur hingga wilayah Pidie.

Namun, selama periode tersebut mereka tidak dapat menemukan Hasan Tir. Sutiyos kecewa dengan pencarian tersebut. Dia merasa sangat sulit menemukan jejak musuh yang beroperasi dalam bayang-bayang dan sangat pandai bersembunyi.

Namun kegigihannya tidak pernah goyah. Sutiyoso terus mencari informasi hingga akhirnya mendapat informasi penting. Petunjuk pertama datang dari informasi bahwa juru masak Hasan Tiro sering mengambil nasi dari rumah dekat hutan.

Merasa kesempatan ini tidak boleh dilewatkan, Sutiyoso dan prajuritnya segera mengepung rumah tersebut, menunggu kedatangan juru masak.

Saat juru masak datang dan hendak membawakan nasi, tiba-tiba dia merasa curiga. Melihat situasi tersebut, Sutiyoso langsung memerintahkan penembak jitu untuk melumpuhkannya. Si juru masak ditangkap hidup-hidup dan diinterogasi.

Dari mulut si juru masak, Sutiyoso mendapat informasi penting tentang gerak-gerik Hasan Tiro dan kelompoknya.

Namun meski pengejaran terus berlanjut, Hasan Tiro selalu berhasil lolos bak bayangan yang sulit ditangkap. Sutiyoso pun mengikuti jejaknya hingga akhirnya mendengar kabar Hasan Tiro mengutus Menteri Keuangan GAM ke Lhokseumawe.

Informasi tentang Usman Sutiyoso sangat penting. Usman yang juga dianggap sebagai salah satu orang kepercayaan Hasan Tiro akan menemui pengusaha tersebut di Lhokseumawe.

Sutiyoso pun cerdik menyusun rencana kamuflase. Ia bertekad menangkap Usman dengan cara tak biasa dengan menyamar sebagai sopir pribadi sang pengusaha.

Sutiyoso mengadakan pertemuan bisnis, menyamar sebagai pengusaha, dengan seorang pengusaha.

Pada pertemuan tersebut, Sutiyoso berhasil meyakinkan pengusaha tersebut untuk mengadakan pertemuan lanjutan di kediaman pengusaha di ruang makan LNG, tempat yang lebih tenang dan aman. Pada hari yang telah ditentukan, pengusaha dan sekretarisnya datang menemui Sutiyoso.

Namun di tengah pertemuan, Sutiyoso mengeluarkan pistol dan langsung mengarahkannya ke arah pengusaha tersebut. Dalam situasi tegang, pengusaha itu akhirnya mengungkap bahwa Usman sedang berada di Medan di rumah kakaknya.

Bahkan, dia berencana melakukan perjalanan penting ke Badan Keamanan PBB di New York. Mengetahui hal tersebut, Sutiyoso pun langsung memutuskan bertindak cepat. Mereka menyewa pesawat untuk pengusaha dan sekretarisnya sebagai umpan dan bergegas ke Medan.

Sesampainya di Medan, Sutiyoso menyusun strategi baru. Anda membutuhkan kendaraan dan seseorang yang dapat Anda percaya. Dalam waktu singkat Sutiyoso memperoleh dua buah mobil; Toyota Hardtop dari Contact di Lhokseumawe dan Sedan dari Contact di Medan.

Ia kemudian memerintahkan pengusaha tersebut untuk menunjuknya sebagai sopir pribadi baru untuk Makassar, yang belum bisa berbahasa Aceh. Sutiyoso ingin memastikan agar saat bertemu Usman lagi, tidak akan ada kecurigaan.

Setelah menyiapkan dua mobil, tim kecil yang terdiri dari pengusaha Sutiyoso, seorang sekretaris, dan tiga anggota tim intelijen menuju ke rumah kakak Usman. Sutiyoso dan timnya sudah menunggu di luar rumah saat dia tiba.

Ketegangan bertambah seiring berlalunya waktu. Hingga akhirnya Usman berangkat bersama pengusaha dan sekretarisnya. Usman ragu saat melihat Sutiyoso menyamar sebagai sopir.

Namun pengusaha tersebut, mengikuti instruksi Sutiyoso, dengan cepat menjelaskan bahwa Sutiyoso adalah sopir barunya. Tanpa curiga, Usman masuk ke dalam mobil. Saat mobil mulai melaju, Sutiyoso memberikan kode rahasia dengan menyalakan lampu mobil sebanyak dua kali.

Ini isyarat kepada Kapten Lintang dan prajurit yang mengikutinya. Pasukan intelijen segera menghentikan mobil tersebut dan menahannya. Tak lama kemudian, mereka masuk ke dalam mobil dan langsung memborgol Usman.

Saat itu, Usman masih belum sadar bahwa dirinya telah ditangkap oleh tentara Indonesia. Dia bahkan mengira dia sedang dirampok. Namun kenyataannya ia terjerumus ke dalam jebakan yang dirancang rumit oleh Sutiyos.

Usman kemudian dibawa ke wisma hotel Iskandar Muda untuk dimintai keterangan. Usman Sutiyos memperoleh berbagai informasi berharga tentang pemimpin GAM lainnya, termasuk Hasan Tiro.

Berkat informasi Usman, Sutiyoso mampu melakukan penyergapan besar-besaran terhadap pimpinan GAM lainnya di Pidie. Para menteri GAM, gubernur daerah Pidie dan pejabat penting lainnya ditangkap.

Beberapa dari mereka menyerah, sementara yang lain ditangkap dalam operasi pengepungan yang diatur dengan cermat. Namun meski operasi ini sangat sukses, pemimpin utama GAM, Hasan Tiro, berhasil melarikan diri ke Malaysia.

Dia melarikan diri melalui jalan raya pantai utara, yang tidak dijaga ketat oleh pasukan keamanan. Hasan Tiro dianggap sebagai santo pelindung oleh sebagian besar penduduk Aceh, sehingga keberadaannya selalu dijaga dengan baik oleh penduduk setempat.

Selama 10 bulan operasi di Aceh, Sutiyoso dan pasukannya hampir tidak pernah melepaskan tembakan, kecuali satu peluru yang ia gunakan untuk melumpuhkan juru masak Hasan Tiro. Hal ini menunjukkan betapa hebatnya Sutiyoso dalam operasi intelijen.

Keberhasilan operasi ini mendapat apresiasi tinggi dari Pangdam Iskandar Muda, Brigjen TNI RA Saleh, dan mengukuhkan reputasi Sutiyoso sebagai “jenderal lapangan” yang sangat berani dan cerdas.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *