LOMBOC – Program Posyandu telah hadir di Indonesia selama hampir 49 tahun sebagai bagian dari program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Perdesaan (PKMD) dengan tujuan awal mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat seperti gizi, imunisasi dan pencegahan diare.
Namun, masa perubahan dan tantangan kesehatan baru seperti urbanisasi, perubahan iklim dan gaya hidup tidak sehat memerlukan pemikiran ulang dan penghidupan kembali fungsi Posyandu.
Salah satu program yang diusung calon Gubernur NTB Sitti Rohmi Jalilla. Kader puncak Partai Perindo memimpin kebangkitan Posyandu sejak tahun 2019 di bawah kepemimpinan Wakil Gubernur NTB.
“Program ini bertujuan untuk mentransformasi Posyandu tradisional menjadi Posyandu Keluarga dengan pendekatan yang lebih holistik dan inklusif,” kata aktivis perempuan NTB Yuli S. Komalasari kepada iNews Media Group, Kamis (10/10/2024).
Menurutnya, Sitti Rohmi mendirikan Posyandu Keluarga tidak hanya fokus pada kesehatan anak, tapi juga seluruh anggota keluarga, mulai dari bayi hingga lansia. Transformasi ini membawa angin segar bagi dunia kesehatan di NTB.
Sitti Rohmi Jalila memperluas peran Posyandu dengan memberdayakan tenaga kerja sebagai agen perubahan yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan keluarga dan lingkungan.
“Melalui pendekatan partisipatif, Sitti Rohmi melibatkan masyarakat dalam gerakan ini, mengubah Posyandu tidak hanya menjadi sistem kesehatan, tetapi juga menjadi pusat pendidikan lingkungan dan ketahanan keluarga,” ujarnya.
Pada tahun 2019, hanya 14% Posyandu di NTB yang diubah menjadi Posyandu Keluarga. Namun berkat komitmen Sitti Rohmi dan dukungan berbagai pihak, angka tersebut meningkat hingga 100%.
Pada tahun 2021, setelah terbitnya Proklamasi Gubernur Nomor 30 Tahun 2021. Hingga pertengahan tahun 2023, akan terdapat 7.724 rumah susun “Posyandu Keluarga” di seluruh wilayah NTB. Kebangkitan Posyandu di NTB membawa dampak positif.
“Khususnya dalam upaya menurunkan angka stunting.” Berdasarkan data, angka pertumbuhan di NTB mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu dari 25,5% pada tahun 2019 menjadi 14,76% pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas program Posyandu Keluarga sangat bermanfaat bagi masyarakat. kesehatan anak-anak penderita NTB,” – ujarnya. .
Keberhasilan tersebut juga tidak lepas dari kerja sama lintas sektoral yang dilakukan Sitti Rohmi. Keterlibatan dinas kesehatan, dinas sosial, LSM dan masyarakat menciptakan sinergi yang memperkuat pelayanan Posyandu.
Namun tantangan seperti keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran tetap harus diatasi melalui upaya yang berkelanjutan. Berkat tangan dingin Sitti Rohmi, keluarga Posyandu di NTB menjadi teladan transformasi kesehatan masyarakat.
Komitmennya tidak hanya meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, tetapi juga membangun kesadaran dan ketahanan keluarga sadar lingkungan agar menjadi lebih kuat dan tangguh.
“Revitalisasi Posyandu di NTB menunjukkan perubahan tersebut. Kolaborasi yang erat antara pemerintah, staf dan masyarakat. “Ini bukan sekedar program tapi gerakan sosial yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan seluruh keluarga di NTB,” ujarnya.